Iseng nyari game buat Linux, saya malah ketemu emulator Playstation, yang mana sebenarnya sudah lama denger dan kadang lihat, tapi gak pengen dan gak merasa PC/Laptop kuat apalagi saya di Linux kuatir banyak yang gak cocok lah. Karena penasaran jadi coba download, install dan setup, duh ternyata gampang banget ya,…
Iseng nyari game buat Linux, saya malah ketemu emulator Playstation, yang mana sebenarnya sudah lama denger dan kadang lihat, tapi gak pengen dan gak merasa PC/Laptop kuat apalagi saya di Linux kuatir banyak yang gak cocok lah. Karena penasaran jadi coba download, install dan setup, duh ternyata gampang banget ya, beneran klik-klik aja.
Tadinya nyobain emulator PS2, Metal Gear Solid, game favorit dulu, tapi susah kontrol via keyboard (saya belum beli joystick, namanya juga coba-coba). Tapi yang saya perhatikan ternyata oke aja, gameplay nya gak buruk!
Jadi makin penasaran, nyobain PS1, ya walaupun lebih jadul, ada beberapa game yang saya suka dari dulu, contohnya ya Harvest Moon ini, karena bukan game aksi jadi lebih santai kali dikontrol via keyboard, dan ya bener, better lah.
Fedora is not perfect, but it sits in an interesting spot between LTS distros that you might think of as the most “stable” (because they stick with older packages for many things), and the rolling distros like Arch or Tumbleweed. Saya setuju dengan /u/RedBearAK Sebelumnya saya suka dan prefer Linux…
Fedora is not perfect, but it sits in an interesting spot between LTS distros that you might think of as the most “stable” (because they stick with older packages for many things), and the rolling distros like Arch or Tumbleweed.
Sebelumnya saya suka dan prefer Linux Mint, karena stabil dan “Just Works”, tapi kadang terasa kaku banget, karena ya tadi mereka prefer stabilitas, jadi gak sering update, beberapa aplikasi sering ketinggalan versi terbaru, dan juga Cinnamon desktop kelihatan jadul.
Fedora juga stabil, mungkin gak seperti Linux Mint, tapi cukup stabil, dan juga cukup update juga.
Ubuntu seharusnya kurang lebih sama seperti Fedora karena rilis cycle nya 6 bulan sekali juga, tapi Snap packages ganggu dan buggy banget, terus rasanya tiap update ada aja masalah muncul.
Tapi bisa jadi juga karena saya masih baru menggunakan Fedora, jadi belum sampai masa rilis baru. Kalau sesuai jadwal, bulan depan akan rilis Fedora baru dan mungkin akan bisa dicoba apakah sama seperti Ubuntu dimana tiap update ada aja masalahnya.
Kadang saya suka takjub sama orang-orang disekitar, baik real life, maupun dunia maya, kok pada pinter dan update tentang semua hal, meanwhile saya biasanya gak gitu update. Ngobrol di tongkrongan atau lagi undangan, ngobrolin politik beserta teori-teori konspirasinya, di net juga sama, pada pinter semua. Terus ngobrolin kehidupan selebriti yang…
Kadang saya suka takjub sama orang-orang disekitar, baik real life, maupun dunia maya, kok pada pinter dan update tentang semua hal, meanwhile saya biasanya gak gitu update.
Ngobrol di tongkrongan atau lagi undangan, ngobrolin politik beserta teori-teori konspirasinya, di net juga sama, pada pinter semua.
Terus ngobrolin kehidupan selebriti yang heboh banget, padahal sebelum-sebelumya gak terkenal, sudah seperti skandal banget.
Kok orang pada tau, update dan.. peduli?
Saya gak update tentang hal seperti itu, dan gak pengen update, apakah saya termasuk kaum ignorant? sayangnya kelompok ignorant ini kesannya negatif, seperti orang yang gak mau peduli keadaan sekitar.
Padahal saya mah cuma gak tertarik, atau harusnya saya tertarik dengan hal-hal seperti itu? atau kenapa orang-orang bisa tertarik dengan hal seperti itu walaupun bukan politikus atau orang lingkaran dalam yang berkait langsung dengan suatu hal.
Terkait versi baru Linux Mint 22 Wilma, saya memutuskan untuk gak update. Males sih update OS itu, lebih sering fresh install, biar sekalian fresh lagi clean aja gitu. Tapi karena mau fresh install, sekalian aja nyobain distro lain lagi. Saya tau Linux Mint itu sudah enak dan stabil banget, tapi…
Terkait versi baru Linux Mint 22 Wilma, saya memutuskan untuk gak update. Males sih update OS itu, lebih sering fresh install, biar sekalian fresh lagi clean aja gitu. Tapi karena mau fresh install, sekalian aja nyobain distro lain lagi. Saya tau Linux Mint itu sudah enak dan stabil banget, tapi saya masih gak suka sama Cinnamon, klasik banget, saya lebih suka Gnome, dan habis survey akhirnya saya putuskan menggunakan Fedora, dan so far setelah 1 bulan lebih gak ada masalah, lancar aja, sepertinya bakal stay dengan Fedora untuk kedepannya.
Masalah Bank J kuning, iya masih sama.. masih belum ada kabar, di ghosting coba selama 4 hari! Saya beneran mempertimbangkan untuk beralih, Support team itu masalah penting, gak enak banget di ghosting gini, untung ini uang nya gak seberapa, kalau besok-besok jumlah nya lebih besar atau ada masalah lain yang urgent, saya gak bisa diabaikan selama ini. Salah satu alternatif sepertiny Blu dari BCA, karena ada fitur kantong juga dan banyak juga jatah kantongnya, itu penting banget. Support nya juga mestinya oke lah untuk sekelas Bank BCA.
Masalah MariaDB, so far gak pernah mati lagi, saya baru tau untuk urusan resources bener-bener lebih ringan dan kerasa banget, harusnya dari dulu dipakai, tapi ya selama ini saya ngeliatnya sebagai versi KW nya MySql doang, tapi ya ternyata ngebantu banget. Saya juga akan mengganti MySql instance saya di server-server lain ke MariaDB juga.
Saya sedang mencoba untuk hosting website ini di AWS(Amazon Web Service) EC2 server, saya menggunakan server t4g.micro, server yang bisa dibilang cukup murah, sekitar $8 per bulan. Server ini memiliki 2 vCPU dan 1GB RAM, hasilnya? Surprisingly, not good. Blog ini bukan blog populer, atau banyak aktifitas dan sejenisnya, tapi…
Saya sedang mencoba untuk hosting website ini di AWS(Amazon Web Service) EC2 server, saya menggunakan server t4g.micro, server yang bisa dibilang cukup murah, sekitar $8 per bulan. Server ini memiliki 2 vCPU dan 1GB RAM, hasilnya?
Surprisingly, not good.
Blog ini bukan blog populer, atau banyak aktifitas dan sejenisnya, tapi ternyata dalam 1 hari eksperimen sudah mengalami downtime beberapa kali.
Saya yakin server AWS nya gak ada masalah, tapi memang kaget juga spesifikasi server ini gak cukup untuk running blog pribadi.
Berdasarkan quick check, high load nya memang dari database server. Saya menggunakan MySql dan yea sudah menghabiskan 45% RAM sendiri
Bisa dilihat juga, memory terpakai 769M/912M yang mana ya sangat sedikit sisanya, dan juga bisa dilihat uptime nya baru 15 menit, karena memang baru saja mati ketika akan posting tulisan ini.
Saya mencoba memodifikasi cache setting and such, tapi tetep, gak bisa turun. Lalu saya terpikir untuk mencoba menggunakan database MariaDB. Mungkin bisa lebih baik?
And that’s correct!
Ganti ke MariaDB berhasil menurunkan resouces usage.
Hmm..
1 hal ini saja sudah bantu turun lumayan, honestly saya tahu tentang MySql dan MariaDB tapi gak menduga perbedaan usage nya gitu banget, bisa hemat dari 45% usage ke 15% usage.
So ya let see beberapa hari apakah ini cukup untuk mengurangi downtime?
Lagi ketemu masalah di Bank Jago, transaksi sudah berhasil di aplikasi, gak ada keterangan refund atau gagal, dana terpotong, tapi beberapa hari kemudian dikontak oleh merchant bahwa transaksinya gak berhasil dengan status dibatalkan. Sudah kontak CS dan sekarang jadi kesempatan untuk ngetest seberapa gercep CS Bank Jago, sebelum saya investasi…
Lagi ketemu masalah di Bank Jago, transaksi sudah berhasil di aplikasi, gak ada keterangan refund atau gagal, dana terpotong, tapi beberapa hari kemudian dikontak oleh merchant bahwa transaksinya gak berhasil dengan status dibatalkan.
Sudah kontak CS dan sekarang jadi kesempatan untuk ngetest seberapa gercep CS Bank Jago, sebelum saya investasi waktu dan resource lebih banyak sebagai nasabah.
Pengalaman dari semua layanan yang saya gunakan, kekuatan paling besar sebuah layanan itu ada di tim support nya, sebagus apapun aplikasi/layanannya, kalau CS nya susah handle dan lambat penyelesaiinya, bikin kesel.
So ya, let see and wait, bagaimana penyelesaian masalah ini.
Update theme lagi, sepertinya lebih banyak update theme daripada postingannya sendiri. Fleksibilitas dari site editor WordPress malah bikin lebih sering eksperimen dan main-main untuk modifikasi layout dan tema yang ada. Kali ini tampilan tiap post bisa berbeda tergantung kategorinya, ini mengingatkan saya pada zaman Tumblr dulu. Tapi satu hal yang…
Update theme lagi, sepertinya lebih banyak update theme daripada postingannya sendiri.
Fleksibilitas dari site editor WordPress malah bikin lebih sering eksperimen dan main-main untuk modifikasi layout dan tema yang ada.
Kali ini tampilan tiap post bisa berbeda tergantung kategorinya, ini mengingatkan saya pada zaman Tumblr dulu.
Tapi satu hal yang kerasa banget, pengaturan padding dan margin di WordPress itu agak gak stabil, prefer untuk custom css code supaya stabil dan konsisten terutama untuk tampilan responsif.
Post tanpa judul sebenarnya bukan hal baru, tapi baru nyadar hal seperti ini bisa dilakukan, jadi seperti Twitter dan Facebook pada zamannya, just post, gak bingung mikirin judul. Karena ya, naming is hard, bikin judul kadang punya kompleksitas sendiri 😂
Post tanpa judul sebenarnya bukan hal baru, tapi baru nyadar hal seperti ini bisa dilakukan, jadi seperti Twitter dan Facebook pada zamannya, just post, gak bingung mikirin judul.
Karena ya, naming is hard, bikin judul kadang punya kompleksitas sendiri 😂
Now, with AI tools, you don’t even have to write the blog posts yourself https://www.theverge.com/2024/7/31/24210304/wix-ai-website-builder-seo-blog-posts Yep, posting blog menggunakan AI, what could go wrong? Internet akan penuh dengan tulisan soulless, dan tentunya bakal makin spamming. Why bother to read anyway? Terus nantinya akan lucu aja karena AI menggunakam tulisan di…
Okay, Linux Mint 22 baru saja rilis secara resmi. Full release note bisa dilihat disni https://blog.linuxmint.com/?p=4731. Sebenarnya dari beberapa waktu lalu pengen nulis tentang Linux Mint (atau kita singkat aja jadi Mint), tapi gak pernah terlaksana. Jadi sejak beberapa waktu lalu, mungkin 1 tahun lalu, saya menggunakan Mint di PC…
Sebenarnya dari beberapa waktu lalu pengen nulis tentang Linux Mint (atau kita singkat aja jadi Mint), tapi gak pernah terlaksana.
Jadi sejak beberapa waktu lalu, mungkin 1 tahun lalu, saya menggunakan Mint di PC saya. Sebelumnya menggunakan Ubuntu, tapi versi LTS terakhirnya bikin kacau, saya lupa, tapi rasanya karena Snap, software manager dari Ubuntu ngaco, suka stuck sendiri. Heran deh, sudah official sejak lama, masih aja gak stabil.
Sekitar sebulan lalu, saya nyobain lagi distro lain, seperti Fedora, Debian, Ubuntu lagi, nyobain beberapa Desktop Environment (Awesome WM, KDE), tapi gak cocok, selalu ada yang ganggu, ada masalah. So balik lagi menggunakan Mint lagi.
Untuk yang gak familiar, Linux Mint dibuat dengan prinsip stabilitas, pokoknya bisa diinstall dengan mudah, dan gak ada masalah, ya udah stabil aja, dan memang bener, selama penggunaan saya gak pernah ketemu masalah, It just works!.
Tapi ada downside nya, update nya agak lama, kadang lama banget, termasuk aplikasi yang tersedia di Software managernya, kadang tertinggal jauh dari rilis resmi aplikasinya sendiri. Soalnya ya itu tadi, lebih prefer stabilitasnya, jadi daripada selalu update tapi banyak masalah atau belum matang, Linux Mint memilih untuk pending dan tetap di area yang lancar saja.
Oke, karena versi baru nya baru saja keluar, rasanya gatal untuk upgrade segera, tapi sepertinya bakal ditunda dulu, karena (1) belum keluar panduan dan tool resmi untuk upgrade (2) lagi sibuk banget, gak sempet kalau mau install ulang. Ya itung-itung biar lebih stabil.
Secara random, ketika saya membuka sebuah artikel dan dapet link ke Threads dan ngeliat sekilas, saya suka sama UI nya, tampilannya fokus ditengah screen, gak banyak printilan aneh-aneh, ya pas gitu aja. Kebetulan saya juga pengen update tampilan blog ini, jadi saya coba untuk meniru, ya meniru tampilan ala Threads.…
Secara random, ketika saya membuka sebuah artikel dan dapet link ke Threads dan ngeliat sekilas, saya suka sama UI nya, tampilannya fokus ditengah screen, gak banyak printilan aneh-aneh, ya pas gitu aja.
Kebetulan saya juga pengen update tampilan blog ini, jadi saya coba untuk meniru, ya meniru tampilan ala Threads.
Tadinya mau bikin theme WordPress sendiri, karena ya saya punya beberapa kebingungan dalam penggunaan site editor WordPress. Tapi kemarin iseng aja, coba untuk bikin tampilan ala Threads menggunakan default theme Twenty Twenty Four, terus pakai site editor nya buat ubah sana-sini.
Hasilnya.. ya bisa dibilang mirip, iya gak sih? saya sih suka aja. Cuma memang belum semua halaman diupdate.
Jadi sama sekali gak koding, beneran pakai site dan block editor di default theme plus beberapa jam untuk ngulik-ngulik site editornya.
So saya kemarin mencoba untuk beralih dari self-host WordPress ke WordPress.com, iya, official WordPress provider, karena ya biar gak ribet deh dan langsung ke provider resmi maksudnya ya sekalian support, dan juga saya tertarik dengan WordPress Discover, supaya postingan di blog ini bisa masuk ke dunia WordPress users. Pertama, saya…
So saya kemarin mencoba untuk beralih dari self-host WordPress ke WordPress.com, iya, official WordPress provider, karena ya biar gak ribet deh dan langsung ke provider resmi maksudnya ya sekalian support, dan juga saya tertarik dengan WordPress Discover, supaya postingan di blog ini bisa masuk ke dunia WordPress users.
Pertama, saya lumayan kaget karena harganya cukup mahal untuk bulanan, lebih murah ya bayar setahun langsung, atau 3 tahun sekalian. Tapi saya sudah coba compare dengan beberapa provider lokal lain, sebenarnya harganya bisa dibilang kurang lebih saja, jadi ya prefer yang official saja.
Kedua, saya akhirnya coba deh pakai paket yang Starter, alias paling murah. Saya kaget banget karena banyak banget batasan fiturnya!. Jangankan custom plugin, plugin resmi pun juga gak bisa install. Tapi ya sudah, toh saya gak banyak pakai plugin, jadi apa yang ada pun cukup.
Ketiga, masih dibatasan penggunaan, kali ini dari sisi kustomisasi, ya ampun, mau ganti background full site saja gak bisa, mesti upgrade plan! terus kalau di Site Editor WordPress ada istilah “Pattern” dimana merupakan Block yang bisa dipakai berulang, ini juga gak bisa! custom CSS? gak bisa juga :(.
Keempat, permalink juga gak bisa, dan berhubung permalink di blog asli saya ini sedikit berbeda (saya juga lupa kenapa saya buat demikian), di paket Starter gak bisa diubah, hasilnya ketika saya import media dari blog ini ke wordpress.com, file nya ke load tapi gak bisa terbuka dan gak tampil di post, walhasil saya mesti ngedit semua post yang ada gambarnya!
Kelima, Jetpack gagal konek, gak ngerti kenapa, ini harusnya plug and play, tapi error, dan dokumentasi yang diberikan screenshot nya berbeda dengan kenyataan, so gak bisa troubleshoot sendiri.
Keenam, lihat aja sendiri:
Apaan itu!
Ketujuh, dashboardnya bikin bingung, karena ada dashboard dari wordpress.com ada juga yang dari wp-admin, halaman setting dan pengaturan loncat kesana kemari antar dua dashboard itu.
Kedelapan, saya tau ada di plan paling murah, tapi gak asik aja setiap buka menu tertentu yang sudah ada disitu, terus muncul nya “upgrade untuk akses halaman ini”, ngeselin!
Kesembilan, custom domain juga sama, di dashboard sering lompat antara domain default dan custom domain, dan saya gak ngerti lagi yang mana yg bener.
Kesepuluh, untungnya gampang refund, walaupun mesti kontak support dulu karena lagi-lagi, screenshot di dokumentasi berbeda dengan kenyataan. Kontak support baru tiba-tiba halaman berhenti langganan jadi mirip.
Intinya saya menyerah, minta refund, dan prefer hosting sendiri saja deh. atau kalau gak ya pakai WordPress hosting provider dari Indonesia, tapi ya gitu harganya kurleb, baru kerasa murah kalau bayar untuk langsung periode panjang (2-3 tahun).
Padahal dari dulu kepengen banget pakai yang official biar ya lebih legit aja sebagai “pengguna WordPress”.
Salah satu yang berat dari bekerja secara remote adalah urgensi untuk bekerja lebih keras. Rekan kerja tidak melihat secara langsung bagaimana kamu bekerja, jadi beberapa akan menganggap kamu gak ikut berkontribusi dan bekerja. Oleh karena itu untuk membuktikan ‘kehadiran’ mu, perlu bekerja lebih keras, menyelesaikan task lebih cepat dan banyak,…
Salah satu yang berat dari bekerja secara remote adalah urgensi untuk bekerja lebih keras. Rekan kerja tidak melihat secara langsung bagaimana kamu bekerja, jadi beberapa akan menganggap kamu gak ikut berkontribusi dan bekerja.
Oleh karena itu untuk membuktikan ‘kehadiran’ mu, perlu bekerja lebih keras, menyelesaikan task lebih cepat dan banyak, dan memberikan kontribusi yang beneran kerasa bahwa ya kamu ada disitu.
So itu bukan sesuatu yang mudah dan menyenangkan, walaupun begitu, saya lebih prefer menghabiskan waktu untuk menyelesaikan task saya dibanding menggunakan waktu tersebut untuk macet-macet di jalan.
Saya suka banget sama tema Twenty Twenty Four WordPress ini, sangat fleksibel, tadinya blog ini punya beberapa layout spesial untuk masing-masing fitur, enak banget, saya mau bikin artikel how-to nya karena ya fleksibel. Tapi belakangan ini kok jadi kesel ya, Tema ini plus memang WordPress site editor yang berasa seperti…
Saya suka banget sama tema Twenty Twenty Four WordPress ini, sangat fleksibel, tadinya blog ini punya beberapa layout spesial untuk masing-masing fitur, enak banget, saya mau bikin artikel how-to nya karena ya fleksibel.
Tapi belakangan ini kok jadi kesel ya, Tema ini plus memang WordPress site editor yang berasa seperti tebak-tebakan, ketika ada suatu elemen atau pengaturan yang gak saya suka, saya mesti nebak-nebak ada dimana pengaturan untuk bagian tersebut, sudah gitu masih kadang gak stabil, beberapa waktu kemudian bisa jadi terganggu.
Contoh paling nyata ya ini, tampilan yang aktif sekarang, lebar elemen, posisi, padding-margin, semua serba kacau.
Sudah cukup capek untuk nyari pengaturan, sepertinya bakal balik bikin tema sendiri saja, toh perlu minimalist saja, jadi gak ribet, harusnya..