Rasanya kalau akhir pekan sekarang itu lebih sering capeknya, hari ini misalnya, keluar untuk pergi ke undangan, muter bentar, sampai rumah rasanya lemas sekali. Rasanya keluar rumah saja sudah bikin lemes. Cuacanya memang sangat panas dan gerah sih, apakah karena cuaca? apakah karena ya akhir pekan jadi bawaanya pengen rebahan saja? apakah bukti sudah menua?…
Rasanya kalau akhir pekan sekarang itu lebih sering capeknya, hari ini misalnya, keluar untuk pergi ke undangan, muter bentar, sampai rumah rasanya lemas sekali.
Rasanya keluar rumah saja sudah bikin lemes.
Cuacanya memang sangat panas dan gerah sih, apakah karena cuaca? apakah karena ya akhir pekan jadi bawaanya pengen rebahan saja? apakah bukti sudah menua? π
Tapi bener deh, akhir pekan idaman saya saat ini adalah rebahan seharian, Netflix, Gofood, pokoknya berdiam diri tidak bergerak.
Banyak orang tua (apalagi orang tua dari orang tua) yang gak tau bahwa dibalik anak yang kelihatanya “pandai” dan mahir mengoperasikan gadget, itu ada kerja UI/UX desainer yang pandai mengatur susunan alur proses penggunaan sebuah aplikasi dan gadget yang membuat anak terbiasa, pandai, mahir, dan juga ketagihan pada gadget, game, app, video dan lainnya. Jadi…
Banyak orang tua (apalagi orang tua dari orang tua) yang gak tau bahwa dibalik anak yang kelihatanya “pandai” dan mahir mengoperasikan gadget, itu ada kerja UI/UX desainer yang pandai mengatur susunan alur proses penggunaan sebuah aplikasi dan gadget yang membuat anak terbiasa, pandai, mahir, dan juga ketagihan pada gadget, game, app, video dan lainnya.
Jadi sebenarnya itu bukan sesuatu yang bagus untuk dibanggakan.
“Si x padahal baru y tahun, tapi sudah bisa mengoperasikan YouTube dan TikTok, bahkan bisa cari game sendiri”
Itu bukan sebuah skill, lebih kepada anak x tahun sudah kena jebakan dan terperangkap dengan sistem kerja dan tujuan si pembuat aplikasi yang mana memang ingin penggunanya mudah mengoperasikan aplikasi dan tahan lama juga ketergantungan pada sebuah aplikasi.
Saya percaya anak-anak itu gak akan gaptek, karena memang sudah eranya, nantinya mereka akan bisa menguasai sendiri.
Malahan, yang kemungkinan gaptek adalah orang yang lebih tua, tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak menyadari bahaya gadget pada anak kecil, tidak mengerti bagaimana melakukan pengaturan anak pada gadget yang membuat anak bisa mengakses dunia layaknya orang dewasa, tanpa batasan, tanpa dukungan pemikiran yang matang.
Saya mencoba membuat bagian komentar di blog ini lebih simpel, jujurnya saya kurang suka dengan form komentar karena ya makan tempat, gak menarik, dan jarang ada komentar juga π Jadi yang saya lakukan adalah menyembunyikan form komentar, tapi ada tombol untuk memunculkannya apabila pengunjung ingin memberikan komentar. Tapi sebenarnya ada yang lebih menarik, saya juga…
Saya mencoba membuat bagian komentar di blog ini lebih simpel, jujurnya saya kurang suka dengan form komentar karena ya makan tempat, gak menarik, dan jarang ada komentar juga π
Jadi yang saya lakukan adalah menyembunyikan form komentar, tapi ada tombol untuk memunculkannya apabila pengunjung ingin memberikan komentar.
Tapi sebenarnya ada yang lebih menarik, saya juga menambahkan tombol upvote dan downvote! ikon nya sih hati dan jempol kebawah, tapi ya sama esensinya.
Saya sudah lama pengen punya fitur ini, karena ya memudahkan pengunjung untuk memberikan apresiasi atau ketidaksukaan pada artikel, menurut saya ini lebih sederhana dibanding memberikan komentar.
Ada banyak plugin WordPress untuk ini, tapi semuanya ribet dan terlalu kompleks, beberapa bikin berat website, beberapa bahkan terkoneksi dengan sistem mereka yang artinya mereka dapat melakukan tracking, saya gak suka.
Jadi saya buat plugin sederhana untuk upvote dan downvote ini, kamu bisa download di Github saya https://github.com/yogasukma/ys-upvote. Disclaimer: plugin ini sangat sederhana dan untuk keperluan saya pribadi, jika ada bug atau masalah, saya tidak bertanggung jawab π kirim saja pesan di kontak, atau bikin issue baru di Github.
Plugin ini sangat sederhana dan fleksibel, untuk menginstallnya kamu bisa download pluginnya dan upload seperti instalasi plugin di WordPress biasanya.
Setelah itu, disini bagian menariknya, kamu bisa tambahkan tombol upvote dimana saja kamu mau!
Pertama, edit template single-post mu, lalu tambahkan “tombol” dimana pun kamu mau,
Lalu, kamu bisa kasi teks apapun seperti “upvote”, “suka”, atau gunakan emoji, setelah itu di bagian advance atau tingkat lanjut, beri nama class “ys-upvote-button”, atau “ys-downvote-button” untuk downvote.
Selesai!
Berikut video demo:
Nantinya, jumlah upvote dan downvote akan tampil di bagian daftar pos
Jumlah upvote dan downvote akan tampil hanya di halaman administrator, jadi pengunjung tidak tau juga berapa upvote sebuah post.
Gak berharap banyak, tapi menurut saya ini fitur yang “nice to have”.
Okay, ini kali ke-3 postingan terkait WordPress x WPEngine drama, saya juga sudah bosan dan berusaha untuk tidak ikut membahas lagi, saya janji ini yang terakhir, karena kali ini beneran “unik”, dan cenderung memalukan. Melihat postingan terakhir dari Matt yang merupakan respon dari postingan DHH, yang saya juga sudah baca sebelumnya dan saya setuju banget…
Okay, ini kali ke-3 postingan terkait WordPress x WPEngine drama, saya juga sudah bosan dan berusaha untuk tidak ikut membahas lagi, saya janji ini yang terakhir, karena kali ini beneran “unik”, dan cenderung memalukan.
Melihat postingan terakhir dari Matt yang merupakan respon dari postingan DHH, yang saya juga sudah baca sebelumnya dan saya setuju banget dengan DHH, terutama bagian ini:
Matt, don’t turn into a mad king. I hold your work on WordPress and beyond in the highest esteem.
Please don’t make me cheer for a private-equity operator like Silver Lake, Matt. Don’t make me wish for them to file an emergency injunction to stop the expropriation of ACF.
Ya, saya gak suka drama ini, sangat-sangat buruk untuk komunitas WordPress, saya mengerti dan gak suka juga dengan WPEngine dan lainnya, tapi apa yang dilakukan Matt tiap hari makin gak jelas, makin susah untuk memberikan dukungan.
Postingan dari DHH menurut saya termasuk bijak, santai lah, tapi ternyata respon dari Matt gak enak banget dan menurut saya termasuk kategori memalukan, mungkin setelah posting itu Matt juga merasa demikian dan langsung menghapus postingan tersebut, tapi netizen sudah melakukan arsip dan jejak tersebut akan ada di internet selamanya.
I will give full credit and respect. 37signals inspired tons of what Automattic does! Weβre now half a billion in revenue. Why are you still so small?
Ada banyak hal yang bisa dikutip dari response tersebut, sampai bingung yang mana yang saya pilih. Keseluruhan artikel sangat-sangat tidak dewasa, bukan sesuatu yang saya duga dari pemimpin 43% website dunia.
Matt adalah salah satu idola saya dalam dunia teknologi, semua postingan dan komentar yang dilakukan selalu saya ikuti, tapi drama ini dari awal memang gak baik, makin kesini makin buruk, menggunakan WordPress di 2024 sudah cukup “kolot”, ditambah dengan drama ini, beneran tidak membantu.
Saya akan masih menggunakan WordPress, via pihak ketiga tentunya, yang semoga tidak diserang ala WPEngine, ada banyak hal yang masih memberikan benefit ke saya, tapi mungkin saya berhenti merekomendasikan WordPress, mungkin saya juga akan menghapus WordPress di footer website ini?
ps: tentu saja, postingan Matt hanya ujung dari bongkahan gunung es, proses mengambil alih plugin ACF itu menurut saya jauh lebih besar dan bahaya, karena artinya Matt via WordPress.org bisa saja mengambil alih plugin populer dan dirilis ulang dengan nama berbeda. Serius deh, Matt menggali lubang kubur sendiri.