• Bodies

    Ah, saya baru saja hooked dengan salah satu serial baru di Netflix, judulnya Bodies, baru sampai 3 episode dari total 8 episode. Serial ini bertema time travel, yang mana saya memang suka banget. Ada banyak serial time travel, dan tiap serial atau film punya teori aplikasi time travel yang berbeda-beda, dan saya rasa hanya beberapa…

    Ah, saya baru saja hooked dengan salah satu serial baru di Netflix, judulnya Bodies, baru sampai 3 episode dari total 8 episode. Serial ini bertema time travel, yang mana saya memang suka banget.

    Ada banyak serial time travel, dan tiap serial atau film punya teori aplikasi time travel yang berbeda-beda, dan saya rasa hanya beberapa yang beneran nge-hit dan membuat kita berpikir tentang teory time travel, seperti tadi dibilang, baru episode 3 nih, belum tau kelanjutanya gimana, belum tau konsep yang dipakai di series ini.

    2 Serial favorit saya masih ada pada Dark dan 12 Monkeys, kita lihat apakah Bodies ini nanti bisa masuk kategori favorit juga atau tidak 🙂

  • LKS Kaltim 2023

    Beberapa waktu lalu, saya diminta untuk jadi juri di acara LKS tingkat provinsi Kalimantan Timur bidang lomba Web Technologies. Buat yang gak familiar sama LKS, ini adalah event yang menurut saya personal adalah event yang sangat dinanti-nantikan, ini adalah acara yang berisi lomba ketangkasan skill antar SMK. Sayangnya saya dulu dari SMA, jadi gak pernah…

    Beberapa waktu lalu, saya diminta untuk jadi juri di acara LKS tingkat provinsi Kalimantan Timur bidang lomba Web Technologies. Buat yang gak familiar sama LKS, ini adalah event yang menurut saya personal adalah event yang sangat dinanti-nantikan, ini adalah acara yang berisi lomba ketangkasan skill antar SMK. Sayangnya saya dulu dari SMA, jadi gak pernah merasakan acara ini, kalau di SMA ada sih Olimpiade, tapi formatnya menurut saya lebih mirip ujian nasional daripada “kompetisi” :D.

    Sebelumnya, saya juga pernah menjadi juri di bidang yang sama, sempat 3-4 kali gitu, dan terakhir di tahun 2019 sebelum akhirnya covid menyerang dan LKS ditiadakan sebelum balik dilanjutkan pada tahun 2021 atau 2022 kali, saya sudah tidak update. Kalau ditarik lebih jauh lagi, saya sudah terlibat LKS sejak tahun 2009-2011 gitu, waktu itu saya sebagai pengajar di salah satu SMK yang sekaligus menjadi pendamping dan pembimbing murid-murid untuk bisa berkompetisi di LKS, Jadi LKS dan culture nya bukan hal yang asing buat saya.

    Satu hal yang saya suka dari acara ini adalah karena biasanya lomba yang terkait bidang IT akan berkumpul di 1 tempat, dan circle TI yang itu-itu aja, maka biasanya akan jadi ajang reunian, karena seringnya juri nya, pembimbingnya, panitianya orangnya ya temen-temen juga, temen kuliah, temen komunitas, dosen di kampus, dan lainnya, jadi ketika break itu bisa jadi ajang saling temu sapa dan cerita panjang lebar. Menyenangkan!

    Setidaknya itu yang saya rasakan sebelum-sebelumnya, tapi sayangnya tidak untuk tahun ini, beberapa memang saling kenal tapi ya sebatas tau saja, beberapa teman-teman yang biasanya ikut kali ini sudah gak ikut lagi, ada yang kalah di level kota, ada yang diwakili kehadirannya, banyak yang sudah pindah tugas dan lainnya, jadi ya gak ada lah momen kumpul balik. Bit boring.

    Pada LKS kali ini, ada 6 peserta yang datang dari Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tenggarong, Kutim dan Tanah Grogot. Basically dari penjuru Kaltim, but let be honest, sejak saya terakhir jadi juri di tahun 2019 dan sebelum-sebelumnya hingga LKS tahun ini, hasilnya selalu kurang lebih sama. Juara 1 selalu paling menonjol, 2 dan 3 selalu kurang lebih, selebihnya jarak poin selalu lebar dari 3 besar. Saya pikir ini harusnya jadi concern dan pertimbangan untuk berikut-berikutnya.

    Di balik layar, urusan Juri ini selalu ribet, tapi saya tidak menyangka tahun ini super ribet, dan jujur saja masuk kategori tidak menyenangkan, sampai ke titik dimana sepertinya saya sudah gak pengen ikut terlibat untuk event ini lagi nanti, tapi ya itu cerita di lain hari.

  • Let’s Go Back to Personal Blogging

    https://vovalog.info/lets-go-back-to-personal-blogging/ Couldn’t agree more! Media sosial pada gak jelas, dan dengan berbagai tehnik algoritma yang membuat seseorang menjadi hooked, terkait dan menghabiskan waktu berlama-lama. Let’s go back to personal blogging, own your content, own your name and domain, seperti seharusnya.

    https://vovalog.info/lets-go-back-to-personal-blogging/

    Couldn’t agree more!

    Media sosial pada gak jelas, dan dengan berbagai tehnik algoritma yang membuat seseorang menjadi hooked, terkait dan menghabiskan waktu berlama-lama.

    Let’s go back to personal blogging, own your content, own your name and domain, seperti seharusnya.

  • GOTG Vol 3

    Akhirnya GOTG rilis di Disney plus, Dan akhirnya saya punya waktu untuk menonton ulang. Sebelumnya saya sudah menonton di Bioskop tapi feel nya berbeda, bukan karena media dan tempatnya, tapi beneran feel menikmati film nya sendiri. Okay, sebelumnya, GOTG aka Guardian Of The Galaxy adalah salah satu film series favorit saya. Perjalanan lintas angkasa, aksi,…

    Akhirnya GOTG rilis di Disney plus, Dan akhirnya saya punya waktu untuk menonton ulang. Sebelumnya saya sudah menonton di Bioskop tapi feel nya berbeda, bukan karena media dan tempatnya, tapi beneran feel menikmati film nya sendiri.

    Okay, sebelumnya, GOTG aka Guardian Of The Galaxy adalah salah satu film series favorit saya. Perjalanan lintas angkasa, aksi, musik keren (musik literally jadi salah satu tema filmnya), komedi ala Marvel, dan karakter-karakter yang mudah untuk difavoritkan.

    Waktu datang ke bioskop, sejujurnya saya datang dengan ekspektasi yang berbeda, mengingat GOTG vol 2 diakhiri dengan scene yang masih bikin saya super haru (bahkan pakai air mata 🥲), lalu juga vol 3 akan jadi series terakhir di trilogi GOTG, Dan juga James Gunn sang sutradara akan fokus di DC universe, saya berpikir ini akan berakhir super haru juga.

    Not gonna lie, saya merasa Star-Lord akan mati, apalagi itu ada scene slow mo dimana Guardian menggendong Star-Lord, terus scene terakhir itu? Oh saya sudah merasa “okay ini dia..”

    Selain Star-Lord, saya juga merasa ini jadi akhir cerita Rocket Raccoon, mengingat film ini fokus sama Rocket, dan sudah sering mendapati cerita dimana tokoh utama sekarat, diselamatkan, terus berakhir mati juga pada akhirnya.

    Oh, juga soundtrack film, salah satu kekuatan film ini dari awal, di vol 3 ini agak kurang menarik, tidak seperti vol 1 dan vol 2, yg mana hampir semua soundtrack nya sangat ear-catchy dan terus terngiang. Di vol 3 ini saya rasa cuma Creep dari Radiohead saja yang membekas, selebihnya hilang begitu aja. Tapi Creep dari Radiohead ini bener-bener sangat memorable, sampai sekarang kalau denger lagu ini jadi keinget sama Rocket Racoon, bener-bener menggambarkan identitas Rocket, sangat pas dengan background dan ceritanya, apalagi dengan versi akustiknya, beh..

    Jadi ketika film berakhir dan tidak sesuai dengan perkiraan saya, saya sedikit agak.. kecewa?

    Sebenarnya gak ada masalah sama film nya, hanya saja ya berbeda.

    Sehingga ketika sudah rilis di Disney plus, saya menonton lagi kali ini dengan ekspektasi untuk enjoy dan menikmati momen terakhir guardians, dan ya, ini memberi sudut pandang berbeda dan ya saya menikmati dan bisa merasakan perjalanan istimewa ini. James Gunn mengakhiri trilogi ini dengan jalan cerita yang lebih baik dan masuk akal dibanding apa yang saya perkirakan (of course).

    Saya masih penasaran kelanjutannya, karena jelas diakhiri film disebutkan Star-Lord akan kembali, lalu juga Adam Warlock tentu nya tidak akan berakhir begitu saja.

  • Terima Kasih David De Gea!

    Oh, sebuah era telah berakhir, ditengah ketidakpastian nasibnya, akhirnya David De Gea resmi meninggalkan klub Manchester United. Sejak umur 21, di tahun 2011, bergabung dengan Manchester United, dan tidak cukup lama untuk menjadi penjaga gawang andalan MU dan bertahan hingga 12 season bersama. 4 Kali mendapatkan player of the year, sebuah angka yang fantastik untuk…

    Oh, sebuah era telah berakhir, ditengah ketidakpastian nasibnya, akhirnya David De Gea resmi meninggalkan klub Manchester United.

    Sejak umur 21, di tahun 2011, bergabung dengan Manchester United, dan tidak cukup lama untuk menjadi penjaga gawang andalan MU dan bertahan hingga 12 season bersama. 4 Kali mendapatkan player of the year, sebuah angka yang fantastik untuk seorang penjaga gawang (walaupun untuk beberapa itu artinya tim sedang tidak baik-baik saja). Tanpa melihat statistik sekalipun, dia sudah menjadi legenda tersendiri yang selalu ada di hati fans MU.

    De Gea selalu bersama, sejak era Fergie, dan terus berlanjut mengikuti semua pergantian manajer, di saat masa-masa sulit, selalu menjadi pelindung gawang MU yang terbaik. Susah membayangkan melihat Manchester United tanpa De Gea di mistar gawang.

    Top clean sheet season ini, plus memecahkan rekor klub dalam clean sheet terbanyak, sebuah piala Carabao Cup, bisa dibilang kado terakhir dari De Gea dan klub, walaupun saya pribadi merasa De Gea deserverd more, harusnya doi dapat perpisahan yang proper dengan sepenuh fans di Old Traford, bukannya ketidakjelasan nasib kontrak yang menggantung.

    So, Terima Kasih De Gea, selalu menjadi idola!