kamu sibuk atau sok sibuk?

Salah satu resolusi saya tahun ini adalah bekerja gak lebih dari 20 jam seminggu. Ide nya, dengan membatasi jam kerja tersebut, saya akan lebih fokus dan mengerjakan apa-apa yang memang worth buat dikerjakan. Idealnya, 20 seminggu itu bisa di capai dengan kerja maksimal 4 jam selama 5 hari, umumnya bakal bekerja senin sampai jum’at dengan masing-masing selama 4 jam, dan libur di hari sabtu dan minggu. Nah, kali ini saya ingin me-review pencapaian saya tersebut dibulan Januari kemarin.

Berdasarkan hasil time tracking menggunakan toggl, selama bulan Januari kemarin saya “bekerja” selama total 57 jam dan 11 menit. Kalau dibulatkan jadi 58 jam, lalu di bagi dengan 23 hari kerja selama bulan januari, maka rata-rata perhari saya bekerja selama 2.5 jam!. So secara goal, ini sudah tercapai nih, setidaknya untuk bulan januari. Berdasarkan data tersebut, ada kesimpulan yang saya pikir jadi catatan buat saya.

Jam kerja saya sungguh sangat tidak beraturan 🙂

Terlihat bahwa ada kalanya saya bekerja di sabtu minggu, bahkan di 12 hari pertama, saya bekerja tanpa libur, sebelum akhirnya mengistirhatkan diri dengan libur total selama 3 hari dan diikuti dengan beberapa hari jam kerja minimal.

Saya memang memilih gak berlibur di hari sabtu atau minggu, saya lebih memilih berlibur di hari lain, alasannya karena ya kalau sabtu atau minggu, kebanyakan orang juga pada libur dan mau kemana-mana bakal penuh, di sisi lain ketika hari kerja, kemana-mana pada longgar, gak perlu ngantri 🙂

Saya masih belum sempet ngerjain personal projek.

58 jam dihabiskan untuk mengerjakan projek freelance untuk orang lain, saya masih tetap “freelancer” biasa, padahal salah satu alasan kenapa membatasi jam kerja adalah supaya bisa punya waktu mengerjakan projek pribadi, but turn out it’s not that simple.

Jam kerja sudah minimal, tapi rasanya masih sibuk.

Ini yang jadi misteri, saya merasa saya masih seperti biasa, masih merasa sibuk dan dikejar-kejar tugas, bahkan saya merasa quality time bareng keluarga juga gak bertambah, ya biasa aja.

Jadi ya seperti itu, secara goal sudah tercapai, tapi dari sisi manfaat belum kerasa, saya merasa ada banyak jam yang terbuang bukan untuk pekerjaan, bukan untuk personal thing, bahkan juga bukan buat keluarga, it’s mean ada banyak jam yang hilang secara misterius dengan sia-sia. Masalahnya adalah, umumnya kita gak pernah sadar ketika membuang jam secara sia-sia, semuanya terasa baik-baik saja, sampai “lupa waktu”.

Untuk mencari lebih jauh tentang jam-jam yang hilang misterius ini, saya menginstall Rescue Time, sebuah aplikasi auto time tracking yang bisa di install di laptop dan smartphone. Tidak seperti toggl yang hanya melakukan tracking ketika kita memang ingin di tracking, Rescue Time melakukan tracking secara otomatis, semua kegiatan akan di record. Sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan sistem tracking otomatis, apalagi oleh pihak ke 3 seperti ini, but saya pikir ini worth buat dicoba.

Sudah pernah coba nge-track jam kerja mu? cobain deh.


2 tanggapan untuk “kamu sibuk atau sok sibuk?”

  1. Bulan depan, review hasil penggunaan Rescue Time nya jangan lupa di-posting ya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *