Installing Windows 11, (Part 2)

Ini sambungan dari proses instalasi Windows 11 kemarin, setelah akhirnya terinstal, berikutnya adalah setup environment buat keperluan kerjaan saya.

Sebelumnya, saya menyempatkan untuk mengeksplorasi dekstop Windows 11 ini, dan ya ini smooth dan memang oke. Saya terakhir kali menggunakan OS Windows itu waktu Windows 7, sekitar 10 tahun lalu, sebelum laptopnya di jual dan beli MacBook pro 2011 dan semenjak itu pakai Mac Os (atau disebutnya OSX dulu itu).

Paling kerasa itu malah ada di menu Setting, tampilannya oke banget dan lengkap, walaupun agak sedikit aneh karena ternyata Control Panel juga masih ada, dan hampir semua settingan masih bisa diakses dari Control Panel.

Oh, terus Windows Store, sleek banget, lebih oke tampilannya dibanding sama App Store di Mac, tapi sayangnya dari semua kategori yang diutamakan, seperti entertainment, creativity, business dan lainnya, developer tools malah tidak ada? :/

Selain itu, seperti yang diperkirakan, semua perangkat berjalan mulus di Windows, saya sudah gak perlu “cabut-pasang” usb untuk mouse, wifi, dan bluetooth seperti yang biasa saya lakuin di Ubuntu jika baru balik dari mode suspend atau sleep kalau di Windows.

Oh dan tentu saja, WSL, keren banget. Dulu waktu baca dan denger tentang WSL saya pikir bakal virtualisasi yang slow dan ribet, tapi ternyata saya salah, beneran gampang dan to the point. Saya bisa setup LAMP stack seperti biasa di Ubuntu WSL lalu diakses langsung dari Windows dengan lancar! oh, terus integrasi dengan visual studio code, mantap!

Tapi sayangnya cuma sampai disitu saja, sekarang ke bagian paling penting, setup environment untuk kerja, yang sayangnya, gagal total ๐Ÿ™

Sebenarnya gak bisa dibilang gagal total, untuk common task web programmer mah sudah cukup, hanya saja setup kebutuhan kerjaan kantor saya, cukup tricky. Saya sudah seneng banget dengan keberadaan WSL, hampir mencakup 90% kerjaan saya sebagai web programmer, tapi kerjaan kantor perlu virtualisasi dan koneksi dan yada yada, yang ternyata jadi ribet urusannya di Windows!

Terkait WSL, sebenarnya oke banget, saya suka, tapi ternyata saya gak bisa buat instance dengan OS yang sama! jadi kalau saya sudah buat instance Ubuntu 20.04, maka saya gak bisa buat instance baru dengan OS 20.04 yang sama, mesti ganti versi lain!. Selain itu, ini instance ternyata gak bisa di set IP nya, jadi setiap restart PC, itu instance bakal generate IP yang berbeda. Saya lupa sepertinya koneksi antar instance WSL juga masalah, tapi saya lupa detailnya. Sayang banget asli.

Jadi saya mencoba untuk kembali ke tehnik yang sedikit konvensional (yang sebenarnya masih selalu saya pakai), Virtualbox dan Vagrant, secara teori dan proof of concept berjalan lancar, tapi ya ampun, selow pisan, mau mulai instance saja lama sekali, composer install beneran ngetes kesabaran dan timeout, saya bahkan belum sempat npm install yang biasanya lebih lama.

Saya menyerah.

2 hari, masalah instalasi dan setup saja susah amat, saya yakin ini bukan masalah di Windowsnya, tapi memang kekurangtahuan saya dan kebutuhan kerja yang agak tricky saja.

Pada akhirnya saya download Linux Mint terbaru, boot, instal dan setup enviroment kerja beres dengan cepet, no drama, no lama.

So thank you Windows, nice to know you, see you next time..


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *