Tentang low budget project

Kalau kamu adalah freelancer atau punya teman seorang freelancer, kamu pasti sering liat joke, meme, atau bahkan beneran curhat terkait low budget project. Biasanya berisi obrolan antara si klien dan si freelancer yang mana si klien memberikan budget jasa pengerjaan suatu pekerjaan dengan sangat minim.

Masalahnya adalah, apakah low budget project itu beneran kesalahan klien? Sebelumnya, Low budget project adalah sebuah projek atau pekerjaan yang budget nya sangat minim (low) atau tidak sebanding dengan waktu, effort ataupun “modal” yang diperlukan untuk mengerjakan projek tersebut.

Kenapa low budget project bisa eksis?

Setidaknya ada beberapa hal yang biasanya jadi alasan:

  1. Si klien (pemberi projek) tidak mengetahui atau tidak familiar dengan proses dibalik pekerjaan yang diberikan, jadi si klien memandang pekerjaan yang diberikan itu gak sulit, dan cukup mudah dikerjakan oleh si pekerja, sehingga si klien merasa gak worth ngeluarin biaya berlebih.
  2. Si klien sangat mengetahui proses dibalik pekerjaan yang diberikan, bahkan sangat tahu, sehingga si klien tahu benar bahwa pekerjaan yang diberikan sebenarnya gak ribet, namun si pekerja karena kurang mengetahui hal tersebut jadi melihat pekerjaan tersebut sebagai hal yang ribet dan perlu biaya lebih sehingga budget yang ditawarkan dirasa gak sesuai.
  3. Si klien merasa gak butuh-butuh amat dengan pekerjaan yang ditawarkan, bisa jadi karena pekerjaan tersebut bukan bagian utama dari bisnis / keperluan si klien, jadi gak merasa butuh memberikan budget ekstra.
  4. Si klien melihat si pekerja gak worth untuk diberikan budget berlebih, bisa jadi karena portfolio, atau minim rekomendasi, atau ya personal si pekerja gak meyakinkan.
  5. Si klien merasa sudah memberikan “harga pasar” yang sesuai karena ya kebanyakan pekerja yang sejenis memang menerima budget tersebut.
  6. Paling simple, klien punya kantong terbatas, jadi ya memang cuma segitu aja budget yang bisa diberikan oleh klien.

Dengan latar belakang seperti itu, low budget project akan selalu ada dan ya wajar kalau ada. The thing is, gimana cara pekerja dalam hal ini freelancer menghadapinya.

Efek negatif dari low budget project

Tentu saja low budget project punya efek negatif baik dari sisi freelancer yang mengerjakannya atau juga dari sisi si klien. Dari sisi freelancer, jelas low budget project akan menyebabkan freelancer merasa kekurangan dari sisi finansial. Pada kebanyakan kasus, hal ini menyebabkan si freelancer akan mencari “sambilan” kerjaan lain untuk meningkatkan quota finansial yang mencukupi. Semakin low budget nya semakin besar kemungkinan dan jumlah “sambilan” yang di cari, efeknya? kehilangan fokus, missing deadline, stres dikejar sana-sini, burn out, lelah, efek dominonya bakal ke klien juga karena kemungkinan kerjaannya bakal molor semakin besar.

Selain itu low budget project juga akan membentuk sebuah “harga pasaran” sebuah jasa yang biasanya berefek ke: “yang lain aja mau kok ngerjain budget segitu” atau “mahal banget!, standardnya gak gitu deh” dan sejenisnya.

Dari sisi klien pemberi kerja, selain terkena dampak efek domino diatas tadi (si freelancer kehilangan fokus karena mesti cari sambilan), si klien juga bakal kemungkinan besar bertemu dengan freelancer yang “kurang matang”. Untuk menjadi freelancer tidak diperlukan sertifikasi atau penyetaraan atau sejenisnya sehingga siapa saja bisa menjadi freelancer. Hal itu menyebabkan berapapun rendahnya budget sebuah projek tetap bakal ada yang mengerjakan, tapi ada sebuah ungkapan lama yang saya pikir benar adanya, “ada harga ada rupa”.

Secara personal, saya merasa bahwa low budget project adalah awal dari masuknya sebuah bad projects, dan bad clients. Kebanyakan good clients menawarkan budget yang OK karena merasa peduli dengan projek yang akan dikerjakan, hal ini diikuti dengan brief, requirement dan deadline yang clear as crystal dan manusiawi. Bad clients in other hand, membawa project dengan low budget, dan biasanya bakal masih sering ditawar. Kebanyakan ujung-ujungnya brief dan requirement yang gak jelas dan berjalan gak mulus karena pada dasarnya gak care dengan project yang dikerjakan.

Menghadapi low budget project

Pada kebanyakan kasus low budget projek sebenarnya bukan sepenuhnya salah klien (check: Stop Thinking Like a Freelancer) dan sebagai freelancer, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari masalah ini:

Upgrade skill dan persona.
Ini adalah hal yang paling mendasar, salah satu cara untuk menaikkan budget pekerjaan adalah dengan membuat si klien merasa worth untuk memberikannya. Agak susah bagi klien untuk mempercayakan budget ekstra kalau si pekerja dalam hal ini freelancer tidak menunjukkan bahwa dirinya memang pantas mendapatkannya. Hal-hal seperti menunjukkan portfolio, rekomendasi dari orang lain atau juga membagikan pengalaman dalam mengerjakan pekerjaan yang pernah dilakukan atau menunjukkan skil yang dimiliki dapat membantu meningkatkan nilai “worth”-nya seorang freelancer.

Move on, pindah pasar.
Nah ini yang penting banget dan sering gak disadari, seberapa baiknya memperbaiki diri pada skill dan persona yang baik, tidak akan memberikan banyak efek ketika si freelancer bermain di “pasar” yang gak sesuai. Let’s say si freelancer berada di lingkungan / keadaan / sistem dimana klien yang ada adalah klien yang sebenarnya gak butuh-butuh banget, atau klien yang gak tau dan gak mau tau dengan pekerjaan yang ditawarakan, atau ya klien yang budget nya terbatas. Dalam keadaan seperti itu, sebaik apapun menawarkan jasa kemungkinan besar hasilnya tetap akan balik ke low budget project. Di saat seperti itu, si freelancer perlu sadar diri dan pindah ke pasar yang lebih besar, cari pasar yang sesuai.

Beberapa Pengecualian

Walaupun begitu ada banyak kejadian dimana low budget project atau bahkan gratis tetap dikerjakan biasanya karena ada hal lain yang bisa dicapai yang bukan sekedar nominal pekerjaan, misal freelancer yang masih awal, mengumpulkan portfolio dan rekomendasi, atau untuk keperluan non-profit, atau partnership yang bisa mengarah ke potensi bisnis lain atau apapun. Tapi rule of thumb-nya tetap berlaku, “jasa profesional” ada karena ada “budget profesional”.


So yeah, saya gak menghakimi para klien yang memberikan low budget, ataupun teman-teman freelancer yang masih bergantung pada low budget project. salah satu point dari artikel ini adalah ketika klien sering ngeluh masalah “ah freelancer indonesia sering bikin masalah” atau sejenisnya, sebelum menghakimi personal apalagi komunitas freelancer, coba deh diliat dulu apakah budget pekerjaan nya sudah sesuai? bisa jadi budget yang dikeluarkan adalah cerminan freelancer yang didapat.

Freelancer sendiri juga sering ngeluh masalah “ah klien Indonesia maunya murah mulu”, coba instropeksi diri, jangan-jangan berada di pasar yang salah, gak sesuai atau memang ya persona si freelancer nya memang cuma worth segitu.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *