• Halo, 2022

    Ah sudah 2022, dan ini adalah rekap tahunan yang biasa dilakukan tiap tahun sebelumnya (2021, 2020, 2018), walaupun ya cukup acak. Pada tingkat ini saya pikir blog ini isinya cuma rekap tahunan ๐Ÿ˜€ karena memang belakangan terutama tahun 2021 jumlah postingan baru cuma 2 post! Jadi apa sih yang terjadi di 2021? Struggling, jujur saja,…

    Ah sudah 2022, dan ini adalah rekap tahunan yang biasa dilakukan tiap tahun sebelumnya (2021, 2020, 2018), walaupun ya cukup acak.

    Pada tingkat ini saya pikir blog ini isinya cuma rekap tahunan ๐Ÿ˜€ karena memang belakangan terutama tahun 2021 jumlah postingan baru cuma 2 post!

    Jadi apa sih yang terjadi di 2021?

    Struggling, jujur saja, finansial sedang tidak baik dan lanjut ke semua permasalahan lain. Saya merasa seperti tahun-tahun awal freelancing, dimana masih mencari projekan kanan kiri, dan saya menyadari bahwa keadaan itu tidak reliable lah.

    Side Project yang saya kerjakan bersama partner di akhir 2020 juga tidak kunjung selesai (bahkan sampai awal 2022 ini), dan sejujurnya saya juga jadi merasa tidak enak dengan semua pihak yang terlibat, apakah harusnya dihentikan saja?

    Di sisi lain, Q4 2021 sangat menarik, akhirnya saya memutuskan untuk balik ngantor, ya, saya bergabung dengan RunCloud, sebuah perusahaan digital yang berasal dari Malaysia. Remote tentu saja, karena itu adalah 1 dari 3 syarat utama yang selalu saya tanyakan setiap ada tawaran untuk balik ngantor.

    Tentu saja ini menjadi titik balik, karena saya sudah bekerja secara freelance selama kurang lebih 5 tahun, dan jujur saja, saya sangat menikmatinya. Hanya saja benar kata senior saya, bahwa ya 3 tahun itu waktu paling panjang seorang menjadi freelancer, 5 tahun sudah kelewatan dan bisa backfired kalau kelamaan, dan lagipula ya baru kerasa dan harus diakui, freelancing gak reliable untuk jangka panjang, saya sudah menyadari ini sejak membaca buku Stop thinking like Freelancer tapi ya gitu, keterusan.

    Ah, terus investasi saham gimana?

    Ya, postingan tahun lalu tentang ketertarikan saya dengan investasi saham terus berlanjut, pada tingkat ini, saya merasa sudah menemukan gaya investasi yang cocok buat personal saya sendiri, berikut juga ciri emiten yang sesuai dengan interest saya. Berdasarkan laporan dari sekuritas saya, tahun ini saya berhasil mendapatkan profit total 18%, salah satu emiten bahkan sampai profit 62%, dan ya tentu saja ada yang minus, terima kasih kepada diversifikasi, kerugiannya ketutup 🙂

    Bagaimana tahun 2022 ini?

    Saya gak terlalu yakin, tapi karena sekarang sudah bukan freelancer lagi, dan balik ke jam kerja normal, tentu saja ini akan banyak mempengaruhi siklus hidup :), tapi sisi positifnya akan jadi lebih terstruktur, walaupun ya belum tau, masih masa honeymoon soalnya, jadi masih serba enak saja.

    Saya akan tetap menyempatkan waktu untuk side project yang bersifat produk digital, semangat itu tetap ada, menjadi maker tetap menjadi goal saya yang belum terselesaikan dalam beberapa waktu terakhir.

    Ah, tahun ini juga si anak pertama sudah masuk usia sekolah SD, so yah, saya sama tidak sabarnya sama si anak nunggu nanti sekolah ๐Ÿ™‚

  • Akhirnya, kena juga

    Akhirnya,  setelah hampir setahun lebih bertahan menjaga prokes, kena covid juga. Kami sekeluarga mungkin bukan orang yang paling ketat menjalankan prokes untuk melindungi diri dan keluarga fari covid, tapi kami cukup yakin banget sampai tampak seperti paranoid dihadapan orang-orang sekitar. Tapi tetep aja kena juga, dan malah jadi kecewa sekaligus bingung sendiri darimana kemungkinan tertularnya.…

    Akhirnya,  setelah hampir setahun lebih bertahan menjaga prokes, kena covid juga.

    Kami sekeluarga mungkin bukan orang yang paling ketat menjalankan prokes untuk melindungi diri dan keluarga fari covid, tapi kami cukup yakin banget sampai tampak seperti paranoid dihadapan orang-orang sekitar. Tapi tetep aja kena juga, dan malah jadi kecewa sekaligus bingung sendiri darimana kemungkinan tertularnya.

    Untungnya (tentu saja selalu ada nilai positif dari semua keadaan buruk)  cuma istri saja yang terdeteksi positif, dan gejalanya pun “hanya” tidak bisa mencium bau, tidak seperti teman atau keluarga lain yang sampai lemas dan mesti dirawat di rumah sakit.

    Ya, si Istri cukup isolasi mandiri di rumah, sedangkan saya dan anak-anak harus “mengungsi” dulu untuk sementara, setidaknya selama 14 hari.

    Hari ini sudah 7 hari berlalu, dan tampaknya keadaan tidak jadi lebih buruk, dan malah sepertinya membaik, semoga bagian terburuknya memang sudah terlewati.

    Salah satu hal yang saya masih kurang sreg adalah melakukan perawatan terhadap pasien covid. Sepertinya memang tidak ada yang bisa dilakukan selain tetep makan yang sehat, vitamin, dan berdoa. Serius, gak ada yang bisa dilakuin selain menunggu masa karantina berakhir.

  • Halo, 2021

    Ya ampun, sudah 2021, semuanya berjalan begitu saja, sampai-sampai postingan terakhir adalah Juni tahun lalu. Yeah, things got weird last year, 2020 kacau bener. Pandemi yang bahkan sampai sekarang sudah 1 tahun berlalu belum keliatan titik ujungnya. Tidak bisa dipungkiri membatasi semua aktifitas dan kegiatan sehari-hari, kehidupan berubah, dan lainnya. Sebagai orang yang sudah lebih…

    Ya ampun, sudah 2021, semuanya berjalan begitu saja, sampai-sampai postingan terakhir adalah Juni tahun lalu.

    Yeah, things got weird last year, 2020 kacau bener. Pandemi yang bahkan sampai sekarang sudah 1 tahun berlalu belum keliatan titik ujungnya. Tidak bisa dipungkiri membatasi semua aktifitas dan kegiatan sehari-hari, kehidupan berubah, dan lainnya.

    Sebagai orang yang sudah lebih dari 5 tahun WFH, nyatanya tahun kemarin cukup bikin stress juga. Biasanya kalau mau refreshing bisa keluar dan jalan sebentar, sekarang jadi mikir-mikir, apalagi bawa anak-anak.

    Jadi, mana annual review untuk tahun 2020?

    Ya itu tadi, serba ribet haha.

    Dari sisi kerjaan, masih meneruskan trend tahun sebelumnya, bukan efek pandemi, beberapa pekerjaan berhenti dalam waktu barengan cukup membuat kapal terombang-ambing. Saya mengambil ini sebagai kesempatan untuk rehat dari kerjaan, belajar hal baru (React, Android development), bikin projek personal (yang gak kunjung beres).

    Karena bikin projek dan produk sendiri itu susah, maka saya saat ini saya join bareng temen lama untuk mengembangkan sebuah (3 ding) produk digital yang masih belum tau juga kapan beresnya. Mereka orang yang sangat berpengalaman dalam hal nelurin ide, building product, marketing, dan sejenisnya, saya fokus di bidang saya saja, bagian koding dan eksekusi sembari belajar dari mereka tentang gimana rilis produk digital.

    Di luar kerjaan, Saya malah tertarik pada 2 hal baru selama tahun 2020, pertama adalah Manchester United, yang mulai tahun kemarin ngikutin secara mendalam, nonton tiap match, ngikut komunitas /r/reddevils yang bisa dibilang komunitas Manchester United yang paling masuk akal. Tidak seperti nonton TV series atau film (yang mana saya juga masih suka banget), menonton pertandingan sepak bola itu praktis, 115 menit beres, dan ya sudah, gak bisa keterusan nonton lanjutan dan lainnya, yang ada langsung ke match thread di Reddit dan ikut euforia (kalau lagi menang).

    Selain itu saya juga mulai tertarik denvan Investasi saham, secara tidak sengaja, saya memulai di waktu yang tepat, awal ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia, dimana sebagai investor pemula itu cukup memberi pelajaran berharga tentang kesabaran haha. Momen yang sangat penting untuk merasakan gelombang besar bearish sepanjang tahun lalu digantikan gelombang besar bullish akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021, 1 periode yang sangat bersejarah buat saya pribadi.

    So how about 2021? Sejujurnya saya gak punya banyak target tahun ini karena jujurnya masih syok sama tahun kemarin haha. So let’s see what will happened at 2021 ๐Ÿ™‚

  • Normal yang seharusnya

    New normal, sigh, saya gak suka banget mendengar kata ini. Terkesan berlebihan, seperti seakan-akan tatanan kehidupan berubah sepenuhnya. Saya aware dengan keadaan pandemi, bahkan hitungannya cukup perhatian dan menjaga banget, saya tidak seperti beberapa orang yang menganggap pandemi ini cuma isu-isu elite global. Saya percaya virus ini beneran berbahaya. Walaupun begitu, saya tidak cocok dengan…

    New normal, sigh, saya gak suka banget mendengar kata ini. Terkesan berlebihan, seperti seakan-akan tatanan kehidupan berubah sepenuhnya.

    Saya aware dengan keadaan pandemi, bahkan hitungannya cukup perhatian dan menjaga banget, saya tidak seperti beberapa orang yang menganggap pandemi ini cuma isu-isu elite global. Saya percaya virus ini beneran berbahaya.

    Walaupun begitu, saya tidak cocok dengan istilah new normal ini.

    Kalau seandainya Thanos datang beneran ke bumi, jentik jari dengan infinity gauntletnya, 50% penduduk bumi hilang, itu baru keadaan dimana kita butuh ‘new normal’.

    Bagaimana dengan virus dan pandemi yang terjadi saat ini? “biasa saja”, secara history manusia sudah beberapa kali melewati masa pandemi, dan semuanya berjalan baik-baik saja.

    Singkatnya, new normal yang dimaksud disini adalah protokol baru kegiatan sehari-hari untuk menjaga kesehatan dan penyebaran virus covid-19.

    Masalahnya apakah poin-poin protokol yang ada dalam panduan ‘new normal’ adalah beneran ‘new’?

    Menggunakan masker, terutama untuk si sakit. Ini bukan ‘new’, memang seharusnya seperti itu. Ini harusnya adalah etika, ketika kamu sakit, terutama penyakit yang bisa menular melalui droplet seperti pilek, batuk dan lainnya, ya memang harusnya pakai masker supaya tidak menganggu dan memberikan resiko orang lain atau lawan bicara mu ikutan sakit.

    Mencuci tangan dan menjalankan protokol kebersihan dasar juga bukan ‘new normal’, itu adalah kegiatan yang memang seharusnya dilakukan dan dipraktekkan oleh masyarakat luas. kegiatan ini disebut ‘kebersihan dasar’ karena memang mudah dan tidak perlu banyak effort untuk melakukan, tapi kita mengabaikan ini, perlu pandemi untuk mengingatkan kita kembali tentang praktek sederhana ini.

    Menjaga jarak di keramaian, ini bukan new normal, ini ya memang seperti itu seharusnya, kalau bisa. Lagian siapa sih yang suka desak-desak-an? secara kenyamanan orang akan memilih untuk tidak berdesak-desak-an atau berada di tempat keramaian. Masalahnya, di lapangan ada banyak hal yang membuat kita tidak bisa memilih untuk tidak berdesak-desakkan. Naik kendaraan umum, pergi ke pasar, konser, tempat wisata, adalah beberapa contoh kegiatan yang mau tidak mau harus akrab dengan ngedusel.

    Apakah ‘new normal’ bisa membantu memberikan space untuk kegiatan-kegiatan tersebut? apakah orang-orang dalam kegiatan tersebut mau patuh menjaga jarak dalam kegiatan seperti itu?

    Bagaimana dengan perkantoran atau ruang sekolah? ya tentu saja bisa diatur supaya jarak dapat tercipta, tapi berarti perlu penambahan ruangan dan gedung baru!

    Mengurangi pertemuan fisik, memanfaatkan teknologi seperti video conference untuk mengurangi pertemuan fisik. Ini juga bukan new normal, ya memang seharusnya seperti itu, itu namanya efisensi.

    Teknologi video call bukan hal baru, sudah umum digunakan, tapi tetap saja beberapa diantara kita lebih memilih pertemuan fisik, bahkan untuk hal yang tidak terlalu penting, atau tidak worth dengan effort dan cost untuk melakukan pertemuan fisik. Kalau beberapa hal bisa dilakukan secara jarak jauh, buat apa memaksakan diri untuk mengadakan pertemuan fisik? (yey, hidup kerja remote!)


    That’s it, saya pikir protokol new normal itu overrated banget, semua sudah paham dan tentunya ingin menjaga kesehatan diri sendiri dan orang tercinta. Tidak perlu dihebohkan secara berlebihan, adapun orang yang ngeyel, ya mereka bakal tetap ngeyel, bahkan seandainya new normal itu jadi kewajiban dan punya sanksi tegas, orang-orang ngeyel tetap akan mencari celah untuk mengabaikannya.

  • Ramadhan 1441 H

    Seperti diketahui bersama, Ramadhan tahun ini sungguh berbeda. Ramadhan di tengah pandemi, telah merubah aktifitas dan kegiatan umat muslim menjalani Ramadhan kali ini. Sejak pandemi mulai muncul dibulang Maret, saya tahu ini tidak akan berakhir dengan cepat, selain karena merupakan penyakit dengan jenis baru, dan juga tingkat penyebaran yang cepat, pandemi ini menyerang titik vital…

    Seperti diketahui bersama, Ramadhan tahun ini sungguh berbeda. Ramadhan di tengah pandemi, telah merubah aktifitas dan kegiatan umat muslim menjalani Ramadhan kali ini.

    Sejak pandemi mulai muncul dibulang Maret, saya tahu ini tidak akan berakhir dengan cepat, selain karena merupakan penyakit dengan jenis baru, dan juga tingkat penyebaran yang cepat, pandemi ini menyerang titik vital masyarakat, yaitu aktifitas sosial. Jadi masalah karena bulan Ramadhan terbukti meningkatkan kegiatan sosial masyarakat dan mencapai puncaknya pada hari raya Idul Fitri. Semakin banyak kegiatan bersosialisasi, semakin banyak kemungkinan terjangkiti virus ini.

    Tanpa mengurangi rasa hormat dan empati terhadap para korban, keluarga pandemi, dan orang-orang yang terkena dampak pandemi secara langsung maupun tidak langsung, kalau ditelisik lebih jauh, pandemi telah membuka banyak hal yang kita pikir baik-baik saja, ternyata tidak.

    Pandemi telah membuka topeng tiap manusia.

    Pandemi telah memperlihatkan bagaimana beberapa orang mengedepankan ego, bahkan melebihi kesehatan atau nyawa sendiri, dan orang sekitar.

    Pandemi memperlihatkan mental sebagian orang yang merasa masa bodoh, acuh, tidak empati, kurang disiplin, dan tidak toleran.

    Pandemi memperlihatkan kurangnya literasi masyarakat.

    Pandemi memperlihatkan bahwa kegiatan buka bersama, sahur on the road, halal bihalal bukanlah hal penting, kurang berguna dan tidak mengapa untuk ditinggalkan.

    Pandemi mengingatkan tarawih bisa dilakukan di rumah bersama keluarga.

    Pandemi mendukung kegiatan stay at home, untuk orang-orang yang tidak punya kepentingan keluar rumah di bulan Ramadhan.

    Pendemi mengajak kita mengingat kembali arti dan ketulusan beribadah.

    Pandemi memperlihatkan kualitas kepemimpinan dari setiap pemimpin daerah melalui keputusan dan tindakan-tindakan atas nama kepentingan bersama.

    Pandemi menunjukkan ketidaksiapan kita dari sisi fasilitas kesehatan untuk memberikan perawatan kepada masyarakat.

    Pandemi menunjukkan ketidakrataan kualitas hidup setiap orang untuk tinggal dirumah.

    Pandemi mengingatkankan untuk kembali menjaga kebersihan dengan kegiatan sesederhana mencuci tangan, menggunakan masker untuk si sakit.

    Pandemi menunjukkan beberapa hal bisa dioptimasi dengan video call untuk mengurangi kunjungan kerja, dan menghemat waktu.

    Pandemi menunjukkan bahwa pembelajaran online sangat bisa dilakukan.

    Pandemi menunjukkan teknologi mampu membantu mengurai dan memudahkan birokrasi kantor dan dinas yang rumit.

    Pandemi menunjukkan kualitas udara bisa membaik dengan berkurangnya aktifitas lalu-lintas.

    Pandemi menunjukkan para pekerja seperti ojek online, kasir, penjual makanan lokal adalah pekerja esensial yang sangat kita butuhkan.

    Pandemi menunjukkan keberanian dan ketulusan dokter dan perawat dalam menghadapi korban-korban pandemi.

    Pandemi mengingatkan saya secara pribadi untuk bersyukur bisa bekerja dari rumah.

    Pandemi memperlihatkan bahwa ada beberapa orang yang gak punya pilihan selain harus tetap keluar rumah, bekerja demi kehidupan harian walaupun harus berhadapan dengan virus, dan ocehan netizen.

    Pandemi menunjukkan banyak hal, tapi memang harganya tidak murah, sudah ribuan korban untuk Indonesia, dan jutaan untuk dunia.

    Di bulan Ramadhan ini, bulan penuh ampunan, bulan penuh berkah, adalah momen yang tepat untuk merenungi dan bersyukur, atas semua kesehatan, kebaikan, kemudahan yang sudah didapat selama ini.

    Saya berharap semoga lebaran yang tinggal 2-3 hari ini, tidak melahirkan banyak kluster baru di berbagai daerah, semoga kita semua diberi perlindungan.