Sebentar lagi tahun 2015 berakhir, dan memasuki januari tahun 2016 berarti saya akan memasukin tahun ke-3 saya sebagai remote worker atau pekerja remote. Awalnya saya belum mengenal kerja remote dan saya masih bekerja onsite di Bandung, iseng aja nanya ke atasan saya “saya boleh kerja dari tempat saya saja di Samarinda?” karena waktu itu saya berpikir, as programmer saya bisa kok mengerjakan dan mengirim source code dan kerja online gak mesti di kantor. Atasan ternyata memberikan ijin namun dengan syarat, mesti 1 tahun dulu onsite dan sudah berkeluarga, dan kebetulan saat itu memang ada rencana untuk berkeluarga di 1 tahun berikutnya, dan akhirnya saya pun memulai sistem kerja yang ternyata sudah lama nge-trend dengan istilah remote working atau kerja remote.
Pertengahan tahun 2015 ini saya menemukan grup facebook dengan nama kami kerja remote, dan ternyata beberapa teman saya sudah join disitu, keberadaan grup ini lumayan membantu beberapa teman saya mengenal jenis pekerjaan yang saya lakuin, karena kalau kamu bekerja as remote worker kamu pasti sering mengalami moment sedikit bingung ketika menceritakan pekerjaanmu ke teman-teman sekitar mu :D.
Di grup itu juga, terlihat beberapa member memang awalnya masih belum tepat mengartikan tentang kerja remote, beberapa menganggap pengguna software remote (teamviewer, vcn, ssh, dll) atau ada juga yang menganggap ini jenis pekerjaan khusus programmer. Tentu saja bukan cuma beberapa member tersebut yang bingung, tetangga saya mengira saya kerja sebagai tukang bikin remote ketika menjelaskan pekerjaan saya ke tetangga :(, atau seperti beberapa teman saya yang dikira pesugihan karena gak pernah keliatan ngantor. hiks.
Beberapa opini tentang kerja remote yang paling sering ada dan gak tepat
Kerja Remote == Freelancer
Ini yang paling sering, kerja remote disamakan dengan freelancer. iya sih kebanyakan freelancer kerja secara remote, tapi gak semua juga. Freelancer adalah masalah kontrak, dimana kita sebagai freelancer dikontrak untuk bekerja pada satuan waktu tertentu atau berdasarkan projek yang dikerjakan. Misal kamu kerja dengan status freelancers dan kamu gak mesti datang kekantor, itu baru disebut freelancer yang kerja remote, tapi ada juga freelancer yang mesti datang ke kantor, tiap hari. Dikantor saya dulu kami sempet nge-hire freelancer karena kekurangan tenaga, dan walaupun freelancer, orang tersebut mesti datang kekantor, meeting dan kerja di kantor setiap hari. Kalau sudah begini, dia bener freelancer, tapi kerja nya onsite, bukan kerja remote.
Kerja Remote == Part Timer
Terlepas dari ngelempar lowongan kerja di facebook itu kadang jadi absurd, jawaban dari orang ke 2 alias pemberi kerja agak gak nyambung, dan saya menduga mungkin pemberi kerjaan mengira kerja remote ini semacam freelancer, atau malah part timer. Padahal ini hal simple, part timer adalah kerja paruh waktu, biasanya para pelajar yang mau sambil kerja, atau saya juga pernah sebagai part timer walaupun masih dalam status karyawan di tempat lain. Sama seperti freelance, kalau kerja sebagai part timer dan mesti datang kekantor, namanya ya kerja onsite juga, bukan remote. Bisa jadi juga kerja nya part time atau malah full time, tapi gak mesti kekantor, berarti ya termasuk kerja remote.
Kerja Remote mesti jadi Programmer
Beberapa orang menganggap perlu jadi programmer buat ngerasain kerja remote. Sebenarnya gak juga, kamu bisa kerja remote dengan profesi apapun, rasanya pernah baca dokter melakukan operasi jarak jauh menggunakan teleconference, itu juga termasuk remote. Jadi bukan masalah kemampuan atau profesi, tapi lebih masalah persepsi bahwa kerja gak mesti ngumpul di 1 tempat. Profesi lain seperti desainer (desainer apapun), penulis (blog atau buku), pengajar ( pernah liat perkuliahan online? ), scientist dan photographer (contoh fotographer ama peneliti national geographic yang lagi di tengah hutan).
Kerja Remote mesti di kantor luar negeri
Memang sih jarang banget kantor / perusahaan yang akomodir kerja remote di Indonesia. Tapi bukan berarti gak ada, selama ini saya kerja remote pada 2 kantor di Indonesia, kantor pertama ada di Bandung dan kantor yang sekarang di Jakarta dan rumah saya di Samarinda. Ini lebih kearah pinter-pinter nego ke atasan mu kalau mau minta ijin kerja remote, dan karena masih jarang jadi ya agak maklum kalau gak di approve oleh si bos. pro tips nya mungkin kamu mesti tunjukin dulu bahwa kamu bisa kerja yang bener ketika onsite lalu seltelah beberapa waktu mulai deh obrolan tentang kerja remote.
Digital Nomad
Nah kalau ini level lebih tinggi dari para pekerja remote. Masih jarang banget sih istilah ini dipakai oleh temen-temen. Digital nomad ini sebenarnya adalah kebiasaan dimana si pekerja sukanya sambil traveling, ya karena sebagai pekerja remote, kita gak dibatasin mau kerja dimana saja, jadilah beberapa orang lebih memilih untuk sambil traveling keliling dunia, “karena dunia terlalu luas untuk tinggal di satu tempat” begitu sih biasanya slogan nya. Belum pernah sih denger orang indonesia yang ngelakuin digital nomad gini, tapi kalau para bule udah hal biasa. Seperti om vitally friedman, doi yang punya website smashing magazine, hidup nya pindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, bahkan dia gak punya rumah, kamu bisa baca disini. Tapi walaupun begitu, ada juga digital nomad yang kerjanya gak remote, saya pernah baca beberapa orang seperti pengajar, dokter, dan instruktur yang hidup nomaden sambil traveling, ketika sampai disuatu tempat mereka akan mencari kerja sebagai tenaga kerja lokal di tempat tersebut, sampai beberapa bulan mereka resign dan melanjutkan perjalanan.
Tentang Kerja Remote
Jadi kerja remote itu sebenarnya simple, kalau kamu bekerja entah jadi karyawan resmi, atau sekedar freelance, magang atau yang lainnya dan kamu gak mesti datang kekantor maka sudah termasuk kerja remote. Prinsipnya sebenarnya adalah supaya kamu bisa kerja di tempat dengan kondisi dan keadaan yang kamu sukai, harapannya dengan begitu kerja lebih produktif, karena gak perlu suntuk dengan ruangan kantor yang mungkin membosankan.
Tentu saja ada banyak pertimbangan terutama dari sisi business owner untuk memberi akses kerja remote kepada karyawannya. Seperti saya tadi, mungkin kamu mesti kerja dulu onsite, lalu tunjukkan bahwa kamu memang bisa kerja dengan baik dan cukup bisa diandalkan, lalu mulai deh ajuin kerja remote paling gak dengan masa trial beberapa bulan, kalau lancar, baru minta permanen kerja remote.
BTW, emang apa sih benefit dari kerja remote?
Nah, ada beberapa kelebihan atau benefit yang hanya didapat ketika bekerja secara remote, saya tulis lengkap disini: Benefit Kerja Remote