Fujifilm X-A2

Sebenarnya sudah lama suka aja foto-foto, terutama untuk keperluan dokumentasi kegiatan bareng keluarga, rasanya seneng aja gitu scrolling di Google Photos ngeliat kegiatan saya, istri dan anak-anak dari masa ke masa. Belakangan rasanya lebih meningkat intensitas jepret-jepret ini, saya sampai hidupin akun Instagram lagi, saya juga punya halaman khusus /photos di blog ini.

Oleh karena itu saya iseng untuk nyari-nyari kamera, dan ya kamera kalau untuk keperluan hobi doang itu agak over sih, apalagi dengan kamera handphone yang bisa dibilang sudah lumayan, jadi saya mentargetkan used camera saja, yang secara harga bisa reasonable tapi sudah cukup upgrade dari kamera di handphone jadul saya.

Kriteria pencarian juga gak ribet-ribet amat, karena memang tidak begitu mengerti ๐Ÿ˜€ yang pasti mesti mirrorless, supaya gak terlalu besar secara fisik dan tetep bisa ganti lensa, fisik oke, gak jamuran, gak vignete udah gitu aja. Dari hasil survey beberapa hari akhirnya dapet lah ini, Fujifilm X-A2, iya, bisa dibilang ini kamera tua, karena pertama keluar tahun 2016 artinya sudah 8 tahun! tapi saya pikir sudah cukup untuk kamera pertama, baru belajar dan masih sekedar hobi-hobi anget.

Saya gak bisa bisa bicara banyak terkait kameranya sendiri, karena selain saya tidak begitu mengerti, kameranya sendiri sudah 8 tahun juga, sudah banyak pembaruan yang terjadi kalau dibandingkan kamera yang latest, jadi gak relevan juga, yang pasti kamera ini masih menggunakan sensor Bayern, dan merupakan kamera terakhir yang menggunakan sensor ini karena setelah itu Fuji beralih ke sensor teknologi baru, X-Trans yang terus dikembangkan hingga saat ini. Jadi ya balik lagi, tua :D.

Agak kuatir juga, selain kuatir kameranya sendiri bermasalah karena used camera, atau kualitas sudah menurun, atau ternyata hasilnya kurang lebih dibanding handphone saya, dan yang paling penting: kuatir saya nya males bawa-bawa kamera ๐Ÿ˜€ tapi setelah datang, kalau dari kameranya sendiri sepertinya baik-baik saja, jadi paling tidak gak ada masalah dari kameranya.

Berikutnya, kualitas foto, apakah upgrade dari smartphone saya? saya bisa bilang ya fotonya lebih baik, dan saya suka banget, gak bisa dibilang meningkat banget, tapi ya kerasa bedanya, padahal tadinya saya fine-fine saja sama kamera smartphone saya. Tapi memang balik lagi, tidak bisa bicara banyak karena ya ini kamera satu-satunya dan pertama jadi gak ada pembanding.

hasil foto lainnya bisa dilihat di kunjungan terakhir ke Jungle water world.


It bring excitment, saya jadi teringat waktu baru punya PC masa kecil dulu, masih baru-baru belajar programming, masih trial dan error, ngulik settingan, beradaptasi dengan hardware dan softwarenya, membiasakan dengan keterbatasan. ya, it bring back those feelings.

Seperti PC, ketika sudah jepret ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil foto, bisa jadi settinganya saya yang gak optimal, atau hardware kamera nya sendiri, atau lensa nya, atau komposisi dan skill foto nya yang gak oke, ya, trial dan error.

Terus yang paling penting, balik ke khawatiran saya diatas tadi, setelah semuanya, apakah ini cuma hobi yang anget-anget doang, dan ntar cepet bosan dan males? karena jujur saja, perlu effort untuk bawa kamera dibanding bawa smartphone ๐Ÿ™‚


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *