• Battery on MacBook

    Sebagai orang yang bekerja minimal banget 8 jam diatas meja kerja, dan menggunakan laptop (MacBook M1 Pro 2021), saya selalu penasaran apakah saya harus mencabut charger ketika sudah hijau dan 100% charged, atau tidak masalah untuk dibiarkan terpasang ke charger selamanya, paling tidak selama 1 hari itu. Jadi seperti biasa, diawali dengan diskusi dengan ChatGPT…

    Sebagai orang yang bekerja minimal banget 8 jam diatas meja kerja, dan menggunakan laptop (MacBook M1 Pro 2021), saya selalu penasaran apakah saya harus mencabut charger ketika sudah hijau dan 100% charged, atau tidak masalah untuk dibiarkan terpasang ke charger selamanya, paling tidak selama 1 hari itu.

    Jadi seperti biasa, diawali dengan diskusi dengan ChatGPT

    Jadi ya memang tidak masalah selalu terpasang dengan charger, MacBook punya sistem untuk mengatasi itu.

    Kamu bisa cek di MacBook mu, apakah setting optimasi baterai sudah aktif atau belum melalui menu Settings > Battery > Battery Health > tekan icon (!).

    Ya, menu optimasi baterai sudah on.. tapiiii, saya baru tau maximum capacity baterai saya hanya 87%, saya gak tau apakah ini berita baik atau buruk mengingat laptop selalu dipakai kerja harian hampir seharian dari tahun 2021 sampai sekarang, januari 2025.

    Apple sendiri menganggap bateray dengan maximum capacity > 80% adalah kondisi baik-baik saja, dibawah 80% baru harusnya mulai kerasa.

    Tapi ini 87% sudah dekat dan ya sudah kerasa, dulu rasanya kalau full kerja dari jam 8 pagi bisa sampai magrib, tapi sekarang rasanya paling sekitar 6 jam saja, atau malah kurang, karena ya tergantung jenis kerjaan yang dilakukan dan berapa tinggi resources yang digunakan.

    Bacaan lebih resmi bisa dibaca di website Apple sendiri https://support.apple.com/en-us/102589?cid=mc-ols-mac-article_ht211832-macos_ui-09042020

  • Consent

    Beberapa hari lalu saya joging sore sekeluarga, dan saya mendapati fotografer mengambil foto-foto, bukan cuma saya tapi semua orang yang lari. Lalu saya iseng cari akun IG dan ternyata ada link Google Drive dimana si fotografer menampilkan semua foto yang sudah dipisah berdasarkan tanggal, dan juga sudah diberi watermark. Seperti yang terlihat semua bersifat personal,…

    Beberapa hari lalu saya joging sore sekeluarga, dan saya mendapati fotografer mengambil foto-foto, bukan cuma saya tapi semua orang yang lari. Lalu saya iseng cari akun IG dan ternyata ada link Google Drive dimana si fotografer menampilkan semua foto yang sudah dipisah berdasarkan tanggal, dan juga sudah diberi watermark.

    Seperti yang terlihat semua bersifat personal, dimana si objek fotonya jelas si pelari, dan ya saya menemukan foto saya, istri dan anak-anak saya juga di folder tersebut.

    Gak tau, tapi saya merasa tidak okay dengan semua ini, pertama dan yang paling pasti adalah kegiatan foto ini dilakukan tanpa izin, tanpa bertanya dan tanpa permintaan saya, kedua adalah fakta bahwa direktori ini dibagikan publik yang berarti semua orang bisa melihat dan mengakses, dan tentu saja bisa membeli untuk menghilangkan watermark atau dengan watermark pun tak mengapa.

    Saya sudah mencoba untuk menghubungi fotografer untuk menghapus beberapa foto keluarga saya, ya karena tadi saya gak minta untuk difoto dan saya gak mau jadi bagian portfolio dan jadi barang jajakan / jualan.

    Kebanyakan fotografer menggunakan alasan bahwa ya kegiatan joging ini dilakukan di area publik, jadi ya mereka bebas untuk mengambil foto. Ya, benar bahwa untuk kebanyakan kasus, mengambil foto di area publik itu bebas, karena memang gak ada aturan khusus untuk ini di negara ini.

    Tapi yang sering fotografer lupa bahwa ya walaupun bebas ambil foto, si objek foto juga bebas untuk menolak dan meminta foto untuk di takedown, ini yang sering dilupakan, respect dan kebebasan itu berlaku 2 arah.

    Lalu fakta bahwa foto publik ini dijadikan barang jualan adalah masalah lain lagi, apalagi karena ini jadi barang jualan via google drive, so fotografer tidak bisa mengkonfirmasi siapa pembeli foto tersebut, bagaimana kalau pembeli bukan pemilik foto? mungkin ada foto ‘menarik’ yang kemudian dibeli oknum tidak bertanggung jawab untuk tindakan yang juga tidak bertanggung jawab?

    Terus ketika transaksi pembelian terjadi, bagaimana dengan objek foto? sebagai bahan utama yang dijual, apakah akan mendapatkan royalti atau sejenisnya? gak? Bayangin ada fotografer ngambil foto mu dan keluargamu, tanpa izin, terus dijual dan ada yang beli, fotografer dapat duit, kamu gak dapat permission, gak dapat duit, dan gak tau mau dipakai apa sama pembeli foto tersebut.

    Ini kenapa foto-foto seperti ini biasanya ditolak di Shutterstock, website tempat jual beli foto. Untuk bisa menjual foto seperti ini, fotografer harus menyertakan dokumen model release, yang intinya berisi informasi dan tanda tangan dari orang yang dijadikan objek foto bahwa orang tersebut tau dan memberikan consent kepada fotografer untuk menjualnya, dan juga memberikan izin kepada pembeli untuk menggunakan foto tersebut.

    Menurut saya, harusnya fotografer melakukan beberapa hal ini untuk tidak menciptakan masalah:

    1. Beri informasi misal lakukan pose tertentu misal ๐Ÿซฐuntuk minta difoto, atau sebaliknya beri informasi pose tertentu untuk tidak difoto jadi dalam hal ini pelari punya andil untuk memberikan konsen kepada fotografer
    2. Tidak membagikan link google drive berisi seluruh hasil foto sebagai barang jualan untuk mengurangi penggunaan dari oknum tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakan foto yang ada.
    3. Hindari foto anak kecil, please,, jangan foto random anak kecil, izin dulu sama ortunya.

    Saya masih menunggu jawaban dari fotografer, saya sungguh tertarik melihat sisi pandang lain dari si fotografer dalam proses pikir untuk mempublish dan menjual semua foto-foto tersebut.

    edit:

    Berdasarkan googling sekilas, ketemu ini Hukumnya Memfoto Ciptaan Orang Lain untuk Kepentingan Komersial

    Bagian yang ini cukup menarik:

    Mengenai potret, setiap orang dilarang melakukan penggunaan secara komersial, penggandaan, pengumuman, pendistribusian, dan/atau komunikasi atas potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya.

    Jadi apakah aksi fotografer ini masuk kategori ini? saya gak tau.

    edit 2:

    DM saya masih belum dibalas, tapi saya liat semua foto di hari dimana saya joging sudah tidak ada, sudah dihapus, entah karena saya request atau ya fotografer cuma hapus untuk save storage.

    edit 3:

    DM saya akhirnya dibalas, dan fotografernya cukup friendly, dan menginformasikan bahwa foto yang saya request sudah dihapus.

  • Year in Review – 2024

    Okay, balik ke ritual tahunan, review akhir tahun. Tulisan ini adalah series yang sudah dilakukan tiap tahun, tapi biasanya saya juga membuat target untuk tahun berikutnya, kali ini tidak, karena seperti yang sudah-sudah, biasanya akan gagal juga pada akhirnya ๐Ÿ˜€ jadi mari fokus ke apa yang sudah berlalu saja. Overview 2024 ini waktu berjalan berasa…

    Okay, balik ke ritual tahunan, review akhir tahun. Tulisan ini adalah series yang sudah dilakukan tiap tahun, tapi biasanya saya juga membuat target untuk tahun berikutnya, kali ini tidak, karena seperti yang sudah-sudah, biasanya akan gagal juga pada akhirnya ๐Ÿ˜€ jadi mari fokus ke apa yang sudah berlalu saja.

    Overview

    2024 ini waktu berjalan berasa lambat dan cepat bersamaan, saya merasa ada banyak kerjaan dan tugas yang gak beres tapi dilain sisi ada banyak hal yang seharusnya gak dilakuin tapi tetap dilakuin, istilah kerennya procastination, saya merasa melakukan banyak hal, tapi sedikit yang sifatnya esensial.

    Kerjaan

    Harus diakui dari sisi pekerjaan kerasa super pressure tahun ini karena kantor merilis sebuah feature baru yang sudah dinanti bertahun-tahun, super busy, jujur saja saya merasa sedikit berlebihan dan membuat sedikit kehilangan ketertarikan lagi.

    Walaupun begitu, saya tetap bangga karena kami sudah menyelesaikannya, beberapa kontribusi saya juga jadi fitur andalan, and that’s all.

    Side Project

    Saya selalu berusaha untuk punya sideproject, dalam hal ini beneran sideproject yang nantinya harapannya bisa jadi sebuah produk digital dan mungkin bisa dimonetasi dan sejenisnya. Tapi gak pernah bisa, gak pernah sempat. So, gagal total.

    Tapi dilain sisi ada beberapa sidejob yang masih berjalan dari tahun ketahun, dan malah ada klien sejenis yang ingin menggunakan aplikasi yang saya buat, so saya terpikir untuk daripada mikirin produk yang gak tau siapa penggunanya, mending fokus ke aplikasi yang ada yang sudah dipakai klien yang bisa dipakai klien lain, jadi sudah jelas ada penggunanya. Gak bakal masif dan keren, tapi marketnya jelas.

    Sayangnya walaupun sudah ada jalurnya, tetap saja gak beres, sebagian besar karena ya tadi kerjaan utama lagi super sibuk, dan diakhir pekan sudah gak punya energi, dan lainnya.

    Tapi ya gitu, untuk 2024 dan lanjut ke 2025, saya akan fokus benerin aplikasi yang sudah saya buat dan sudah digunakan, dibuat jadi lebih fleksibel supaya bisa dipakai klien lain.

    Fotografi

    Dari tahun lalu saya mulai suka fotografi walaupun ya hanya menggunakan Smartphone, tahun ini saya berkesempatan membeli kamera mirrorless, ya bekas dan bisa dibilang kamera lama (9 tahun), tapi saya pikir gak masalah karena ya nyoba dulu, apakah ini cuma hobi yang beberapa waktu kedepan akan hilang atau tidak, tapi so far setahun ini saya masih punya interest dan masih bawa kamera ini kemana-mana walaupun dengan segala keterbatasannya.

    Dari foto-foto yang saya ambil, membuat saya mendaftarkan akun di Unsplash untuk sharing hasil foto, sempat daftar Shutterstock juga biar jualan tapi sepertinya gak menarik, lalu juga mulai subscribe Google One untuk dapet storage lebih besar, subscribe AWS S3 juga untuk mengarsip foto, tadinya malah subscribe Adobe Lightroom, tapi sudahan. Jadi banyak biaya ekstra ya? ๐Ÿ˜€

    Blogging

    Belakangan juga saya mulai aktif nulis di web ini, terutama setelah saya menempatkan website ini sebagai “sosial media” saya, dimana ya saya akan posting apa saja layaknya dulu ketika saya aktif di sosial media. Jadi memang agak jarang nulis yang in depth atau fokus gimana-gimana, ya random daily post saja.

    Secara teknologi, saya tetap menggunakan WordPress, tapi sekarang saya menggunakan WordPress hosting dari perusahaan hosting, jadi gak lagi manage server sendiri, bayar hosting dan ya sudah, sekaligus membuktikan kepada orang bahwa mudah kok setup dan maintain blog sendiri bahkan tanpa pengetahuan teknis.

    Investasi

    Ini 1 hal yang jarang saya bicarakan. Sebelumnya saya sangat tertarik untuk mengulik investasi terutama investasi saham, tapi setelah beberapa tahun sebelumnya baca sana sini dan praktek dan lainya, tahun ini jadi males banget. Prinsipnya jadi put and forget.

    Sepertinya tahun 2025 saya akan melakukan review dan susun ulang portfolio, tapi gak akan sering, dan saya pikir itu akan jadi prinsip saya, dari awal memang saya memproyeksikan saham sebagai investasi pasif, jadi harusnya memang gak terlalu pusing, karena ya saya percaya time in market is better than timing the market, mending masuk dan diem daripada sok-sok-an pindah sana sini yang bikin malah jadi mirip judi.

    Lain-lain

    Beberapa hal lain yang berubah dan berbeda ditahun ini:

    Saya sudah mengalihkan server yang tadinya tersebar di beberapa server lokal ke server AWS regional Jakarta, lebih stabil, gak banyak mati, gak banyak drama, support lebih cepat, ya maaf untuk provider lokal, mau gimanapun promonya, kalau produknya sendiri gak stabil, suka mati, dan apalagi Supportnya clueless ya malesin.

    Saya juga beralih dari yang sebelumnya menggunakan Google Workspace untuk semua kebutuhan email dan akun Google saya yang sudah saya gunakan selama 7 tahun! berganti jadi akun personal dikarenakan biaya Google Workspace yang tiap tahun naik dan terakhir sudah out of budget. Ini efeknya besar sekali karena saya terlanjur login kemana-mana menggunakan akun Google tersebut, jadi begitu ganti itu hampir semua service/website yang saya gunakan saya update ulang.

    Lalu Youtube Premium, tahun ini saya agak kecanduan YouTube banget, ada banyak video berkualitas dan asyik untuk ditonton, jadi ya gitu sering menghabiskan waktu di YouTube bahkan dibanding Netflix!

    2025

    Gak tahu, gak banyak harapan dan ide untuk 2025. Tapi saya tetap akan mengusahakan untuk productizing aplikasi klien-klien saya supaya bisa jadi pemasukan tetap yang bisa diandalkan tiap tahun, saat ini kalau dihitung-hitung bisa memberikan kontribusi 40% dari gaji yang saya terima dari kantor, kalau bisa dinaikkan jadi 70% gaji, bakal mantap banget.

    Tapi bener deh, 2025 ini sepertinya harus beneran berubah dan berbenah diri, mengencangkan ikat pinggang, dan fokus beneran karena sepertinya kerasa berat banget, dari apa yang media bicarakan, dari apa yang saya rasakan, jujurnya saya agak kuatir.

    Tapi ya sudahlah, mari fokus dengan apa yang bisa saya kontrol, paling nyata adalah mengurangin waktu di Reddit dan maybe YouTube, butuh mengklaim waktu yang terbuang disana.


    Tulisan-tulisan series ini sebelumnya:

  • Unsplash

    Iseng hari ini melihat statistik di Unsplash karena ada banyak foto saya di Unsplash yang sudah didownload oleh berbagai macam orang. Saya gak dalam arti komplain atau gimana karena ya memang waktu upload foto di Unsplash sudah sadar bahwa orang-orang bisa download foto disana dengan bebas dan gratis, pada dasarnya copyright sudah diserahkan ke Unsplash…

    Iseng hari ini melihat statistik di Unsplash karena ada banyak foto saya di Unsplash yang sudah didownload oleh berbagai macam orang. Saya gak dalam arti komplain atau gimana karena ya memang waktu upload foto di Unsplash sudah sadar bahwa orang-orang bisa download foto disana dengan bebas dan gratis, pada dasarnya copyright sudah diserahkan ke Unsplash dan ya Unsplash menyarankankan penggunanya untuk memberikan kontribusi balik dengan paling tidak menyertakan nama dan link ke profil Unsplash si fotografer.

    Di Unsplash ada statistik yang menunjukkan jumlah download, tapi saya penasaran bagaimana foto-foto tersebut digunakan setelah didownload. Jadi tiba-tiba kepikiran untuk melakukan Google Image Search untuk melihat website yang menggunakan foto saya.

    Pertama, gambar ini, cukup populer memang, berdasarkan statistik sudah dilihat sebanyak 32 ribu kali dan didownload 458 kali.

    Foto ini saya posting pertama di artikel Jungle Water World di blog ini, lalu saya post di Unsplash.

    Lalu saya lakukan Google Image Search, dan hasilnya lumayan banyak, dan terutama dari… Kumparan.

    Lucu aja, berita aslinya tentang waterpark di suatu daerah (Bekasi, Cilegon, Jakarta, Depok, Surabaya dll) padahal itu Waterpark di Samarinda tempat tinggal saya.

    Ya walaupun mereka menyebutnya sebagai ilustrasi saja ๐Ÿ˜€

    Tapi saya cukup okay saja karena ya seperti yang terlihat mereka menyebut nama dan sumbernya.

    Foto lain yang Kumparan pakai untuk artikel lain:

    Foto tersebut diambil dari Unsplash saya

    Sekali lagi, saya merasa baik-baik saja karena selain penyebutan nama dan sumber, ya untuk beberapa fotografer profesional, pastinya sangat disayangkan karena fotonya dipakai secara gratis, tapi saya bukan profesional dan dari awal sudah tau akan digunakan oleh user Unsplash, jadi ya sudahlah.. In fact, i bit little proud ๐Ÿ˜‰

    fun fact: lakukan pencarian di Google dengan query

    inurl:kumparan.com "yoga sukma"

    atau klik disini https://www.google.com/search?q=inurl%3Akumparan.com+%22yoga+sukma%22

    Maka akan muncul banyak artikel padahal saya bukan penulis disana.

    So yea, bit little proud ๐Ÿ˜€

    Kalau yang ini malah agak unik, karena judul dan ilustrasi yang menggunakan foto AirAsia dari Unsplash saya dipakai dalam konteks evakuasi kerusuhan ๐Ÿ˜€

    Tapi walaupun begitu, ada banyak juga yang gak pakai mention balik dan malah diberi watermark ๐Ÿฅด

    Foto Indogrosir dari Unsplash

    Foto Timezone dari Unsplash

    Ini saya hanya mencari beberapa foto yang ikonik untuk saya, jadi gak nyari semua foto, dan saya juga menemukan beberapa dipakai di blog Medium (Medium otomatis mention nama fotografer), dan beberapa blog personal lain. Tapi ada juga yang dipakai untuk blog perusahaan dan malah jadi foto promosi produk dari si perusahaan.

    So untuk yang mau menggunakan foto dari Unsplash, mention lah sumber dan nama fotografer nya, sudah lah gak dapet fee, paling gak dapat mention nama kan lumayan ๐Ÿ™‚

    Check juga akun Unsplash saya atau lihat halaman Foto-foto.

  • PocketTube

    Saya suka nonton YouTube, mungkin karena durasi yang tidak sampai berjam-jam, terus juga variannya lebih banyak dan sesuai apa yang saya tertarik, dan juga gak ada kewajiban untuk nonton berurutan dan non-skip seperti TV series, karena ya kalau gak urut atau skip-skip kehilangan plot cerita. Tapi ada 2 hal yang saya gak suka banget dari…

    Saya suka nonton YouTube, mungkin karena durasi yang tidak sampai berjam-jam, terus juga variannya lebih banyak dan sesuai apa yang saya tertarik, dan juga gak ada kewajiban untuk nonton berurutan dan non-skip seperti TV series, karena ya kalau gak urut atau skip-skip kehilangan plot cerita.

    Tapi ada 2 hal yang saya gak suka banget dari UX YouTube itu, seandainya ada pasti bakal lebih nyaman menggunakannya.

    1. Gak ada fitur kategorisasi, kalau di Twitter itu kan ada fitur “List”, jadi bisa kelompokin beberapa akun ke satu list, jadi kalau buka list itu maka isinya ya topik dan kategorinya sama, di YouTube sayangnya gak ada fitur ini, jadi lah halaman /subscription itu ya random berdasarkan waktu publikasi channel.
    2. Gak bisa autoplay video dari /subscription, jadi misal buka 1 video dari /subscription page, kalau mau nonton video berikutnya harus balik lagi terus klik video berikutnya, kalau gak gitu maka autoplay akan memankan video dari suggestion YouTube bukan urutan yang ada di halaman subscription.

    Ternyata ketemu ni, Google Chrome extension yang membantu menyelesaikan masalah saya ini, namanya PocketTube.

    Setelah di Install, kita bisa beri kategori untuk channel yang kita subscribe. Saya sudah membuat beberapa kategori, lalu masukkin channel ke kategori/group yang sesuai.

    *buset, Photography ada 96 channels!

    Setelah dimasukkan kedalam group, nantinya di halaman Subscription, akan ada list group yang sudah dibuat yang mana jika kita klik maka akan menampilkan video hanya dari kategori/group tersebut! jadi misal saya klik Photography, maka yang tampil hanya video Photography

    Praktis banget!

    Tidak berhenti disitu, disitu ada opsi untuk memainkan beberapa video sekaligus, maksudnya setelah play 1 video maka selanjutnya akan memainkan video setelah video tersebut, jadi bukan random suggestion dari YouTube!

    Asli ini enak banget sih.

    Kalau pengguna aktif YouTube mesti banget pakai extension ini, membantu banget.

    Masalah saya cuma di UI nya saja, jadi bloating itu, keramean karena ada list group/kategori. Lalu videonya juga jadi mepet-mepet, coba bandingin sama default YouTube dia ada jaraknya. Tapi ya itu masalah selera saja.