• Flexible Working Hours

    Kalau ditanya, apa yang paling menarik dari bekerja as freelancer (dalam hal ini programmer freelance), maka saya akan menjawab kebebasan memilih jam kerja AKA Flexible Working Hours. Beberapa orang mungkin bakal menjawab kebebasan untuk bekerja secara remote, dimana bisa bekerja secara bebas dimana saja. Tapi saya beruntung karena sempat merasakan bekerja pada digital agensi dan…

    Kalau ditanya, apa yang paling menarik dari bekerja as freelancer (dalam hal ini programmer freelance), maka saya akan menjawab kebebasan memilih jam kerja AKA Flexible Working Hours. Beberapa orang mungkin bakal menjawab kebebasan untuk bekerja secara remote, dimana bisa bekerja secara bebas dimana saja. Tapi saya beruntung karena sempat merasakan bekerja pada digital agensi dan webshop dari bandung, jakarta, sydney, bahkan florida dimana semuanya mengijinkan saya untuk bekerja secara remote walaupun sebagai karyawan, sehingga kerja remote bukanlah hal baru lagi bagi saya. Flexible Working Hours adalah hal yang benar-benar baru dan menyenangkan yang saya rasakan ketika memulai fulltime freelancer.

    Privilege

    Seperti ditulis diatas, Flexible Working Hours adalah kebebasan untuk memilih jam kerja. Sebagai freelancer, saya bisa memilih kapan saya harus bekerja, bisa di pagi hari, siang hari, malam, apapun tanpa ikatan dan keharusan untuk standby 9 to 5, atau 8 jam straight. Tentu Saja ini gak bisa diberlakukan untuk semua jenis profesi, tapi sangat memungkinkan untuk pekerjaan yang sifatnya kreatif (pekerja kreatif) yang tidak langsung berhubungan dengan user/klien/masyarakat.

    Kenapa ini sangat spesial? karena apabila kamu adalah pekerja kreatif, bisa jadi programmer, designer, penulis, ataupun profesi lainnya yang menggunakan kreatifitas, maka kamu pasti pernah merasakan ada jam-jam atau bahkan hari-hari tertentu dimana kamu bener-bener gak mood, gak dapat ide, gak masuk zona produktif, atau simply, kamu gak bisa melakukan apapun, atau sebaliknya, ada masa-masa tertentu dimana kamu bener-bener semangat, on fire, produktif sekali, bekerja lebih cepat dan efisien, baik secara kualitas ataupun kuantiti. Disinilah kebebasan memilih jam kerja sangat berperan dalam membantu menghasilkan produk kerja yang optimal.

    Katakanlah kamu bekerja “9-5” setiap harinya, tapi ternyata ada masa dimana suatu pagi kamu beneran gak in ke kerjaanmu, lagi gak semangat, lagi stuck, atau kejadian lain yang tidak terkendali (listrik mati, internet mati, laptop rusak). Baru setelah istirahat makan siang kamu mulai dapet semangat dan ide baru, tapi jam kerja sudah akan berakhir, dan jadilah kamu mengakhiri hari kerja mu dengan pekerjaan yang gak beres. Beberapa orang terbiasa dengan lembur atau menambah jam kerja untuk mengejar ketertinggalan, yang akhirnya malah jadi bumerang, kelelahan karena pulang larut, stress karena gak sempat melakukan hal lain, si bos jadi bingung karena kerjaannya molor, melebihi jam pulang kerja, dan lagi mesti bayar biaya ekstra untuk bayar jam lembur karena kerjaan yang dilakukan “diluar jam kerja”.

    Dengan Flexible Working Hours, saya bisa mengatur jam kerja saya sendiri. Kalau lagi pas gak dapet ide, stuck, dan gak in touch ama yang dikerjain, ya sudah, saya memilih untuk rehat, bermain atau jalan-jalan bersama anak dan istri, having fun, dan begitu balik, sudah seger, baru mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda dengan semangat baru dan ya terasa, semuanya menjadi lebih mudah. No extra hours, karena pada dasarnya saya bekerja tidak lebih banyak dari jumlah jam kerja, bahkan untuk beberapa kasus saya melakukan pekerjaan lebih banyak dengan jumlah jam kerja yang lebih sedikit.

    Efisien

    Selain kebebasan mengatur jam kerja, salah satu potensi lain dari flexible working hours adalah kebebasan mengatur jumlah jam kerja. Sama seperti contoh diatas, kalau kamu bisa menyelesaikan pekerjaan dengan waktu 4-5 jam, kenapa harus standby di meja kerja selama 8 jam? ya tentu saja jawabannya adalah “karena peraturannya memang sudah begitu”. duh.

    Saya pernah merasakan ketika masih bekerja pada salah satu web shop, dimana saya ditegur karena jam kerja mingguan saya hanya sekitar 26 jam (saya lupa tepatnya) yang mana hanya sekitar setengah dari yang normalnya dan harusnya dilakukan, yaitu 40 jam. Saat itu saya mengajukan keberatan karena pada dasarnya, walaupun dengan jam kerja hanya setengah dari yang ditetapkan, saya menghasilkan produk kerja 5 kali lebih banyak dari rekan-rekan programmer lain, yang mana menjadikan tugas saya kosong, dan gak ada yang mesti dikerjain, that’s why jam kerja saya gak sampai 40 jam. Tapi ya tetep, saya yang kalah dan ya emang salah, karena “kebijakan perusahaan”. Menurut saya, ini gak manusiawi, dan ini juga menjadi salah satu alasan kenapa saya memilih jalur freelance ini.

    Saya sendiri, biasanya bekerja 6 jam * 5 hari, dengan komposisi 4 jam di pagi hari, 2 jam di sore hari setelah tidur siang, kadang sebaliknya, atau kadang 2 jam pagi hari, 2 jam sore hari, dan 2 jam malam hari. Pemisahan jam kerja ini tentu saja berdasarkan beragam variabel keadaan. Sejauh ini komposisi ini aman-aman saja, ya gak bisa di pungkiri, beberapa kasus harus memaksa keluar dari komposisi ini, misal salah satu kerjaan saya yang harus stick dengan jam kerja mereka (pake timezone US pula), atau tugas-tugas yang sifatnya kritikal dan urgent banget, tapi overall ini ok saja, saya bisa bekerja lebih rileks, lebih bisa menikmati waktu, bukannya dikejar-kejar waktu, dan pada beberapa kasus si klien jadi lebih hemat, karena jam kerja lebih sedikit namun kerjaan tetap terjaga.

    Belakangan ini saya lagi dalam proses eksperimen untuk memotong lebih jauh, menjadi 4 jam * 6 hari. Harapannya bisa punya lebih banyak waktu untuk belajar, quality time ama anak istri, mengerjakan sideproject, ataupun hal lainnya namun tetap menghasilkan pekerjaan yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dibanding dengan programmer kantoran yang bekerja 8 jam sehari straight.

    Ah itu mah kamu nya aja yang males, gak disiplin.

    yep, ini gak sepenuhnya salah. Setiap orang pasti ada masanya untuk merasa males, that’s ok, menurut saya, itu manusiawi. Ketika lagi masa males itu, saya gak bakal efektif kalau tetep disuruh melakukan hal yang males-in tersebut. Jadi daripada kerja dengan males-malesan, mending diputar, diganti waktunya, sehingga akhirnya bisa bekerja dengan semangat, dan menghasilkan kerja lebih baik dan menurut saya itu masuk kategori disiplin karena sesuai target yang ditetapkan.

    Dih, namanya juga kerja, mau males, gak mood, stuck, ya mesti kerja sesuai aturan

    Salah satu dosen saya pernah nyeletuk ketika lagi ngobrol-ngobrol di luar kelas, “kita, manusia harus mengontrol pekerjaan, bukan sebaliknya”. Ya saya sadar bahwa gak semua orang punya opsi untuk memilih pekerjaan ataupun aturan yang dijalani, jadi ya gak bisa protes. Nah kebetulan saya punya kesempatan untuk memilih apa yang akan saya kerjakan jadi saya gak harus mengikuti aturan yang ada, saya memilih membuat aturan main sendiri untuk mengontrol pekerjaan saya.

    Mana ada perusahaan yang mau hire programmer yang kerja semaunya gitu

    Sebenarnya ada banyak perusahaan yang menerapkan ini, terutama perusahaan yang berada dalam skala global, timnya terdisitribusi diberbagai negara, seperti Toptal, 37Signals, Buffer, atau yang famous si Automattic dan lainnya. Kalau di Indonesia sendiri, saya kurang survey, tapi sempet liat salah satu postingan di group facebook, dimana ada startup yang menawarkan job offer dengan sistem kerja remote dan flexible working hours ini. Tapi ya emang langka banget, that’s why saya masih memilih jadi freelancer saja :).

    Terus gimana cara komunikasi, diskusi ama rekan lain kalau jamnya pada fleksibel?

    Nah, ini agak tricky. Bakal berbeda-beda untuk berbagai case. Biasanya saya bakal menggunakan waktu di pagi hari untuk menyapa rekan kerja / klien, report tugas hari sebelumnya kalau ada yang belum di report, konfirmasi tugas yang mau dikerjain hari ini, lalu yaudah, skype di smartphone saya selalu standby. Yang perlu diperhatikan adalah, gak semua pesan perlu langsung dikerjakan saat itu juga, kebanyakan pesan yang masuk hanya berisi konfirmasi, kalaupun ada tugas yang datang kadang hanya perlu quick response seperti “Ok, ntar ya”.

    Bukan berarti gak responsif, tapi pada kebanyakan projek, semua tugas sudah di defined dan di scheduled sejak awal, jadi kalau ada tugas baru datang di luar roadmap, kemungkinan tugas tersebut berupa “keinginan sesaat” atau tugas yang begitu besar, yang berarti mesti di pelajari lebih jauh, mengecek korelasi prioritas dengan tugas lainnya, jadi ya “ntar ya”. Kalau di 37 Signals, terkenal dengan istilah Work can wait.

    Flexible working hours menurut saya adalah salah satu sistem yang sangat manusiawi, yang memperhatikan aspek perasaan, keadaan, kebutuhan dan situasi kerja para pekerjanya, yang menyadari bahwa ya as human, ada masa suntuk, bosen, gak mood, sedih, atau juga perasaan bahagia, penuh semangat, bukannya dipukul sama rata dan mesti standby pada jam yang over-general. Yah tentu saja, seperti disebutkan diatas, hal ini gak bisa diperlakukan untuk semua orang dan semua jenis pekerjaan.

    Referensi bacaan terkait flexible working hours

  • Samarinda Food Delivery Services

    Pada waktu acara Telkomsel nextdev kemarin, temen saya sempat bertanya, “nyari dimana nih makanan yang asik disini dan tetep cocok ama lidah orang jakarta?” saya lupa promosiin beberapa delivery services yang ada di samarinda, seandainya beliau tahu, ada banyak layanan antar makanan di Samarinda ini. Efek gojek di Jakarta sana akhirnya sampai juga di ibukota Kalimantan Timur ini, sama seperti di ibukota…

    Pada waktu acara Telkomsel nextdev kemarin, temen saya sempat bertanya, “nyari dimana nih makanan yang asik disini dan tetep cocok ama lidah orang jakarta?” saya lupa promosiin beberapa delivery services yang ada di samarinda, seandainya beliau tahu, ada banyak layanan antar makanan di Samarinda ini.

    Efek gojek di Jakarta sana akhirnya sampai juga di ibukota Kalimantan Timur ini, sama seperti di ibukota sana yang bermunculan xxx-jek lain setelah kehadiran gojek, disini pun kurang lebih sama. Beberapa menawarkan layanan yang sama seperti gojek, mengantar segala macam tumpangan, tapi ada juga yang memilih fokus pada layanan tertentu seperti mengantar makanan saja.

    Samarinda punya beberapa layanan food delivery services yang bisa bikin kamu gak perlu bingung cari makan, berikut ini adalah beberapa layanan antar makanan yang saya tahu, kalaupun ada lagi di luar list ini, mungkin karena saya gak gaul atau memang layanan tersebut belum beken.

    Gofood

    Tentu saja, yang pertama gofood, si unicorn ini akhirnya sampai juga di Samarinda, kurang tahu tepatnya tapi rasanya baru di 2016 ini gojek dkk hadir disini. Awalnya tentu saja masih jarang, tapi sekarang sudah banyak dan rasanya setiap saya makan di luar, selalu ada kurir gojek yang lagi antri juga membeli makanan untuk layanan gofood mereka.

    Tentu saja, sebagai unicorn, deretan layanan dan aplikasinya sudah lengkap dan mengakomodasi kebutuhan driver dan konsumen. (nb: saya sh gak pernah nyobain aplikasi gojek, gofood, ataupun semua aplikasi lain di list ini)

    Speku

    liputan media

    Pertama saya liat speku ini di cover banner salah satu grup Facebook, saya lupa grup mana, lalu kemudian mulai banyak juga berseliweran driver speku di jalan-jalan dan di tempat makan. Kalau liat dari berita di link tadi sih, katanya uda mulai sejak 3 tahun lalu, berarti sebelum gojek. Saya kurang tau gimana sistem kerja atau cara order mereka, karena di website resmi mereka juga gak ada keterangan tentang cara ordernya. Kalau yang saya tangkap sih, sepertinya kalau mau order kamu mesti telpon/line/bbm customer service mereka, ntar mereka bakal mengutus driver untuk mengantarkan pesanan anda.

    PesanBungkus

    liputan media

    PesanBungkus saat ini setahu saya masih tahap beta dan lagi pengujian disana sini, Saya sudah melihat tim dan orang-orang dibalik PesanBungkus, dan mereka terlihat sangat siap dan bersemangat untuk menjalankan layanan ini. Tapi karena masih beta, saya gak banyak lihat driver nya di jalanan atau di tempat makan.

    PesanBungkus juga punya website dan android apps yang bisa membantu masyarakat untuk melakukan pemesanan makanan / order.

    KirimKanai

    liputan media

    Yang ini saya kenal dengan foundernya karena dulu pernah kerja sama beliau ketika membangun undas.co, beberapa bulan lalu sempet liat di share timeline facebook bahwa ini adalah project baru beliau, layanan kirim dan kurir untuk kota Samarinda.

    Untuk pemesanan mesti chat ke akun line mereka, ntar ada admin yang ready untuk menjawab dan menugaskan kurir untuk mengantar pesananmu. Saya sih belum pernah ketemu di jalan dengan kurir mereka, tapi kalau dilihat dari foto nya, sepertinya memang mereka gak pake seragam official seperti layanan-layanan sebelumnya diatas. Dari info di facebook KirimKanai, saat ini mereka punya 15 KurirKanai yang siap mengantar pesanan.

    Cully

    Cully ini sebenarnya terhitung baru di telinga saya, setelah dimention beberapa kali di grup Startup Samarinda. Gak ketemu juga sih info tentang website atau facebook pages mereka. Tapi dari android apps mereka kelihatanya sih sudah oke dan siap jalan.

    NyamanBanar

    Kalau NyamanBanar ini sebenarnya adalah salah satu side-project dari teman dan rekan kerja saya, beliau sudah cerita ini sejak lama (sebelum gojek-hype), tapi sepertinya moment nya gak pas karena masih belum beken yang beginian, selain itu, pada waktu itu si founder masih sekantor sama saya di kantor saya sebelumnya, jadi masih belum fokus, tapi setelah beberapa waktu lalu resign, semoga yang tadinya side-project jadi dapet perhatian lebih 🙂

    Tentu saja, kalau urusan antar makanan, selain 6 penyedia layanan tersebut, masih ada yang lain, yang paling nampak adalah KFC dan PizzaHut, termasuk juga beberapa tempat makan, restoran lain, sebenarnya dari dulu sudah punya layanan antar makanan dengan sistem kamu telpon, pesan dan mereka antar, done.

    Jadi inget, beberapa tahun lalu ketika masih kuliah, yang nge-hype adalah social media, semua pada bikin social media sendiri, sampai ada socmed khusus petani dan peserta gym segala. Lalu trend berganti dengan hype marketplace dan toko online. Lalu sekarang trend nya adalah xxx-jek, semua serba diantar, kurir, delivery dll.

    Ya semoga layanan-layanan ini bertahan lama, bisa terus berkembang, yang masih beta, yang masih development semoga bisa cepet kelar dan ikut nge-rame-in persaingan lokal atau bahkan nasional.

    Yang baru mau bikin, saran saya mah, uda, gak usah bikin, itu kontak aja masing-masing layanan yang sudah ada, merging aja 🙂

  • Tips untuk freelancers

    Seperti yang sudah diketahui, saya bekerja secara freelance dengan berbagai macam clients, baik secara individu, agensi, ataupun institusi secara serius sejak maret 2016 lalu. Sebenarnya jauh sebelum-sebelumnya sejak awal mengenal dunia web development di tahun 2010-an saya sudah memulai freelancing, tapi hanya sekedar sambilan, mengisi waktu, side project intinya gak pernah sampai serius. Ternyata memang sangat berbeda rasanya ketika freelancing sebagai…

    Seperti yang sudah diketahui, saya bekerja secara freelance dengan berbagai macam clients, baik secara individu, agensi, ataupun institusi secara serius sejak maret 2016 lalu. Sebenarnya jauh sebelum-sebelumnya sejak awal mengenal dunia web development di tahun 2010-an saya sudah memulai freelancing, tapi hanya sekedar sambilan, mengisi waktu, side project intinya gak pernah sampai serius. Ternyata memang sangat berbeda rasanya ketika freelancing sebagai side project atau malah kerja tambahan dengan freelancing sebagai pekerjaan utama.

    Sebelumnya saya juga pernah menulis tentang pengalaman saya 6 bulan awal saya freelancing, ada banyak pelajaran yang saya dapatkan. Tapi seperti kata para freelancers yang sudah pro, 1-2 tahun di awal freelance itu memang masih masa gonjang-ganjing, semua nya masih proses sampai ntar 3 tahun, baru agak stabil. Stabil di bawah atau stabil diatas :D.

    Ngobrolin freelance, ada beberapa link bagus yang saya dapat selama beberapa waktu lalu, yang oke juga untuk kamu baca yang tertarik dengan freelancing.

    Bagaimana memulai karir sebagai freelancer? 

    Pertanyaan dari salah satu member di freelancer stack exchange, yang cukup basic untuk yang baru memulai dan mempertimbangkan untuk terjun ke dunia freelancing. Ada banyak masukan disana yang cocok untuk yang baru mau mulai atau yang baru mulai serius seperti saya.

    Bagaimana menentukan harga project?

    Masih di forum yang sama, ada pertanyaan yang juga penting banget, menentukan harga. Bahkan saya sampai sekarang kadang bingung menentukan harga, ketika dipasang terlalu tinggi, bisa-bisa klien nya gak mau, terlalu rendah, bisa-bisa jadi merasa kerja rodi walaupun sebenarnya sadar yang menawarkan harga tersebut ya kita sendiri.

    Bagaimana mengatur waktu bersama keluarga sebagai freelancer? 

    Ini pertanyaan yang cocok buat freelancer yang sudah berkeluarga seperti saya. Mau gak mau harus diakui jam kerja freelancer yang bebas kadang jadi bumerang, kadang waktu di habiskan untuk mengejar deadline yang akhirnya malah mengurangi family time. Padahal niat awal freelancer salah satunya adalah agar bisa menikmati waktu lebih banyak bersama keluarga.

    Tips untuk ‘single fighter’ 

    ada banyak freelance yang berkerja secara single fighter, semua dikerjain sendiri. Saya termasuk salah satunya. Ada banyak alasan mengapa saya selalu mengerjakan sendiri, tapi makin kesini makin kerasa bahwa ya kadang kita perlu bantuan orang lain, kita perlu partner, rekan kerja yang bakal menjadi sidekick untuk bantuin pekerjaan kita. nah pada artikel tersebut ada beberapa tips memilih rekan kerja kita.

    4 tips mencari pekerjaan remote.

    Ok ok, remote worker != freelancer, tapi tips tersebut bisa dipakai para freelancers untuk menjadi employable. Ya kali ketemu client yang bener-bener ok dan kamu beralih sementara dari freelancer menjadi fulltime crew secara remote.

    11 side project yang bisa dikerjakan untuk mendapatkan income tambahan.

    Kalau lagi agak longgar, atau beberapa freelancer pro memang menyediakan waktu mereka untuk mengerjakan side project yang mana punya banyak tujuan dan manfaat. Salah satunya sebagai sumber income tambahan, syukur-syukur bisa jadi pasif income 🙂

    Trends freelance di 2017

    yep 2 bulan lagi akan masuk ke 2017, freelancer, remote worker, dikatakan akan berkembang lebih masif lagi di tahun 2017. kalau dari saya mah, dimana era makin maju, teknologi makin canggih, ini sudah seperti ‘ya uda, wajar sih’. Harapan saya cuma semoga istilah freelance dan remote worker makin menyebar luas terutama di Indonesia, supaya orang-orang yang berada di sisi ini gak di pandang sebelah mata 😉

  • Downgrade Mac OS

    Sejak beberapa waktu lalu saya pengen banget melakukan reinstall MacBook saya, karena ya mulai terasa lambat dan mulai penuh dengan junk files. Sayangnya saya gak punya installer untuk el Capitan, versi yang lagi saya pakai, yang ada hanya installer Yosemite. Ada sih temen yang punya installer Sierra, versi terbaru tapi atas berbagai macam pertimbangan saya…

    Sejak beberapa waktu lalu saya pengen banget melakukan reinstall MacBook saya, karena ya mulai terasa lambat dan mulai penuh dengan junk files. Sayangnya saya gak punya installer untuk el Capitan, versi yang lagi saya pakai, yang ada hanya installer Yosemite. Ada sih temen yang punya installer Sierra, versi terbaru tapi atas berbagai macam pertimbangan saya putuskan untuk downgrade saja lah. Salah satu alasan utama adalah saya sadar diri aja, MacBook saya sudah tua (2011) jadi gak bakal dapat banyak fitur baru dari Sierra.

    Instalasi mah karena sudah berupa USB Installer jadi seperti installasi pada OS lainnya, tinggal next next aja.

    Setelah installasi selesai, berikutnya adalah install aplikasi yang dibutuhkan. Nah, disini saya mulai me-list apa aja sih sebenarnya yang saya butuhin, dan akhirnya berikut adalah list aplikasi yang terinstall di MacBook saya.

    (lebih…)
  • Seputar Telkomsel Nextdev

    Beberapa hari lalu telkomsel mengadakan event tahunan telkomsel next Dev, event yang termasuk keren, karena jarang banget event seperti ini ada di ibukota Kalimantan Timur ini. Kebetulan salah satu speaker adalah rekan kerja saya, dan beliau juga memutuskan untuk stay beberapa hari di sini. Jadi selama 3 hari kemarin, kita banyak ngobrol dan diskusi berbagai…

    Beberapa hari lalu telkomsel mengadakan event tahunan telkomsel next Dev, event yang termasuk keren, karena jarang banget event seperti ini ada di ibukota Kalimantan Timur ini.

    Kebetulan salah satu speaker adalah rekan kerja saya, dan beliau juga memutuskan untuk stay beberapa hari di sini. Jadi selama 3 hari kemarin, kita banyak ngobrol dan diskusi berbagai macam hal, kita jadi banyak ngobrol tentang kehidupan startup dan pekerja kreatif. Ada banyak hal yang kita bicarakan mulai dari dapur startup sampai dapur pribadi :D.

    (lebih…)