• August 2022

    Sejujurnya tidak banyak yang berlalu dibulan agustus lalu, dan malah berasa berlalu begitu saja. Dari sisi kerjaan agak sedikit selow karena kebanyakan dipakai untuk bug fixing, setelah rilis fitur baru, perlu waktu untuk cooling down salah satunya ya kontribusi di bug fixing. Saya baru sadar gimana susahnya rasanya bug fixing untuk layanan yang dipakai banyak…

    selanjutnya

    Sejujurnya tidak banyak yang berlalu dibulan agustus lalu, dan malah berasa berlalu begitu saja.

    Dari sisi kerjaan agak sedikit selow karena kebanyakan dipakai untuk bug fixing, setelah rilis fitur baru, perlu waktu untuk cooling down salah satunya ya kontribusi di bug fixing.

    Saya baru sadar gimana susahnya rasanya bug fixing untuk layanan yang dipakai banyak orang, kadang terlihat sederhana, tapi ternyata jadi masalah ketika saya tidak bisa menemukan kondisi bagaimana masalah tersebut muncul, pendek katanya: “di tempat saya baik-baik saja kok”, harus menemukan situasi yang tepat supaya bisa me-replicate keadaan user.

    Sempat pula bantu-bantu untuk masalah isu di WordPress (sebagian besar user adalah pengguna WordPress), dan lebih kacau lagi, ketika suatu masalah terjadi, bisa jadi karena konflik dengan theme, atau juga plugin lain, atau setingan user, atau isu di microservices kami, sungguh challenging.

    Karena agak longgar, saya juga sempet berkenalan dan mempelajari Golang. Di kantor sendiri, salah satu service kita menggunakan golang, dan saya juga ikut terlibat didalamnya, tapi ya cuma bagian kecil saja, dan cukuplah buat refreshing lah, so saya sempatkan untuk belajar Golang lebih dalam. Sudah terpikirkan untuk merubah beberapa hal pada projek personal saya menggunakan Golang, tapi belum tau lah, jangan-jangan semangat ini cuma efek hype di saya saja haha.

    Oh diluar kerjaan, saya juga sempet ikut seminar parenting dari Aba Ihsan, jujurnya saya kurang tau, tapi beliau ini cukup beken lah dikalangan orang yang peduli parenting, sudah beberapa buku terbit dan 20 tahun pengalaman memberikan seminar sejenis.

    Saya agak pesimis awalnya, tapi beliau oke banget memberikan materi, ada banyak hal yang bikin moment “Bener juga ya..”, mungkin saya akan bikin postingan terpisah untuk review hasil dari seminar, singkatnya saya rekomendasi lah untuk para orang tua yang pengen upgrade diri.

    So yeah, see later.

  • Juli 2022

    Kamu akan tau seseorang sedang (sok) sibuk ketika bahkan nulis rekap rutin pun terlewat beberapa hari 🙂 Ya, bulan Juli kemarin agak kelewat padat kegiatan, profesional maupun personal. Kalau dari sisi profesional aka kerjaan, sepertinya karena ya Juli artinya sudah tengah tahun dan dari bisnis-wise, harus punya sesuatu yang cukup besar untuk dirilis. Setidaknya itu…

    selanjutnya

    Kamu akan tau seseorang sedang (sok) sibuk ketika bahkan nulis rekap rutin pun terlewat beberapa hari 🙂

    Ya, bulan Juli kemarin agak kelewat padat kegiatan, profesional maupun personal. Kalau dari sisi profesional aka kerjaan, sepertinya karena ya Juli artinya sudah tengah tahun dan dari bisnis-wise, harus punya sesuatu yang cukup besar untuk dirilis.

    Setidaknya itu yang terjadi di kantor, kita agak mengejar big rilis, masih tahap beta dan beneran bakal rilis di bulan Agustus ini. Rilis yang cukup besar karena melibatkan perubahan pricing dan akan menghentikan layanan free user, so secara otomatis harus membawa beberapa fitur “wah” supaya user melakukan migrasi dari free user ke paid user.

    Sideproject juga akhirnya ketemu garis merah rilis plannya, bekerja sama dengan beberapa temen senior di kantor dulu, plus perusahaan hosting lokal, kita akan merilis produk digital untuk umkm, saya belum bisa ngomong banyak karena jujurnya part kerjaan saya belum akan ikut di tahap awal Agustus nanti, masih bakal jadi “next feature”, jadi ya saya belum punya andil untuk versi awal ini.

    Saya juga sempat menyempatkan bikin personal project, aplikasi buat catatan keuangan pribadi, masih basic banget, CRUD doang dengan sedikit penyesuaian kebutuhan saya, dan jujurnya masih mending nyatat di aplikasi spreadsheet saja untuk saat ini haha. Gak berniat diapa-apain dalam waktu dekat, hanya untuk kebutuhan pribadi karena dari dulu nyobain aplikasi pencatat keuangan pada gak cocok di hati.

    All is good, hectic, but “fun”, sampai dibagian gak enaknya, anak saya jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama 3 hari, dan leading ke cek kesehatan yang jujurnya hasilnya gak enak. Cukup jadi beban pikiran dan ya sedih, tapi ya mencoba mengambil sisi positif nya bahwa ya harusnya Allah tidak memberikan ujian diluar kemampuan umatnya, so ya cuma bisa bersabar, berusaha dan berdoa.

    Ya, mari doakan yang terbaik saja lah buat semuanya

  • Juni 2022

    Duh Juni sudah berlalu, artinya tahun 2022 sudah separuhnya berlalu, tapi sejujur nya gak kerasa, tau-tau sudah lewat. Bulan Juli ini rasanya bulan paling sibuk dibanding bulan-bulan sebelumnya, ada 2 projek sampingan yang dirilis, sebenarnya sudah lama beres, tapi kok ya barengan rilis bulan ini dan seperti biasa sindrom launching minggu-minggu pertama itu heboh banget.…

    selanjutnya

    Duh Juni sudah berlalu, artinya tahun 2022 sudah separuhnya berlalu, tapi sejujur nya gak kerasa, tau-tau sudah lewat.

    Bulan Juli ini rasanya bulan paling sibuk dibanding bulan-bulan sebelumnya, ada 2 projek sampingan yang dirilis, sebenarnya sudah lama beres, tapi kok ya barengan rilis bulan ini dan seperti biasa sindrom launching minggu-minggu pertama itu heboh banget. Selalu saja ada “masalah”,

    2 projek ini lumayan “seru” karena terkait hajat hidup orang banyak haha, yang satu penejualaan tiket transportasi dan yang satu pendaftaran beasiswa. Keduanya merupakan projek yang kalau sudah waktunya, waktu untuk keberangkatan atau pendaftaran beasiswa maka ya secara trafik dan load bisa heboh sekali. Kalau sudah masalah, efek nya langsung ramai dan kerasa karena banyak orang yang bakal terhambat urusannya.

    Saya juga melakukan “upgrade” PC saya, upgrade kecil, cuma menambah RAM 8gb, dan ya ternyata dual channel itu memang sangat membantu, ya tentu juga karena kapasitasnya jadi lebih besar. Jujurnya saya merasa 8gb itu sudah cukup lah buat saya, tapi belakangan agak banyak kerjaan yang mesti di load, virtual machine juga ada beberapa yang aktif, punya lebih banyak RAM better lah.

    Juni juga jadi bulan terakhir anak saya belajar di TK, karena bulan Juli bakal mulai masuk ke SD, tentu saja kami semua sangat menantikannya, gak sabar euy. Karena ya tentu saja tidak seperti TK yang cenderung “main”, SD mah lebih serius dan lainnya, bukan cuma dari sisi si anak saja, tapi dari ortu juga.

    Sip, Lanjut ke semester 2 2022! 🙂

  • Mei 2022

    Ini adalah review bulanan edisi Mei 2022, jadi apa saja yang telah berlalu? Seperti yang saya dan rekan-rekan kerja duga ketika melakukan rilis fitur baru bulan lalu, fase berat setelah rilis adalah memberikan layanan support kepada pengguna karena tidak bisa dihindari, selalu ada yang terlewat dari masa development dan testing. Ketika saya masih bekerja sebagai…

    selanjutnya

    Ini adalah review bulanan edisi Mei 2022, jadi apa saja yang telah berlalu?

    Seperti yang saya dan rekan-rekan kerja duga ketika melakukan rilis fitur baru bulan lalu, fase berat setelah rilis adalah memberikan layanan support kepada pengguna karena tidak bisa dihindari, selalu ada yang terlewat dari masa development dan testing.

    Ketika saya masih bekerja sebagai freelancer, saya sudah biasa lah dengan fase ini dan normal, tapi sekarang jadi terasa berat karena tidak mudah untuk melakukan bugfix dan hotfix, perlu melalui beberapa tahapan test dan approval, karena ya tentu saja kita tidak ingin fix yang kita buat malah menambah masalah yang ada. Jadi harus yakin betul fix yang dibuat beneran aman dan berfungsi.

    Saya menerimanya sebagai kesempatan belajar hal baru 🙂

    Oh, saya juga telah melakukan upgrade Ubuntu di mesin kerja saya ke 22.04, saya tidak sabar untuk menulis review nya, walaupun sejujurnya, yang bikin spesial dari rilis ini malah bukan dari Ubuntu nya melainkan dari Gnome dengan Gnome 42 nya, terasa segar.

    Bulan lalu, mertua mengalami penggusuran, rumah yang sudah ditempati selama bertahun-tahun itu akhirnya dibongkar oleh pemerintah kota karena terkait garis hijau tepi sungai. Tentu saja tidak mudah karena rumah orang tua itu biasanya jadi pusat berkumpulnya keluarga, jadi banyak hal yang hilang ketika terjadi penggusuran seperti ini.

    Satu hal yang saya pelajari dari penggusuran ini adalah ternyata ada banyak barang di rumah kita yang sebenarnya tidak begitu terpakai, tapi sayang untuk dibuang, jadi kita simpan dan tidak disentuh juga pada akhirnya. Terinspirasi dari ini, saya mulai memperhatikan barang-barang di rumah sendiri, mulai memilah mana yang sebaiknya saya keluarin aja dari rumah sebelum menjadi tumpukan barang-barang yang memakan tempat. Jadi ingat sama Marie Kondo 🙂

  • April 2022

    Akhirnya setelah tertunda beberapa waktu, kantor akhirnya merilis fitur baru yang sudah saya (dan rekan kerja lainnya) kembangkan selama beberapa bulan terakhir. Singkatnya, fitur ini terkait dengan Backup. Fitur ini akan membantu user untuk melakukan backup website dan database dan menyimpannya ke layanan S3 storage milik user, dan tentu saja termasuk proses restore-nya. Ketika ditawarkan…

    selanjutnya

    Akhirnya setelah tertunda beberapa waktu, kantor akhirnya merilis fitur baru yang sudah saya (dan rekan kerja lainnya) kembangkan selama beberapa bulan terakhir. Singkatnya, fitur ini terkait dengan Backup. Fitur ini akan membantu user untuk melakukan backup website dan database dan menyimpannya ke layanan S3 storage milik user, dan tentu saja termasuk proses restore-nya.

    Ketika ditawarkan untuk mengerjakan fitur ini, saya langsung mengiyakan karena jujurnya saya sudah lama juga ingin membuat tools backup dan restore ini untuk keperluan pribadi maupun projek. Selain itu, fitur ini jadi spesial buat saya personal karena ini fitur pertama yang saya kerjakan di kantor ini, merasakan proses planning, development, testing dan release nya berasa pengalaman baru.

    Tentu saja, tidak cukup sampai release, fase berikutnya akan lebih rumit, menangani feedback dari user. Karena ini fitur premium, tentu saja user bakal berharap mendapatkan layanan premium, so mungkin bulan depan akan “ramai” 😀.

    Hal lain? tak ada, proses pre-launch beneran memakan banyak energi, tak ada banyak waktu buat melakukan hal lain 🙁

    Tapi ada beberapa hal atau berita menarik buat saya pribadi, pertama, Ubuntu 22.04 sudah rilis! akhirnya bisa upgrade dari 20.04, saya lebih prefer LTS jadi ya cukup lama menunggu untuk rilis. Gnome 42 nya terlihat sangat keren.

    Kedua, Erik Ten Hag resmi jadi manajer Manchester United mulai season baru nanti, ini akan sangat menarik setelah tahun ini secara performance grafik United selalu lower low tiap hari nya, dan membuat fans nya banyak mengelus dada haha. Tentu saja tidak bisa berekspektasi banyak, proses rebuild akan terjadi (lagi) dan sepertinya akan seru 🙂.

  • Maret 2022

    Maret, bulan spesial telah berlalu, ah mari mengingat apa yang sudah terjadi sebulan kebelakang. Paling pertama, dengan berat hati, rilis fitur utama di kantor mundur karena ada sedikit penyesuaian requirement, bug, dan lainya, damn man, padahal saya berharap bisa rilis fitur ini segera. Sebagai developer, salah satu kebahagian utama itu ya rilis projek dan terpakai…

    selanjutnya

    Maret, bulan spesial telah berlalu, ah mari mengingat apa yang sudah terjadi sebulan kebelakang.

    Paling pertama, dengan berat hati, rilis fitur utama di kantor mundur karena ada sedikit penyesuaian requirement, bug, dan lainya, damn man, padahal saya berharap bisa rilis fitur ini segera. Sebagai developer, salah satu kebahagian utama itu ya rilis projek dan terpakai oleh user, namun sepertinya mundur, mungkin bulan ini.

    Saya juga terlibat dengan beberapa projek lama. Projek ini sebenarnya adalah projek yang sudah berjalan sejak lama, dan seperti yang saya mention diatas, kita mah sebagai developer goal nya simple, bikin produk yang dipakai secara aktif oleh orang banyak itu aja sudah seneng. Nah projek-projek ini biasa memang rutin ada pembaharuan tiap tahun, tahun ini sepertinya saya fokus untuk rebuild semuanya!. Ya, rebuild karena memang base code nya sudah 5-6 tahun dan tahun kemarin ketika ada penambahan fitur agak besar ternyata ribet sekali, selain itu dengan melihat behavior dan input pengguna selama bertahun-tahun ini, ada beberapa hal yang saya pikir bisa di optimize lah.  Jadi ya bakal di rebuild tapi santai.

    Oh saya juga melakukan renovasi rumah, agak minor sih penambahannya, lebih banyak maintenance. Jadi memang memiliki rumah sendiri itu tidak cukup cuma sampai diisi barang dan maintenance kecil, tapi kadang maintenance besar yang ya dari segi biaya lumayan juga euy. Itu kenapa kadang rumah sebagai tempat tinggal disebut sebagai liabilitas, karena ya kalau kamu punya rumah sendiri ya kamu mesti siap untuk maintenance.

    Tak lupa, blog ini juga mengalami ‘renovasi’ juga, mungkin agak samar karena color schema nya masih sama, tapi ada beberapa penambahan dan perubahan disana sini. Mulai dari halaman beranda / halaman utama, sekarang selain menampilkan profil saya, juga menampilkan “update terbaru”, rencananya ini akan menampilkan ya update terbaru keadaan saya. Karena saya sudah tidak aktif di sosial media, bagian update terbaru ini akan menjadi penggantinya. Lalu juga ada daftar tulisan terakhir yang bukan merupakan update, karena jujur saja, terakhir nulis yang pakai niat itu sudah hampir 1-2 tahun lalu, yang belakangan kebanyakan cuma curhat update tidak penting haha.

    Bagian lain yang berubah dari blog ini adalah tidak ada kolom komentar. Ada beberapa alasan (1) tidak banyak juga yang berkomentar haha (2) saya mempertimbangkan untuk dibuang sekalian biar bisa beralih ke blog model file statik (3) gak ketemu desain form dan daftar komentar yang menarik (4) belum sempat ngerjain :D. Tapi serius form komentar ini ada di posisi antara penting dan tidak penting, mungkin kalaupun ada fitur komentar, harus banyak yang diperbaiki karena default sistem komentar WordPress saya pikir cukup repot dan tidak menarik.

    See you next

  • February 2022

    Hei, apa kabar? Gimana Februari? Februari ini berasa menyedihkan ya, yang paling nyata angka infeksi COVID jenis omicron yang melonjak lagi. Sangat terasa karena saya sendiri merasa mungkin terinfeksi juga, soalnya ada beberapa hari yang tiba-tiba batuk pilek dan tenggorokan gak enak, beberapa hari lalu sembuh. Beberapa waktu kemudian istri juga. Tapi Alhamdulillah tidak parah…

    selanjutnya

    Hei, apa kabar? Gimana Februari?

    Februari ini berasa menyedihkan ya, yang paling nyata angka infeksi COVID jenis omicron yang melonjak lagi. Sangat terasa karena saya sendiri merasa mungkin terinfeksi juga, soalnya ada beberapa hari yang tiba-tiba batuk pilek dan tenggorokan gak enak, beberapa hari lalu sembuh. Beberapa waktu kemudian istri juga. Tapi Alhamdulillah tidak parah lah gejalanya, tidak sampai drop.

    Orang-orang sekitar dan keluarga juga kedengarannya pada batuk, ya gak tau juga, batuk bisa karena apa saja, tapi di masa sekarang, batuk jadi horor sendiri. Saya pikir benar kata beberapa akun dokter, omicron sepertinya tidak cukup parah, karena dari spesifikasi virusnya memang lebih lemah, orang-orang juga sudah pada vaksin, imunitas alami juga sudah banyak (orang yang pernah kena COVID sebelumnya), jadi bisa tertangani lah. Walaupun begitu prokes tetap mesti dijaga, ya tentu saja gak ingin dapat gacha dan drop beneran.

    Belum beres dengan COVID, belakangan tentu saja heboh dengan agresi militer Rusia di Ukraina. Tentu saja saya tidak akan membahasnya karena saya bukan pakar hubungan dan politik internasional, dan saya harap semua orang juga begitu, kalau kamu bukan pakar dan bukan orang yang benar-benar mengikuti politik dan historis kedua negara, mending diam lah, tidak perlu ikut berkomentar pada hal yang tidak diketahui secara detail. Karena ya gak sedikit propaganda dan narasi yang dikeluarkan yang juga dibantah sama lawannya. Satu yang pasti perang di zaman sekarang ini berasa kejam dan primitif gak sih.

    Oke cukup dengan berita buruknya, sekarang berita baiknya.

    Pertama anak saya sudah ikut tes masuk sekolah, diterima, dan sudah melakukan pembayaran, so ya, 90% bakal sekolah SD disitu. Ternyata gak mudah milih sekolah, akses informasi, review bias, dan masalah selera susah juga akurnya, jadi ya semoga ini gak salah pilih lah.

    Saya juga sempat melakukan presentasi di kantor, yang bertema tentang perjalanan freelancing saya. Sudah lama sekali rasanya tidak berbicara di depan orang, walaupun melalui media Zoom, bukan tatap langsung, tapi tetap saja grogi haha.

    Saya juga hampir menyelesaikan produk (lebih tepatnya update, update besar) pada salah satu layanan di kantor yang akan dirilis sebentar lagi (bulan Maret). Ini akan menjadi rilisan pertama saya di kantor, hope it’s good lah.

  • Rakit PC (2022)

    Tadinya ingin diberi judul work setup, tapi kebanyakan artikel work setup itu disertai foto setup nya sendiri dan biasanya bagus, tapi karena ini agak biasa saja (AKA tidak begitu menarik), jadi males nge-foto 🙂 Berawal dari laptop MacBook saya yang akhirnya pensiun, saya memutuskan untuk merakit PC untuk menjadi senjata utama saya bekerja. Macbook Pro…

    selanjutnya

    Tadinya ingin diberi judul work setup, tapi kebanyakan artikel work setup itu disertai foto setup nya sendiri dan biasanya bagus, tapi karena ini agak biasa saja (AKA tidak begitu menarik), jadi males nge-foto 🙂

    Berawal dari laptop MacBook saya yang akhirnya pensiun, saya memutuskan untuk merakit PC untuk menjadi senjata utama saya bekerja.

    Macbook Pro 2011

    Sebelumnya saya menggunakan MacBook Pro 2011 (ya, 2011, 11 tahun lalu), sebagai daily drive untuk keperluan kerja dan segala kebutuhan komputasi. Selama ini tidak ada masalah sampai beberapa tahun lalu ketika versi terbaru OSX (Mojave) tidak lagi mendukung perangkat ini. Ada banyak masalah dari sisi software yang akhirnya saya memutuskan untuk beralih menggunakan Ubuntu di mesin MBP ini, ternyata jadi lancar sekali, dan proses instalasi juga sudah jauh lebih mudah dibanding Instalasi linux beberapa tahun lalu.

    Tapi kemudian masalah di hardware datang, baterai mengalami pergantian yang ke 3, magsafe sudah yg ke 5 atau 6, hardisk sudah diganti dengan SSD, lalu belakangan masalah di monitor, seperti berjamur?, keypad yang sudah terkelupas dan tidak berfungsi sebagian, dan yang terakhir adalah port charger nya sendiri yang tidak bisa berfungsi, sehingga tidak bisa di charge!. Belum termasuk spesifikasi Macbook nya sendiri yang sudah ketinggalan 11 tahun, apalagi jika Docker sudah mulai running, Docker di mac itu lambat dan berat, Docker di macbook 2011 itu luar biasa ahaha (sebenarnya ini sudah jauh lebih ringan ketika beralih ke ubuntu). So saya memutuskan waktunya untuk macbook ini pensiun (ya iyalah).

    Rakit PC

    Saya memutuskan untuk merakit PC sendiri adalah karena ya sudah keinginan sejak lama punya mesin yang “personal”, bisa pilih spesifikasi sendiri, bisa replace part nya sendiri, tapi jujur saja tidak dalam waktu dekat dan secara tiba-tiba begini (tiba-tiba macbook pensiun) 😀

    Karena sebenarnya belum siap untuk rakit PC dalam waktu ini, tapi terpaksa harus punya, maka konsep saya simpel, budget-friendly! haha.

    Saya sudah lama tidak mengikuti perkembangan PC, so bagian utama dari proses perakitan ini adalah saya pengen dapet latest Intel, dan saya ketemu Intel i5-11500 yang paling sesuai dengan kebutuhan dan budget. Sebenarnya pengen mencoba AMD tapi entah saya gak pede. Waktu perakitan ini juga generasi 12 belum keluar, jadi versi terbaru yang saya dapat ya gen 11.

    Setelah itu RAM, saya sudah lama menganalisa kebutuhan memory RAM di macbook sebelumnya, dan 8GB sudah cukup, tentu saja saya ingin lebih, namun untuk versi awal ini saya tetap menggunakan 8GB DDR4, single, idenya beberapa waktu kedepan akan diupgrade jadi 16GB (8 x 2 slot). RAM ini dari XPG tipe Spectric D50, yang jujur saja, saya baru tau kalau ternyata ini versi RGB, padahal saya lebih prefer yang kalem aja tidak pakai RGB segala, tapi baguslah buat indikator PC lagi nyala haha.

    Saya skip untuk VGA card, selain sudah tidak masuk akal harganya, saya juga tidak punya keperluan grafis tinggi, sebagai web developer, dedicated GPU dari processor sudah lebih dari cukup, jadi biaya VGA bisa buat prosesor tadi.

    Selebihnya motherboard saya hanya mengikuti yang ada saja, ini dari MSI B560M PRO. SSD comot dari macbook, PC Case sebenarnya pengen yang Mini ITX, tapi agak susah cari nya, karena waktu mepet jadi ya ambil PC case biasa saja. Lalu untuk OS saya pakai Ubuntu 20.04.

    Monitor menggunakan Samsung G3 24’, sebenarnya tidak masuk dalam budget karena sudah dibeli 1 bulan sebelumnya untuk keperluan second monitor macbook.

    Total biaya bahan semuanya mencapai hampir 7 juta, diluar monitor, dan jujur saja itu sangat sesuai dengan konsep budget-friendly tadi :).

    Performa hasilnya luar biasa menurut saya, karena komparasi nya adalah macbook pro 2011, jadi memang kerasa banget perbedaanya haha. Paling nyata itu dari sisi CPU, sebelumnya MBP 2011 hanya dual core, sedangkan PC ini pakai 6 core dengan 12 thread, jauh banget. Berikut link hasil GeekBench https://browser.geekbench.com/v5/cpu/11006439.

    Satu hal yang saya rasa terlewatkan itu adalah PSU, saya pikir harusnya bisa pilih yang better lah. PSU yang ada ini cukup baik, tapi hasil dari survey (yang baru dilakukan setelah PC jadi), beberapa brand lain bisa lebih baik, salah satunya dari tingkat kebisingan.

    Selain itu, saya masih pengen mini ITX, jadi mungkin nanti juga bakal diganti lah.

    Jujur saja, setelah selesai dan ternyata biaya nya hanya ‘segitu’, saya agak menyesal kenapa tidak melakukannya lebih awal, karena perbandingan performa nya ternyata beneran sejauh itu, saya sabar banget yak running Docker di MBP 2011 😀

  • January 2022

    Tidak seperti biasanya, tahun 2022 diawali dengan sedikit pelan, tidak bersemangat dan malah haru. Dari sisi kerjaan, kantor sedang melakukan rilis besar bulan januari lalu, sehingga seluruh tim fokus untuk memastikan proses berjalan lancar, tidak banyak masalah/bug, dan memastikan proses bugfixing berlangsung cepat. Karena saya tidak terlibat dalam rilis tersebut, saya merasa sedikit terasingkan :D,…

    selanjutnya

    Tidak seperti biasanya, tahun 2022 diawali dengan sedikit pelan, tidak bersemangat dan malah haru.

    Dari sisi kerjaan, kantor sedang melakukan rilis besar bulan januari lalu, sehingga seluruh tim fokus untuk memastikan proses berjalan lancar, tidak banyak masalah/bug, dan memastikan proses bugfixing berlangsung cepat. Karena saya tidak terlibat dalam rilis tersebut, saya merasa sedikit terasingkan :D, but no worries, saya sedang mengerjakan projek yang akan kemungkinan dirilis bulan maret nanti, so buckle up 😉

    Selain pekerjaan kantor, saya juga memulai beberapa projek personal, ya, “beberapa”, ada 2-3 ide yang sudah dimulai dan semuanya berhenti ditengah jalan, masalah komitmen sepertinya masih jadi momok.

    Lalu juga ada mini game Wordle dan Katla yang belakangan jadi hype banget, saya selalu berlomba dengan istri saya setiap pagi 😀

    Di sisi lain, Ayah mertua saya meninggal. Tentu saja ini menjadi sangat haru sekali. Saya dan keluarga selalu berkunjung setiap beberapa hari, bahkan sebelum meninggal kami sempat ada disana, seperti biasanya, ketika malam kami sempat ijin pamit untuk pulang, sesampainya di rumah, kami tidur dan tiba-tiba dibangunkan dan dikabarkan ditengah malam bahwa ya ayah mertua sudah tiada.

    Ibu mertua masih ada, sehat dan baik-baik saja, tapi tentu saja kunjungan kesana akan menjadi terasa berbeda.

    Jujur saja, melihat semua prosesi pemakaman, dan pengurusan setelah meninggal, membuat saya mempertanyakan kembali apa yang sudah saya siapkan kalau tiba-tiba saya tiada. Ini seperti sebuah teguran keras untuk saya pribadi karena sejujurnya saya tidak siap :(. Saya sangat tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan beliau.

    Semoga beliau bisa tenang disana, dosanya diampuni, dan semua ibadah dan amal baiknya diterima.

  • Halo, 2022

    Ah sudah 2022, dan ini adalah rekap tahunan yang biasa dilakukan tiap tahun sebelumnya (2021, 2020, 2018), walaupun ya cukup acak. Pada tingkat ini saya pikir blog ini isinya cuma rekap tahunan 😀 karena memang belakangan terutama tahun 2021 jumlah postingan baru cuma 2 post! Jadi apa sih yang terjadi di 2021? Struggling, jujur saja,…

    selanjutnya

    Ah sudah 2022, dan ini adalah rekap tahunan yang biasa dilakukan tiap tahun sebelumnya (2021, 2020, 2018), walaupun ya cukup acak.

    Pada tingkat ini saya pikir blog ini isinya cuma rekap tahunan 😀 karena memang belakangan terutama tahun 2021 jumlah postingan baru cuma 2 post!

    Jadi apa sih yang terjadi di 2021?

    Struggling, jujur saja, finansial sedang tidak baik dan lanjut ke semua permasalahan lain. Saya merasa seperti tahun-tahun awal freelancing, dimana masih mencari projekan kanan kiri, dan saya menyadari bahwa keadaan itu tidak reliable lah.

    Side Project yang saya kerjakan bersama partner di akhir 2020 juga tidak kunjung selesai (bahkan sampai awal 2022 ini), dan sejujurnya saya juga jadi merasa tidak enak dengan semua pihak yang terlibat, apakah harusnya dihentikan saja?

    Di sisi lain, Q4 2021 sangat menarik, akhirnya saya memutuskan untuk balik ngantor, ya, saya bergabung dengan RunCloud, sebuah perusahaan digital yang berasal dari Malaysia. Remote tentu saja, karena itu adalah 1 dari 3 syarat utama yang selalu saya tanyakan setiap ada tawaran untuk balik ngantor.

    Tentu saja ini menjadi titik balik, karena saya sudah bekerja secara freelance selama kurang lebih 5 tahun, dan jujur saja, saya sangat menikmatinya. Hanya saja benar kata senior saya, bahwa ya 3 tahun itu waktu paling panjang seorang menjadi freelancer, 5 tahun sudah kelewatan dan bisa backfired kalau kelamaan, dan lagipula ya baru kerasa dan harus diakui, freelancing gak reliable untuk jangka panjang, saya sudah menyadari ini sejak membaca buku Stop thinking like Freelancer tapi ya gitu, keterusan.

    Ah, terus investasi saham gimana?

    Ya, postingan tahun lalu tentang ketertarikan saya dengan investasi saham terus berlanjut, pada tingkat ini, saya merasa sudah menemukan gaya investasi yang cocok buat personal saya sendiri, berikut juga ciri emiten yang sesuai dengan interest saya. Berdasarkan laporan dari sekuritas saya, tahun ini saya berhasil mendapatkan profit total 18%, salah satu emiten bahkan sampai profit 62%, dan ya tentu saja ada yang minus, terima kasih kepada diversifikasi, kerugiannya ketutup 🙂

    Bagaimana tahun 2022 ini?

    Saya gak terlalu yakin, tapi karena sekarang sudah bukan freelancer lagi, dan balik ke jam kerja normal, tentu saja ini akan banyak mempengaruhi siklus hidup :), tapi sisi positifnya akan jadi lebih terstruktur, walaupun ya belum tau, masih masa honeymoon soalnya, jadi masih serba enak saja.

    Saya akan tetap menyempatkan waktu untuk side project yang bersifat produk digital, semangat itu tetap ada, menjadi maker tetap menjadi goal saya yang belum terselesaikan dalam beberapa waktu terakhir.

    Ah, tahun ini juga si anak pertama sudah masuk usia sekolah SD, so yah, saya sama tidak sabarnya sama si anak nunggu nanti sekolah 🙂

  • Akhirnya, kena juga

    Akhirnya,  setelah hampir setahun lebih bertahan menjaga prokes, kena covid juga. Kami sekeluarga mungkin bukan orang yang paling ketat menjalankan prokes untuk melindungi diri dan keluarga fari covid, tapi kami cukup yakin banget sampai tampak seperti paranoid dihadapan orang-orang sekitar. Tapi tetep aja kena juga, dan malah jadi kecewa sekaligus bingung sendiri darimana kemungkinan tertularnya.…

    selanjutnya

    Akhirnya,  setelah hampir setahun lebih bertahan menjaga prokes, kena covid juga.

    Kami sekeluarga mungkin bukan orang yang paling ketat menjalankan prokes untuk melindungi diri dan keluarga fari covid, tapi kami cukup yakin banget sampai tampak seperti paranoid dihadapan orang-orang sekitar. Tapi tetep aja kena juga, dan malah jadi kecewa sekaligus bingung sendiri darimana kemungkinan tertularnya.

    Untungnya (tentu saja selalu ada nilai positif dari semua keadaan buruk)  cuma istri saja yang terdeteksi positif, dan gejalanya pun “hanya” tidak bisa mencium bau, tidak seperti teman atau keluarga lain yang sampai lemas dan mesti dirawat di rumah sakit.

    Ya, si Istri cukup isolasi mandiri di rumah, sedangkan saya dan anak-anak harus “mengungsi” dulu untuk sementara, setidaknya selama 14 hari.

    Hari ini sudah 7 hari berlalu, dan tampaknya keadaan tidak jadi lebih buruk, dan malah sepertinya membaik, semoga bagian terburuknya memang sudah terlewati.

    Salah satu hal yang saya masih kurang sreg adalah melakukan perawatan terhadap pasien covid. Sepertinya memang tidak ada yang bisa dilakukan selain tetep makan yang sehat, vitamin, dan berdoa. Serius, gak ada yang bisa dilakuin selain menunggu masa karantina berakhir.

  • Halo, 2021

    Ya ampun, sudah 2021, semuanya berjalan begitu saja, sampai-sampai postingan terakhir adalah Juni tahun lalu. Yeah, things got weird last year, 2020 kacau bener. Pandemi yang bahkan sampai sekarang sudah 1 tahun berlalu belum keliatan titik ujungnya. Tidak bisa dipungkiri membatasi semua aktifitas dan kegiatan sehari-hari, kehidupan berubah, dan lainnya. Sebagai orang yang sudah lebih…

    selanjutnya

    Ya ampun, sudah 2021, semuanya berjalan begitu saja, sampai-sampai postingan terakhir adalah Juni tahun lalu.

    Yeah, things got weird last year, 2020 kacau bener. Pandemi yang bahkan sampai sekarang sudah 1 tahun berlalu belum keliatan titik ujungnya. Tidak bisa dipungkiri membatasi semua aktifitas dan kegiatan sehari-hari, kehidupan berubah, dan lainnya.

    Sebagai orang yang sudah lebih dari 5 tahun WFH, nyatanya tahun kemarin cukup bikin stress juga. Biasanya kalau mau refreshing bisa keluar dan jalan sebentar, sekarang jadi mikir-mikir, apalagi bawa anak-anak.

    Jadi, mana annual review untuk tahun 2020?

    Ya itu tadi, serba ribet haha.

    Dari sisi kerjaan, masih meneruskan trend tahun sebelumnya, bukan efek pandemi, beberapa pekerjaan berhenti dalam waktu barengan cukup membuat kapal terombang-ambing. Saya mengambil ini sebagai kesempatan untuk rehat dari kerjaan, belajar hal baru (React, Android development), bikin projek personal (yang gak kunjung beres).

    Karena bikin projek dan produk sendiri itu susah, maka saya saat ini saya join bareng temen lama untuk mengembangkan sebuah (3 ding) produk digital yang masih belum tau juga kapan beresnya. Mereka orang yang sangat berpengalaman dalam hal nelurin ide, building product, marketing, dan sejenisnya, saya fokus di bidang saya saja, bagian koding dan eksekusi sembari belajar dari mereka tentang gimana rilis produk digital.

    Di luar kerjaan, Saya malah tertarik pada 2 hal baru selama tahun 2020, pertama adalah Manchester United, yang mulai tahun kemarin ngikutin secara mendalam, nonton tiap match, ngikut komunitas /r/reddevils yang bisa dibilang komunitas Manchester United yang paling masuk akal. Tidak seperti nonton TV series atau film (yang mana saya juga masih suka banget), menonton pertandingan sepak bola itu praktis, 115 menit beres, dan ya sudah, gak bisa keterusan nonton lanjutan dan lainnya, yang ada langsung ke match thread di Reddit dan ikut euforia (kalau lagi menang).

    Selain itu saya juga mulai tertarik denvan Investasi saham, secara tidak sengaja, saya memulai di waktu yang tepat, awal ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia, dimana sebagai investor pemula itu cukup memberi pelajaran berharga tentang kesabaran haha. Momen yang sangat penting untuk merasakan gelombang besar bearish sepanjang tahun lalu digantikan gelombang besar bullish akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021, 1 periode yang sangat bersejarah buat saya pribadi.

    So how about 2021? Sejujurnya saya gak punya banyak target tahun ini karena jujurnya masih syok sama tahun kemarin haha. So let’s see what will happened at 2021 🙂

  • Normal yang seharusnya

    New normal, sigh, saya gak suka banget mendengar kata ini. Terkesan berlebihan, seperti seakan-akan tatanan kehidupan berubah sepenuhnya. Saya aware dengan keadaan pandemi, bahkan hitungannya cukup perhatian dan menjaga banget, saya tidak seperti beberapa orang yang menganggap pandemi ini cuma isu-isu elite global. Saya percaya virus ini beneran berbahaya. Walaupun begitu, saya tidak cocok dengan…

    selanjutnya

    New normal, sigh, saya gak suka banget mendengar kata ini. Terkesan berlebihan, seperti seakan-akan tatanan kehidupan berubah sepenuhnya.

    Saya aware dengan keadaan pandemi, bahkan hitungannya cukup perhatian dan menjaga banget, saya tidak seperti beberapa orang yang menganggap pandemi ini cuma isu-isu elite global. Saya percaya virus ini beneran berbahaya.

    Walaupun begitu, saya tidak cocok dengan istilah new normal ini.

    Kalau seandainya Thanos datang beneran ke bumi, jentik jari dengan infinity gauntletnya, 50% penduduk bumi hilang, itu baru keadaan dimana kita butuh ‘new normal’.

    Bagaimana dengan virus dan pandemi yang terjadi saat ini? “biasa saja”, secara history manusia sudah beberapa kali melewati masa pandemi, dan semuanya berjalan baik-baik saja.

    Singkatnya, new normal yang dimaksud disini adalah protokol baru kegiatan sehari-hari untuk menjaga kesehatan dan penyebaran virus covid-19.

    Masalahnya apakah poin-poin protokol yang ada dalam panduan ‘new normal’ adalah beneran ‘new’?

    Menggunakan masker, terutama untuk si sakit. Ini bukan ‘new’, memang seharusnya seperti itu. Ini harusnya adalah etika, ketika kamu sakit, terutama penyakit yang bisa menular melalui droplet seperti pilek, batuk dan lainnya, ya memang harusnya pakai masker supaya tidak menganggu dan memberikan resiko orang lain atau lawan bicara mu ikutan sakit.

    Mencuci tangan dan menjalankan protokol kebersihan dasar juga bukan ‘new normal’, itu adalah kegiatan yang memang seharusnya dilakukan dan dipraktekkan oleh masyarakat luas. kegiatan ini disebut ‘kebersihan dasar’ karena memang mudah dan tidak perlu banyak effort untuk melakukan, tapi kita mengabaikan ini, perlu pandemi untuk mengingatkan kita kembali tentang praktek sederhana ini.

    Menjaga jarak di keramaian, ini bukan new normal, ini ya memang seperti itu seharusnya, kalau bisa. Lagian siapa sih yang suka desak-desak-an? secara kenyamanan orang akan memilih untuk tidak berdesak-desak-an atau berada di tempat keramaian. Masalahnya, di lapangan ada banyak hal yang membuat kita tidak bisa memilih untuk tidak berdesak-desakkan. Naik kendaraan umum, pergi ke pasar, konser, tempat wisata, adalah beberapa contoh kegiatan yang mau tidak mau harus akrab dengan ngedusel.

    Apakah ‘new normal’ bisa membantu memberikan space untuk kegiatan-kegiatan tersebut? apakah orang-orang dalam kegiatan tersebut mau patuh menjaga jarak dalam kegiatan seperti itu?

    Bagaimana dengan perkantoran atau ruang sekolah? ya tentu saja bisa diatur supaya jarak dapat tercipta, tapi berarti perlu penambahan ruangan dan gedung baru!

    Mengurangi pertemuan fisik, memanfaatkan teknologi seperti video conference untuk mengurangi pertemuan fisik. Ini juga bukan new normal, ya memang seharusnya seperti itu, itu namanya efisensi.

    Teknologi video call bukan hal baru, sudah umum digunakan, tapi tetap saja beberapa diantara kita lebih memilih pertemuan fisik, bahkan untuk hal yang tidak terlalu penting, atau tidak worth dengan effort dan cost untuk melakukan pertemuan fisik. Kalau beberapa hal bisa dilakukan secara jarak jauh, buat apa memaksakan diri untuk mengadakan pertemuan fisik? (yey, hidup kerja remote!)


    That’s it, saya pikir protokol new normal itu overrated banget, semua sudah paham dan tentunya ingin menjaga kesehatan diri sendiri dan orang tercinta. Tidak perlu dihebohkan secara berlebihan, adapun orang yang ngeyel, ya mereka bakal tetap ngeyel, bahkan seandainya new normal itu jadi kewajiban dan punya sanksi tegas, orang-orang ngeyel tetap akan mencari celah untuk mengabaikannya.

  • Ramadhan 1441 H

    Seperti diketahui bersama, Ramadhan tahun ini sungguh berbeda. Ramadhan di tengah pandemi, telah merubah aktifitas dan kegiatan umat muslim menjalani Ramadhan kali ini. Sejak pandemi mulai muncul dibulang Maret, saya tahu ini tidak akan berakhir dengan cepat, selain karena merupakan penyakit dengan jenis baru, dan juga tingkat penyebaran yang cepat, pandemi ini menyerang titik vital…

    selanjutnya

    Seperti diketahui bersama, Ramadhan tahun ini sungguh berbeda. Ramadhan di tengah pandemi, telah merubah aktifitas dan kegiatan umat muslim menjalani Ramadhan kali ini.

    Sejak pandemi mulai muncul dibulang Maret, saya tahu ini tidak akan berakhir dengan cepat, selain karena merupakan penyakit dengan jenis baru, dan juga tingkat penyebaran yang cepat, pandemi ini menyerang titik vital masyarakat, yaitu aktifitas sosial. Jadi masalah karena bulan Ramadhan terbukti meningkatkan kegiatan sosial masyarakat dan mencapai puncaknya pada hari raya Idul Fitri. Semakin banyak kegiatan bersosialisasi, semakin banyak kemungkinan terjangkiti virus ini.

    Tanpa mengurangi rasa hormat dan empati terhadap para korban, keluarga pandemi, dan orang-orang yang terkena dampak pandemi secara langsung maupun tidak langsung, kalau ditelisik lebih jauh, pandemi telah membuka banyak hal yang kita pikir baik-baik saja, ternyata tidak.

    Pandemi telah membuka topeng tiap manusia.

    Pandemi telah memperlihatkan bagaimana beberapa orang mengedepankan ego, bahkan melebihi kesehatan atau nyawa sendiri, dan orang sekitar.

    Pandemi memperlihatkan mental sebagian orang yang merasa masa bodoh, acuh, tidak empati, kurang disiplin, dan tidak toleran.

    Pandemi memperlihatkan kurangnya literasi masyarakat.

    Pandemi memperlihatkan bahwa kegiatan buka bersama, sahur on the road, halal bihalal bukanlah hal penting, kurang berguna dan tidak mengapa untuk ditinggalkan.

    Pandemi mengingatkan tarawih bisa dilakukan di rumah bersama keluarga.

    Pandemi mendukung kegiatan stay at home, untuk orang-orang yang tidak punya kepentingan keluar rumah di bulan Ramadhan.

    Pendemi mengajak kita mengingat kembali arti dan ketulusan beribadah.

    Pandemi memperlihatkan kualitas kepemimpinan dari setiap pemimpin daerah melalui keputusan dan tindakan-tindakan atas nama kepentingan bersama.

    Pandemi menunjukkan ketidaksiapan kita dari sisi fasilitas kesehatan untuk memberikan perawatan kepada masyarakat.

    Pandemi menunjukkan ketidakrataan kualitas hidup setiap orang untuk tinggal dirumah.

    Pandemi mengingatkankan untuk kembali menjaga kebersihan dengan kegiatan sesederhana mencuci tangan, menggunakan masker untuk si sakit.

    Pandemi menunjukkan beberapa hal bisa dioptimasi dengan video call untuk mengurangi kunjungan kerja, dan menghemat waktu.

    Pandemi menunjukkan bahwa pembelajaran online sangat bisa dilakukan.

    Pandemi menunjukkan teknologi mampu membantu mengurai dan memudahkan birokrasi kantor dan dinas yang rumit.

    Pandemi menunjukkan kualitas udara bisa membaik dengan berkurangnya aktifitas lalu-lintas.

    Pandemi menunjukkan para pekerja seperti ojek online, kasir, penjual makanan lokal adalah pekerja esensial yang sangat kita butuhkan.

    Pandemi menunjukkan keberanian dan ketulusan dokter dan perawat dalam menghadapi korban-korban pandemi.

    Pandemi mengingatkan saya secara pribadi untuk bersyukur bisa bekerja dari rumah.

    Pandemi memperlihatkan bahwa ada beberapa orang yang gak punya pilihan selain harus tetap keluar rumah, bekerja demi kehidupan harian walaupun harus berhadapan dengan virus, dan ocehan netizen.

    Pandemi menunjukkan banyak hal, tapi memang harganya tidak murah, sudah ribuan korban untuk Indonesia, dan jutaan untuk dunia.

    Di bulan Ramadhan ini, bulan penuh ampunan, bulan penuh berkah, adalah momen yang tepat untuk merenungi dan bersyukur, atas semua kesehatan, kebaikan, kemudahan yang sudah didapat selama ini.

    Saya berharap semoga lebaran yang tinggal 2-3 hari ini, tidak melahirkan banyak kluster baru di berbagai daerah, semoga kita semua diberi perlindungan.

  • Demi Anak

    “Demi Anak” adalah sebuah mantra yang paling sering diucapkan oleh orang yang sudah berkeluarga. Mantra yang positif tentunya karena percaya atau tidak, kalimat ini bisa meningkatkan daya juang dan semangat beraktifitas. Malah kadang mantra ini bisa membuat orang lain menjadi maklum dan memberi ijin khusus kepada si pengucap mantra. Tidak bisa disalahkan, semua orang tua…

    selanjutnya

    “Demi Anak” adalah sebuah mantra yang paling sering diucapkan oleh orang yang sudah berkeluarga. Mantra yang positif tentunya karena percaya atau tidak, kalimat ini bisa meningkatkan daya juang dan semangat beraktifitas. Malah kadang mantra ini bisa membuat orang lain menjadi maklum dan memberi ijin khusus kepada si pengucap mantra.

    Tidak bisa disalahkan, semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak. Saya belum pernah mengerti hal ini, sampai akhirnya punya keluarga dan anak sendiri.

    Masalahnya, kita tidak pernah tahu seberapa tulus kalimat ini diucapkan, seberapa besar kesadaran dan keseriusan yang diperlukan ketika mengucapkan “Demi Anak”. Malah, kadang menjadikan kalimat ini sebagai pembenaran atas semua tindakan yang sebenarnya malah memberikan efek berlawanan dari tujuan awal kalimat ini diucapkan.

    Ada banyak orang yang bekerja keras “Demi Anak”, membuat anak bahagia, yang akhirnya malah tidak punya waktu untuk berkumpul dan berbahagia bersama anak dan keluarga.

    Ada banyak orang yang memberikan perlindungan ekstra, demi anak, supaya anaknya terlindungi dan terjaga, sampai lupa mengajarkan anak bertahan hidup di atas kaki sendiri.

    Ada banyak orang yang merencanakan masa depan anak jauh kedepan, demi anak, supaya anak tidak salah langkah, tidak tersesat, tapi lupa bahwa anak juga individu yang ingin dan mampu untuk hidup mandiri.

    Ada banyak kegiatan dan kesempatan yang harusnya bisa dilakukan dengan normal, tapi menjadi lebih kompleks dan terkesan grusa-grusu atas nama anak yang akhirnya malah menjadi kebalikan dari yang diharapkan.

    Jangan-jangan, kalimat “demi anak” adalah alasan dan pembenaran yang dibuat supaya apa yang dilakukan terlihat normal dan dibutuhkan.

    Perlu intropeksi diri, apakah kegiatan yang kita lakukan atas dasar “demi anak”, benar-benar untuk kepentingan anak, atau hanya pembenaran atas ketidakmampuan diri sendiri dalam mengatasi kondisi yang ada.

  • Kapan pandemi ini berakhir?

    Karena tentu saja, stay at home itu gak mudah, bahkan untuk saya dan keluarga yang sudah biasa melakukan ini. Sebagai programmer yang bekerja dari rumah sejak 7 tahun lalu, saya sekeluarga memang lebih banyak menghabiskan kegiatan sehari-hari dirumah. Istri saya juga tipe stay at home mom, anak-anak juga belum usia sekolah, jadi makin komplit dan…

    selanjutnya

    Karena tentu saja, stay at home itu gak mudah, bahkan untuk saya dan keluarga yang sudah biasa melakukan ini.

    Sebagai programmer yang bekerja dari rumah sejak 7 tahun lalu, saya sekeluarga memang lebih banyak menghabiskan kegiatan sehari-hari dirumah. Istri saya juga tipe stay at home mom, anak-anak juga belum usia sekolah, jadi makin komplit dan ramai lah situasi di rumah.

    Kegiatan stay at home ini tentu jadi membosankan. Saya tidak ingat sejak kapan saya dan keluarga mulai menetapkan untuk mengurangi kegiatan diluar rumah terkait pandemi ini, sepertinya pertengahan bulan maret lalu, sudah 1 bulan lebih!

    Tentu saja bukan cuma saya yang bosan, ada banyak orang yang mengalami hal yang sama. Lebih parah, ada banyak orang yang terpaksa harus keluar rumah bukan karena bosan semata, tapi karena ya mesti bekerja dan melakukan kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan dari rumah.

    Kegiatan stay at home ini bukan kegiatan yang mengada-ngada, saya mengerti tujuannya, flatten the curve, mengurangi kecepatan potensi penyebaran virus covid-19 ini. Karena penyebaran virus ini yang begitu cepat, dikhawatirkan akan banyak orang yang tertular dan menyebabkan rumah sakit over capacity, sehingga tidak bisa memberikan pelayanan terbaik kepada yang membutuhkan.

    Masalahnya kita tidak pernah tahu kapan pandemi berakhir. Ada banyak pakar dari berbagai bidang melakukan perhitungan, permodelan, penelitian dan kegiatan lainnya untuk memperkirakan kapan pandemi berakhir, dan tentunya tidak bisa memastikan mana yang paling benar sampai benar-benar berakhir.

    Dengan ketidak-tahuan tersebut, kita tidak pernah tau sampai kapan harus terus menjalankan kegiatan stay at home ini.

    Akan ada masa puncak titik kebosanan dan kesabaran ini. Masyarakat akhirnya akan sedikit demi sedikit longgar dan mengabaikan kegiatan ini. Saat itu terjadi, kita kembali ke sesi awal, kita kembali menjadi target penyebaran virus ini.

    Apalagi sekarang bulan ramadhan, lebaran idul fitri sudah didepan sana, saya pun sangat ingin menjalankan kegiatan yang biasa dilakukan di hari kemenangan tersebut. Tapi kalau mengingat akan banyak orang yang saling berkumpul, ditambah dengan puncak kebosanan melakukan kegiatan stay at home, saya jadi merinding sendiri membayangkannya.

    Saya pesimis pandemi akan berakhir dalam waktu dekat. Ya, Jakarta sudah menunjukkan perlambatan kasus penyebaran virus covid-19, tapi untuk yang di daerah, jumlah kasus justru perlahan meningkat, dan sebagai orang yang tinggal di daerah, saya cukup kuatir.

    Ya, ini bukan akhir dari dunia. Kita bisa melewatinya seperti semua permasalahan yang sudah-sudah. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk melawan penyebaran virus ini, yang bisa dilakukan hanya melakukan pertahanan, dan bertahan itu perlu kesabaran.

  • Nokia 105

    3 Minggu lalu smartphone saya hilang, dicuri lebih tepatnya, atas keteledoran saya sayangnya. Itu slot saku yang ada di bawah stir motor jenis matic itu memang bahaya banget, membuat kita terlena atas kemudahan menyimpan barang-barang penting, lalu lupa dan jadi sasaran empuk orang yang lewat. damn. Sampai sekarang belum sempat beli smartphone baru, saya lebih…

    selanjutnya

    3 Minggu lalu smartphone saya hilang, dicuri lebih tepatnya, atas keteledoran saya sayangnya. Itu slot saku yang ada di bawah stir motor jenis matic itu memang bahaya banget, membuat kita terlena atas kemudahan menyimpan barang-barang penting, lalu lupa dan jadi sasaran empuk orang yang lewat. damn.

    Sampai sekarang belum sempat beli smartphone baru, saya lebih memilih menggunakan salah satu ponsel lama yang ada di laci meja kerja, Nokia 105, ponsel yang dilengkapi dengan senter dan permainan ular itu.

    Dulu ponsel ini sebenarnya dibeli atas 1 tujuan, mengurangi ketergantungan saya terhadap smartphone.

    Karena ya tau sendiri zaman sekarang, kemana-mana selalu dibawa dan digunakan. Kalaupun tidak sedang digunakan melakukan panggilan telepon, smartphone bisa digunakan untuk mengikutin timeline sosial media, melihat postingan instagram, “eh si A sudah punya anak tuh”, main game dan lainnya.

    Saya sendiri sadar, hal itu salah, saya menggantinya dengan kegiatan positif, membaca ebook, baca artikel-artikel penting yang gak sempat kebaca, dan lainnya. Ujung-ujungnya sama saja, kecanduan informasi, gak bisa lepas dari smartphone.

    Ya iya, ada benefitnya, saya bisa tetap memantu Skype atau email saya, melihat daftar pekerjaan saya, menjawab klien dengan lebih cepat, bahkan ketika saya lagi makan atau berkumpul dengan keluarga, saya masih bisa tetap bekerja.

    Sebentar, ada yang salah disini.

    Ya, smartphone dengan kemampuan internet benar-benar menciptakan black hole yang akan menyita semua waktu kalau tidak dikendalikan dengan baik. Bukan cuma waktu, bahkan kebersamaan dan kehadiran orang-orang sekitar jadi tidak terasa.

    Jepret sana jepret sini, setiap ada momen indah dan bahagia, bukannya ikut serta dalam kebahagian, kita malah memilih keluar dari arus dan sibuk memotret dengan dalih “mengabadikan momen bahagia”.

    Saya sadar akan semua ini, saya sadar saya harus lebih baik, saya sudah mencoba melakukan uninstall aplikasi yang saya anggap tidak penting, memasang pengingat, pengontrol dan lain sebagainya. Tapi selalu ada masa kegagalan akan tiba dan kembali ke jurang ketergantungan smartphone.

    Itulah kenapa akhirnya saya memutuskan untuk membeli sebuah ponsel “dumbphone” ini, ponsel yang sangat tidak smart, yang bahkan tidak mampu mengambil alih waktu saya, membuat saya tidak lagi memperhatikan keadaannya, dan lebih punya sense untuk melihat keadaan sekitar.

    Waktu dibeli, ponsel ini berhasil mengembalikan kehidupan saya ke kehidupan yang seharusnya. Sayangnya lagi-lagi setelah beberapa waktu saya mulai punya alasan atau tepatnya mencari-cari alasan untuk kembali menggunakan smartphone dan menyimpan ponsel ini di laci meja.

    Sekarang, smartphone tersebut sudah hilang, saya kembali menggunakan ponsel Nokia ini, ponsel yang tidak memiliki fitur wah, tidak smart, namun saat ini saya yang mengontrol ponsel saya bukan sebaliknya.

  • Memantau pegawai yang bekerja secara remote

    Ini adalah salah dua dari sekian hal yang sering ditanyakan kepada saya, baik di IRL maupun melalui halaman kontak saya, belakangan muncul lagi pertanyaan ini karena ya momennya saat ini (tahu sendiri, covid-19) dimana keadaan memaksa sebagian orang bekerja secara remote atau juga Work From Home (WFH) Sebelum saya bekerja sebagai freelance, saya dulunya juga…

    selanjutnya

    Ini adalah salah dua dari sekian hal yang sering ditanyakan kepada saya, baik di IRL maupun melalui halaman kontak saya, belakangan muncul lagi pertanyaan ini karena ya momennya saat ini (tahu sendiri, covid-19) dimana keadaan memaksa sebagian orang bekerja secara remote atau juga Work From Home (WFH)

    Sebelum saya bekerja sebagai freelance, saya dulunya juga sempat bekerja pada beberapa tempat yang memberikan kelelulasaan untuk bekerja secara remote. Dari sekian banyak tempat tersebut, masing-masing punya cara tersendiri untuk “memantau” bagaimana saya dan rekan-rekan kerja bekerja.

    Ada banyak cara untuk memantau pegawai yang work from home, aka kerja dari rumah aka kerja remote, namun sebenarnya berdasarkan pengalaman, sebelum menentukan bagaimana memantau rekan kerja, perlu untuk melihat balik lagi, kenapa perlu dilakukan pemantauan.

    Iya, mesti tahu dan jelas dulu, apa sih yang dikuatirkan dari pegawai yang bekerja secara remote? Setelah tahu apa yang ingin dikejar dan tujuan dari pemantauan, baru bisa ditentukan mana proses pemantauan yang diperlukan.

    Berikut adalah 3 cara yang bisa dilakukan untuk memantau pegawai yang bekerja secara remote, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

    Dibaca sampai akhir ya.

    Mengetahui segala kegiatan pegawai

    Salah satu tempat kerja saya dulu punya intensi seperti ini, so para pekerja diharuskan menginstal aplikasi screen recorder, tujuannya supaya manajer bisa melihat apakah kita beneran kerja atau tidak.

    Bonus point: manajer bisa melihat isi email saya, pesan facebook saya, rekening bank, daftar belanjaan saya.

    Ada juga teman yang cerita ketika diharuskan bekerja secara remote dimasa pandemi ini, dia diharuskan untuk memasang dan menghidupkan webcam/cctv di ruangannya.

    Ya bagus sih, sekalian bisa melihat kegiatan anggota keluarga lainnya.

    Memastikan bekerja sesuai jumlah jam kerja

    Tempat kerja lain, saya sempat menggunakan sistem absensi, semacam di kantor-kantor gitu.

    Jadi ketika memulai jam kerja, jam 9 gitu, saya diharuskan membuka aplikasi absen (website), disitu saya bisa checkin. Lalu ketika sudah selesai, jam 5-an, saya harus checkout melalui aplikasi tersebut lagi.

    Aplikasi tersebut unik, kalau telat checkin, bisa-bisa saya di lock, jadi gak bisa check in, dan dianggap absen, gak masuk kerja. Tapi kalau telat checkout, misal karena kerjaan overtime, aplikasi nya fine-fine saja. Weekend, ketika ada keperluan mendesak, aplikasi ini tidak bisa dibuka karena settingannya cuma di weekday saja, jadi gak bisa absen di weekend.

    Di lain tempat, saya sempat menggunakan time tracker, baik yang manual seperti Toggle, ataupun yang otomatis seperti Rescue Time.

    Toggl mengharuskan penggunanya untuk tidak lupa menghidup-matikan time tracker, karena ya kalau lupa hidupin, tidak dianggap sebagai kerja.

    Rescue Time lebih mudah tapi agak agresif, pencatatan waktu secara otomatis. Jadi tidak perlu menghidup-matikan time tracker, secara otomatis akan dicatat berapa jam buka website ini, berapa jam buka aplikasi itu, dan lainnya.


    Itu tadi adalah 2 cara untuk memantau pegawai secara remote, bagaimana menurut mu?

    Memantau semua kegiatan pegawai pasti mengasyikkan, seakan punya mata dewa. Bisa melihat pegawai kerja beneran apa tidak, bisa melihat pegawai lagi buka website apa saja, pasti menyenangkan.

    Mengetahui jumlah jam kerja pegawai juga penting, iya kan? karena kalau pegawai tidak absen jam 9 pagi dan log out jam 5 sore, berarti pegawai tersebut tidak bekerja secara benar.

    Karena kesuksesan sebuah perusahaan dihitung dari jumlah jam kerja, iya kan?

    Sayangnya tidak demikian

    Seberapa banyak jam kerja yang digunakan, tidak menjamin produktifitas kerja. Malah sebenarnya jumlah jam kerja yang banyak namun tidak dibarengi dengan hasil kerja yang oke menunjukkan produktifias kerja yang tidak efektif.

    Percuma kalau check in dan check out tepat waktu, kalau diantara kedua waktu tersebut pegawainya tidur.

    Memonitor layar kerja atau bahkan memasang CCTV sekalipun tidak berguna, hanya menciptakan penjara kecil untuk pegawai, dan lagipula, apakah kamu tidak punya kesibukan lain selain mantengin layar pemantau?

    Jadi gimana dong?

    Nah, ini cara ke 3, cara yang menurut saya paling efektif.

    Daily Report

    laporan harian tentang apa yang sudah dikerjakan.

    Tidak harus harian juga sih, disesuaikan saja. Sebagai freelancer, walaupun tidak diharuskan, saya biasanya membuat laporan secara mingguan.

    Isi laporannya adalah tentang apa saja yang sudah dikerjakan, apa saja yang menjadi masalah, apa saja yang perlu diketahui rekan kerja lain, dan apa yang akan dilakukan periode berikutnya (besoknya atau minggu depannya).

    Tidak perlu tahu keberadaan pegawai, tidak perlu tahu berapa jam dan kapan pegawi bekerja, yang penting adalah tugas yang diserahkan sudah beres, hasilnya ada, bukankah hal itu jauh lebih penting dan berguna?

    Apakah pegawai dibayar untuk mengisi jam kerja atau ya, you know, menyelesaikan pekerjaan?

    Duduk standby di depan meja kerja selama 8 jam tidak berarti apa-apa kalau tidak menghasilkan sesuatu, tugas masih menumpuk, kerjaan tidak beres dan lainnya. Sebaliknya, kerja 4 jam tapi bisa menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan, itu namanya efisien.

    Cara ini juga mudah dilakukan karena bentuknya bermacam-macam, bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan, tidak harus menggunakan aplikasi atau sistem yang gimana-gimana. Laporan bisa dikirim via email atau bahkan pesan WA.

    Di kantor saya yang terakhir menggunakan sistem standup meeting, dimana setiap sore hari pekerjanya bakal ngumpul terus saling memberikan laporan dan update tentang apa yang sudah dikerjakan hari itu.

    Sejujurnya, cara ini bisa jadi enak gak enak buat pegawai. Jadi enak kalau ya beneran kerja dan punya hal yang bisa dilaporkan, jadi gak enak kalau sudah hampir sore dan masih belum punya bahan atau kerjaan belum beres jadi gak punya sesuatu untuk dilaporkan.

    Positifnya, pembuatan laporan kerja memacu pegawai untuk bekerja lebih efisien. Juga membantu manajer untuk memiliki gambaran terkait progres pekerjaan yang berjalan.

    Jadi gimana, masih mau “memantau” pegawai?

  • Halo, 2020

    Sudah tahun 2020, sungguh perjalanan yang panjang di tahun 2019, tahun yang bisa dibilang tidak bersahabat dengan kehidupan saya. Kalau ada yang bilang bahwa roda kehidupan kadang diatas, kadang dibawah, tahun 2019 adalah roda terbawah kehidupan saya. 2019 adalah masa dimana saya benar-benar merasa kehidupan gak selalu ada di masa jaya dan baik, ada masa…

    selanjutnya

    Sudah tahun 2020, sungguh perjalanan yang panjang di tahun 2019, tahun yang bisa dibilang tidak bersahabat dengan kehidupan saya.

    Kalau ada yang bilang bahwa roda kehidupan kadang diatas, kadang dibawah, tahun 2019 adalah roda terbawah kehidupan saya. 2019 adalah masa dimana saya benar-benar merasa kehidupan gak selalu ada di masa jaya dan baik, ada masa mendung, hujan, jalan terjal dan lainnya. 2019 adalah masa saya untuk instropeksi diri dan kembali memikirkan rencana kehidupan dengan lebih matang.

    Ada beberapa masalah yang sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2019, tapi saya merasa saya bisa mengarungi dan melewati masalah, dengan gampang. Kenyataannya, malah menjadi bola salju yang terus bergulir makin heboh sampai akhir 2019. Baru beberapa minggu belakangan situasi mulai membaik.

    Dimulai dari pekerjaan, kalau tahun 2018 adalah tahun terbaik saya dari sisi pekerjaan, yang membuat saya terlena, tahun 2019 langsung berbalik arah, dan itu mempengaruhi semua sendi kehidupan. 2018 semuanya stabil, begitu 2019 oleng sedikit, semuanya menjadi terganggu dan kacau.

    Walaupun begitu, gak bisa dibilang 2019 selalu mendung, saya mendapatkan hadiah luar biasa, istri saya melahirkan anak kedua saya, yang mana juga sangat ikut berpengaruh pada roda kehidupan.

    Tidak perlu diragukan betapa bahagia dan sayang saya kepada anak kedua ini, tapi saya harus akui, mengurus balita itu tidak mudah, mengurus 2 balita itu berada di dimensi dunia komplikasi yang berbeda. Ya, anak pertama saya juga masih balita (4 tahun).

    “Ah, anak saya juga 2 ga, tapi gak ada masalah” – kata temen saya,

    Ya, bener, untuk beberapa orang ya gak masalah, dan sejujurnya bukan masalah juga buat saya, hanya saja sebagai pekerja remote, yang menghabiskan seluruh waktu dirumah, punya anak yang baru lahir itu perlu adapatasi baru, perlu kembali mengatur ritme kerja dan sebagainya.

    Saya bisa aja kerja di tempat lain, meninggalkan istri saya mengurus 2 balita sendiri, tapi sejujurnya itu bertentangan dengan prinsip saya, prinsip dasar kenapa saya memilih bekerja secara freelance sejak awal, yaitu tetap dekat dengan keluarga.

    Tapi ya begitulah, 2019 sudah berlalu, saya belajar banyak tentang kehidupan, in hard ways. Saya belajar banyak tentang mengelola waktu lebih baik, mengelola komitmen dan tanggung jawab, mengelola mood dan stress supaya tetap sadar, mengelola keuangan karena ternyata keuangan yang baik sangat mempengaruhi untuk membuat keputusan pekerjaan, kehidupan atau keputusan apapun lebih baik. Ya simple karena apapun yang dilakukan, ada backup yang bakal menopang ketika lagi masa sulit.

    Bagaimana dengan resolusi tahun 2019 yang sudah dibuat? 

    lupakan, sudah dilempar keluar jendela :). Terlalu sibuk melakukan berbagai macam tanggung jawab dan komitmen yang tidak diperkirakan akan muncul ketika membuat resolusi 2019.

    Jadi bagaimana dengan tahun 2020?

    Matahari mulai terbit, beberapa minggu akhir desember 2019 sudah mulai menunjukkan jalan yang cerah, saya percaya 2020 akan menjadi lebih baik, harus.

    Semua pelajaran di tahun 2019 sudah direkap dan direnungkan, saya sudah tahu hal yang membuat runyam. tahun 2020 sudah direncanakan dengan baik, beberapa hal telah dirubah, harapannya tahun 2020 bisa jadi lebih baik dan stabil.

    Sebenarnya saya tertarik dengan membuat public new year resolutions, saya sudah membuat Trello board untuk dibagikan, tujuannya bagus supaya ada pressure dan challenge untuk mewujudkannya, tapi karena terlalu banyak hal yang saya pikir masuk kategori personal dan privat, maka saya urungkan niat tersebut 🙂

  • Social Media Fatigue

    Beberapa waktu lalu saya memutuskan untuk menghentikan hubungan saya dengan akses ke sosial media, dalam hal ini Facebook, Instagram dan lainnya. Saya merasakan apa yang dikenal dengan social media fatigue, sebuah keadaan dimana saya sudah lelah, bosan, jenuh dengan kehidupan, lingkaran pertemanan dan informasi yang beredar disosial media. Sebenarnya sudah lama saya ingin melakukan ini,…

    selanjutnya

    Beberapa waktu lalu saya memutuskan untuk menghentikan hubungan saya dengan akses ke sosial media, dalam hal ini Facebook, Instagram dan lainnya. Saya merasakan apa yang dikenal dengan social media fatigue, sebuah keadaan dimana saya sudah lelah, bosan, jenuh dengan kehidupan, lingkaran pertemanan dan informasi yang beredar disosial media.

    Sebenarnya sudah lama saya ingin melakukan ini, hanya saja memang tidak mudah. Ada banyak pertimbangan dan proses yang saya lalui sehingga akhirnya bisa bener-bener lepas dari dunia-persosial-mediaan ini.

    (lebih…)