• Android Apps

    Berhubung handphone diganti, maka saya mulai melakukan migrasi (pada dasarnya cuma pindahin backup Whatsapp), lalu mulai instal aplikasi yang saya butuhkan. Setelah saya rinci, ternyata ada beberapa aplikasi yang must have menurut keperluan saya. Whatsapp Tentu saja, ini yang paling pertama. Saya rasa semua kontak saya menggunakan Whatsapp untuk nelpon dan berkirim pesan, sudah kewajiban…

    Berhubung handphone diganti, maka saya mulai melakukan migrasi (pada dasarnya cuma pindahin backup Whatsapp), lalu mulai instal aplikasi yang saya butuhkan. Setelah saya rinci, ternyata ada beberapa aplikasi yang must have menurut keperluan saya.

    Whatsapp

    Tentu saja, ini yang paling pertama. Saya rasa semua kontak saya menggunakan Whatsapp untuk nelpon dan berkirim pesan, sudah kewajiban banget untuk punya ini.

    Slack

    Slack digunakan untuk ngobrol urusan kantor, walaupun saya jarang sih menggunakan di handphone karena ya biasanya cukup di laptop/pc, tapi ya berguna juga kalau lagi diluar atau lagi away dari laptop.

    Authy

    Saya pakai Authy untuk keperluan Autentikasi Multifaktor (MFA) untuk login ke sebagian besar website yang saya sering gunakan.

    Gopay

    Saya seneng banget sama Gopay, sudah mengcover semua urusan transaksi keuangan, aplikasinya ringan, mendukung banyak jenis transaksi, QRIS nya cepet, bisa menggunakan kartu kredit dan sekarang malah ada Gopay tabungan. Enak banget dah, dulunya saya suka OVO tapi makin kesini makin banyak hal gak penting (promo) di aplikaisnya dan sudah ada biaya layanan pula, Gopay is TOP.

    Feedly

    Feedly adalah aplikasi yang saya gunakan untuk membaca RSS, bisa baca tulisan saya sebelumnya tentang Feedly dan RSS. Untuk kebanyakan orang, Feedly adalah sosial media buat saya.

    Jetpack

    Jetpack adalah aplikasi yang saya gunakan untuk posting di blog saya ini. Idenya seperti aplikasi sosial media, jadi ya kalau mau posting ke internet saya memilih posting di Jetpack untuk masuk ke blog saya daripada ke sosial media.


    Rasanya cuma itu saja yang saya install dan perlu pakai banget. Ada beberapa aplikasi lain yang juga esensial untuk saya tapi gak saya instal karena sudah ada secara default atau sudah saya install di gadget lain.

    Youtube, Youtube Music

    Saya suka nonton Youtube, beneran. Saya subscribe premium dan dapet sekalian Youtube Music, jadilah kombinasi entertainment multimedia buat saya.

    Google Photos

    Semua foto saya dari tahun 2002 ada di Google Photos, semua saya backup disitu. Seringkali saya dan anak-anak cuma duduk scroll ke bawah ke masa lalu di Google photos untuk melihat-lihat memori lama.

    Google Chrome

    Web browser handphone Android, saya merasa harusnya gak perlu di list ya, tapi ya sudah lah. Saya prefer Google Chrome dibanding web browser lain karena bisa sync history dengan laptop saya.

    Jago

    Saya nasabah Bank Jago, jadi ya pakai aplikasi Jago, tapi saya hanya install di tablet Android saya yang gak pernah saya bawa kemana-mana, saya merasa lebih aman daripada menginstal aplikasi ini di handphone yang saya bawa kemana-mana yang bisa jadi ketinggalan/hilang/rusak/dicuri.

    Bitwarden

    Password manager, jarang sih dipakai untuk kebutuhan harian, biasanya juga pakai yang versi laptop, tapi tetap saya install di tablet android supaya kalau ada apa-apa saya tetap bisa akses cepat.

    Trimegah, IPOT, Bibit

    Aplikasi investasi gini saya install di tablet android juga, gak saya bawa kemana-mana. Karena ya tadi, faktor keamanan dan juga gak tiap hari ini melakukan investasi.


    Jadi ya beberapa aplikasi sangat esensial sehingga saya install di handphone yang saya bawa kemana-mana. Tapi ada juga aplikasi esensial yang saya merasa gak perlu dibawa kemana-mana karena jarang dipakai dan juga akan lebih aman kalau stay di rumah saja.

  • Redmi 13

    Belum sempat cerita banyak setelah “Upgrade” handphone, jadi akhirnya saya ganti handphone yang seharusnya ya upgrade, tapi setelah 3 hari pemakaian, rasanya sama saja, jadi gak berasa upgrade ๐Ÿ˜€ Saya memilih Redmi 13 karena ya syarat handphone baru saya harus dibawah 2 juta. Ini adalah harga yang saya set sendiri dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:…

    Belum sempat cerita banyak setelah “Upgrade” handphone, jadi akhirnya saya ganti handphone yang seharusnya ya upgrade, tapi setelah 3 hari pemakaian, rasanya sama saja, jadi gak berasa upgrade ๐Ÿ˜€

    Saya memilih Redmi 13 karena ya syarat handphone baru saya harus dibawah 2 juta. Ini adalah harga yang saya set sendiri dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

    1. Saya lebih sering aktif di laptop/pc/tablet, jadi jarang menggunakan handphone.
    2. Harga handphone masuk kategori harga barang yang seandainya barangnya hilang/jatuh/rusak, maka ya sudahlah.
    3. Sudah memiliki fitur dasar yang saya butuhkan (kamera yang gak jelek, sidik jari, ada NFC).

    Sebelumnya malah saya prefer yang 1jt lebih dikit, tapi terakhir saya beli (Redmi 9C & Asus apa gitu) sangat-sangat lambat sekali, padahal cuma saya install Whatsapp dan Slack :/ jadi ya naik sedikit rentang harganya.

    Jadi ya utamanya karena harga, selebihnya tidak begitu jadi pertimbangan.

    Sebelumnya saya menggunakan Redmi note 9 yang mana sebenarnya adalah milik ortu yang dibeli tahun 2019 dan sudah rusak dan servis kesana kemari beberapa kali, dan berakhir di saya.

    Sesungguhnya, tidak ada masalah dengan Redmi note 9 tadi, hanya saja belakangan suka restart dan mati sendiri, dan karena sudah bertahun jadi ya sekalian “upgrade” ke Redmi 13, bukan yang versi Note sih. Karena sudah beda 4 generasi, saya pikir saya akan merasakan “upgrade”, tapi ternyata gak juga.

    3 hari ini memang kerasa lebih lancar, tapi saya pikir ini karena ya belum banyak aktifitas/cache/sampah, jadi ya lancar saja.

    Masalah lain adalah kamera, saya mungkin terlena dengan Redmi note 9 dimana ada menu “pro” yang pada dasarnya adalah fitur untuk manual setting kamera seperti shutter speed, fokus, auto white balance, dan lainnya. Redmi 13 ini gak ada! apa karena bukan versi “Note” ya.

    Oh, ngobrolin kamera, Redmi 13 ini fitur unggulannya adalah kamera 108 megapixel, yang mana… gak berasa juga, bukti bahwa nomor megapixel di handphone itu gak ngaruh banyak.

    Suara juga agak sedikit berbeda, agak “cempreng” dikit, pecah. Redmi note 9 punya suara yang lebih kalem.

    Jadi gak begitu berasa upgradenya, paling yang kerasa cuma sekarang lebih sat set (semoga begitu terus sampai beberapa waktu kedepan), punya NFC yang mana buat tap emoney (ribet banget itu), dan ya karena barangnya baru jadi lancar tidak mengalami restart secara acak.

    Tapi jadi kaget juga, ternyata beda 4 generasi gak begitu ngaruh, entah apakah memang Redmi 9 versi Note itu oke banget sampai bisa bersaing 4 generasi, atau Redmi 13 ini yang memang gak bawa peningkatan. Makin jadi bahan pertimbangan untuk tidak melakukan upgrade barang elektronik terutama handphone kalau cuma rentang waktu 3-4 tahun.

  • Zone Focusing

    Berhubung sekarang lagi menggunakan lensa manual fokus di kamera, jadi cari tahu dan belajar gimana caranya biar bisa fokus dengan lebih cepat dan tepat. Tadinya saya pikir bakal ribet karena ya mesti muter focus ring tiap mau foto, ternyata gak harus begitu, ada istilah Zone focus. Zone focus arti kasarnya mengatur kamera supaya fokus ke…

    Berhubung sekarang lagi menggunakan lensa manual fokus di kamera, jadi cari tahu dan belajar gimana caranya biar bisa fokus dengan lebih cepat dan tepat. Tadinya saya pikir bakal ribet karena ya mesti muter focus ring tiap mau foto, ternyata gak harus begitu, ada istilah Zone focus.

    Zone focus arti kasarnya mengatur kamera supaya fokus ke area (zone) dengan jarak tertentu. Jadi misal setting supaya fokus di jarak sekitar 2 sampai 5 meter, artinya apapun yang ada di dalam area itu akan fokus, makin ketengah makin fokus dan tajam.

    Zone focus bisa membantu untuk membuat kamera lebih cepat dalam mengatur fokus karena ya apapun yang ada dalam area akan fokus, jadi gak perlu delay karena kamera harus nyari fokus dulu, walaupun ya kamera makin kesini makin canggih dan cepat dalam mencari fokus (tergantung kamera, yang pasti bukan kamera saya :D).

    Di YouTube ada banyak yang bahas detail teknikal untuk mengerti dan mengetahui bagaimana zone fokus bekerja yang mana menurut saya akan lebih mudah dijelaskan dalam format video.

    Berikut beberapa diantara banyak video yang sudah saya tonton dan menurut saya cukup detail dan mudah dimengerti.

    Masalah berikutnya: saya gak bisa mengira-ngira jarak dalam meter ๐Ÿ˜€

  • TTArtisan vs Fujifilm XC

    Kali ini mau compare sedikit antara lensa TTArtisan 50mm F2 yang baru datang kemarin vs Lensa kit Fujifilm XC 16-55mm bawaan kamera. Ini bukan perbandingan yang penuh scientific dan perhitungan yang gimana-gimana, beneran jepret objek yang sama dengan setting yang sama. Perbedaannya hanya untuk TTArtisan saya menggunakan manual fokus sedangkan Lensa kit saya pakai fitur…

    Kali ini mau compare sedikit antara lensa TTArtisan 50mm F2 yang baru datang kemarin vs Lensa kit Fujifilm XC 16-55mm bawaan kamera.

    Ini bukan perbandingan yang penuh scientific dan perhitungan yang gimana-gimana, beneran jepret objek yang sama dengan setting yang sama. Perbedaannya hanya untuk TTArtisan saya menggunakan manual fokus sedangkan Lensa kit saya pakai fitur autofocus nya, sedangkan settingan exposure triangle, film simulation dan lainnya sama.

    Semua gambar disusun yang kiri adalah TTArtisan 50mm dengan aperture 5.6 sedangkan yang kanan adalah lensa kit Fujifilm XC menggunakan focal length 50mm dan aperture 5.6.

    Klik untuk perbesar gambar.

    Jujurnya agak susah lihat perbedaanya, atau memang mata saya saja yang belum mahir membedakan.

    Adapun sedikit perbedaan yang saya rasa lensa kit Fujifilm XC lebih banyak area yang kena fokus dan tajam, dibanding TTArtisan ada sedikit yang agak blur dan kurang tajam, tapi menurut saya mungkin karena ya manual fokus nya kurang pas. (iya gak sih?)

    Tapi untuk warna, rasanya gak banyak berbeda. Padahal kalau kata orang-orang warna dari TTArtisan sedikit berbeda (berbeda kearah kurang bagus), tapi dari yang saya lihat kurang lebih saja.

    Catatan lain saya menggunakan aperture 5.6 karena untuk lensa kit Fujifilm yang saya punya, maksimal ada di 5.6 kalau menggunakan 50mm, jadi supaya fair saya menggunakan angka aperture yang sama untuk TTArtisan, padahal TTArtisan bisa lebih besar sampai di aperture 2 yang mana bisa membuat gambar lebih terang dan bokeh.

  • TTArtisan 50mm F2

    Akhirnya, kesampaian juga beli lensa ini, TTArtisan 50mm F2, lensa yang menurut saya kecil atau istilahnya “pancake lens”, asumsi saya akan lebih mudah digunakan di keramaian, karena gak tapi mencolok, tapi ternyata gak kecil-kecil amat :). Lensa ini bisa dibilang juga kategori murah banget, lensa entry level lah. Dengan fisik dan apalagi harga yang murah,…

    Akhirnya, kesampaian juga beli lensa ini, TTArtisan 50mm F2, lensa yang menurut saya kecil atau istilahnya “pancake lens”, asumsi saya akan lebih mudah digunakan di keramaian, karena gak tapi mencolok, tapi ternyata gak kecil-kecil amat :).

    Perbandingan ukuran lensa kit Fuji XC 16-50mm (kiri) dengan lensa TTArtisan (kanan), lebih kecil, tapi ternyata gak kecil-kecil amat.

    Lensa ini bisa dibilang juga kategori murah banget, lensa entry level lah. Dengan fisik dan apalagi harga yang murah, lensa ini jelas adalah lensa manual fokus.

    Dua alasan tersebut, ukuran kecil dan harga murah, menjadi alasan utama saya memilih lensa ini. Saya masih belum merasa butuh ngeluarkan uang terlalu banyak untuk perangkat kamera dan lensa, masih merasa sebagai hobi tersier, jadi kalau bisa yang murah maka ya yang murah saja ๐Ÿ˜€

    Lensa ini juga menggunakan focal length 50mm di APSC yang artinya equivalent sekitar 75-80mm untuk kamera fullframe yang mana itu masuk kategori tele yang mana jarang banget penggunanya, kecuali untuk keperluan foto portrait atau make up yang perlu fokus ke wajah saja.

    Untuk yang suka foto dokumentasi kegiatan misalnya, atau pengen foto moment, biasanya lebih suka yang lebih lebar sekitar 25-35mm karena bisa nangkap objek lebih banyak.

    Saya juga sebenarnya lebih suka sekitaran itu, 35mm mungkin sweet spot saya, tapi ada beberapa hal yang jadi pertimbangan saya sehingga memilih 50mm:

    1. Saya belum pede foto jarak dekat ๐Ÿ™‚ jadi biasanya ngambil foto dari jarak jauh, jadi lensa 50mm cocok karena saya tetap bisa mengambil momen atau cerita dari jarak agak lebih jauh.
    2. Karena lebih jauh, biasanya objek yang difoto jadi gak aware, jadi lebih sering dapet momen candid.
    3. Saya masih susah mengatur komposisi, jadi dengan lensa lebar seringnya saya bakal nge-crop foto, padahal kamera ini resolusinya kecil, kalau di crop maka makin habis lah.
    4. Lensa lebih lebar fotonya cenderung jadi ‘biasa’ saja karena biasanya kamera handphone juga menggunakan focal length lebar, jadi sudah terlalu sering melihat hasilnya.
    5. Sepertinya bakal memberi saya pandangan berbeda dalam mengambil foto, bisa dapat foto yang lebih detail dan unik.

    Dengan alasan tersebut, saya merasa lebih cocok untuk memilih 50mm. Walaupun begitu, sepertinya lensa kit bawaan kamera akan tetap dibawa terutama kalau ada kegiatan karena lensa bawaan lebih fleksibel, bisa bukaan lebar dari 16mm sampai 50mm. Jadi kalau situasi susah pakai 50mm, maka ya diganti saja.

    Oh setelah membuka dan mencoba sekilas, ada beberapa kesan pertama yang saya rasakan

    1. Seperti kebanyakan YouTuber, waktu pegang pertama kerasa banget build quality nya bagus! full besi dan solid, tapi…
    2. BERAT! ya saya gak tau sih berapa berat lensa kit bawaan yang saya pakai sebelumnya, tapi yang ini kerasa berat, lebih berat daripada kameranya, setelah beberapa foto kerasa di tangan pegelnya, saya gak biasa aja ini. Ini resiko dari build quality full besi solid tadi.
    3. Saya juga gak sadar, ternyata lensa kit bawaan kamera saya itu ada image stabilization, saya baru sadar setelah menggunakan lensa TTArtisan ini rasanya kamera gak bisa diem, gerak mulu, agak susah fokus.
    4. Ngomongin fokus, lensa ini manual fokus, jadi ya agak tantangan dalam menggunakannya, gak bisa main jepret seperti auto fokus, tapi:
      • Autofokus kamera saya lambat juga, Fuji memang agak terbelakang bagian autofokus, sudah gitu ini kamera XA series, versi lama pula, jadi autofokus memang lambat dan gak tepat juga.
      • Setelah nonton dan nyobain zone focusing, rasanya manual fokus gak susah-susah amat, tapi ya saya belum pernah pakai di lapangan sih.
    5. Seperti komplain kebanyakan reviewer, tutup lensa nya gak enak, sistem ulir, saya pikir mereka lebai, tapi beneran deh, ulirnya gak enak, harus ngepasin.

    Saya belum sempat testing banyak foto, cuma tadi ngetest manual fokus dan ngetest hasilnya gimana, yang mana menurut saya oke aja sih.

    Nantilah akan saya coba compare lensa ini dengan lensa kit bawaan, bagaimana perbedaanya.

    Contoh hasil foto menggunakan lensa TTArtisan 50mm