Ramadhan 1441 H

Seperti diketahui bersama, Ramadhan tahun ini sungguh berbeda. Ramadhan di tengah pandemi, telah merubah aktifitas dan kegiatan umat muslim menjalani Ramadhan kali ini.

Sejak pandemi mulai muncul dibulang Maret, saya tahu ini tidak akan berakhir dengan cepat, selain karena merupakan penyakit dengan jenis baru, dan juga tingkat penyebaran yang cepat, pandemi ini menyerang titik vital masyarakat, yaitu aktifitas sosial. Jadi masalah karena bulan Ramadhan terbukti meningkatkan kegiatan sosial masyarakat dan mencapai puncaknya pada hari raya Idul Fitri. Semakin banyak kegiatan bersosialisasi, semakin banyak kemungkinan terjangkiti virus ini.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan empati terhadap para korban, keluarga pandemi, dan orang-orang yang terkena dampak pandemi secara langsung maupun tidak langsung, kalau ditelisik lebih jauh, pandemi telah membuka banyak hal yang kita pikir baik-baik saja, ternyata tidak.

Pandemi telah membuka topeng tiap manusia.

Pandemi telah memperlihatkan bagaimana beberapa orang mengedepankan ego, bahkan melebihi kesehatan atau nyawa sendiri, dan orang sekitar.

Pandemi memperlihatkan mental sebagian orang yang merasa masa bodoh, acuh, tidak empati, kurang disiplin, dan tidak toleran.

Pandemi memperlihatkan kurangnya literasi masyarakat.

Pandemi memperlihatkan bahwa kegiatan buka bersama, sahur on the road, halal bihalal bukanlah hal penting, kurang berguna dan tidak mengapa untuk ditinggalkan.

Pandemi mengingatkan tarawih bisa dilakukan di rumah bersama keluarga.

Pandemi mendukung kegiatan stay at home, untuk orang-orang yang tidak punya kepentingan keluar rumah di bulan Ramadhan.

Pendemi mengajak kita mengingat kembali arti dan ketulusan beribadah.

Pandemi memperlihatkan kualitas kepemimpinan dari setiap pemimpin daerah melalui keputusan dan tindakan-tindakan atas nama kepentingan bersama.

Pandemi menunjukkan ketidaksiapan kita dari sisi fasilitas kesehatan untuk memberikan perawatan kepada masyarakat.

Pandemi menunjukkan ketidakrataan kualitas hidup setiap orang untuk tinggal dirumah.

Pandemi mengingatkankan untuk kembali menjaga kebersihan dengan kegiatan sesederhana mencuci tangan, menggunakan masker untuk si sakit.

Pandemi menunjukkan beberapa hal bisa dioptimasi dengan video call untuk mengurangi kunjungan kerja, dan menghemat waktu.

Pandemi menunjukkan bahwa pembelajaran online sangat bisa dilakukan.

Pandemi menunjukkan teknologi mampu membantu mengurai dan memudahkan birokrasi kantor dan dinas yang rumit.

Pandemi menunjukkan kualitas udara bisa membaik dengan berkurangnya aktifitas lalu-lintas.

Pandemi menunjukkan para pekerja seperti ojek online, kasir, penjual makanan lokal adalah pekerja esensial yang sangat kita butuhkan.

Pandemi menunjukkan keberanian dan ketulusan dokter dan perawat dalam menghadapi korban-korban pandemi.

Pandemi mengingatkan saya secara pribadi untuk bersyukur bisa bekerja dari rumah.

Pandemi memperlihatkan bahwa ada beberapa orang yang gak punya pilihan selain harus tetap keluar rumah, bekerja demi kehidupan harian walaupun harus berhadapan dengan virus, dan ocehan netizen.

Pandemi menunjukkan banyak hal, tapi memang harganya tidak murah, sudah ribuan korban untuk Indonesia, dan jutaan untuk dunia.

Di bulan Ramadhan ini, bulan penuh ampunan, bulan penuh berkah, adalah momen yang tepat untuk merenungi dan bersyukur, atas semua kesehatan, kebaikan, kemudahan yang sudah didapat selama ini.

Saya berharap semoga lebaran yang tinggal 2-3 hari ini, tidak melahirkan banyak kluster baru di berbagai daerah, semoga kita semua diberi perlindungan.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *